
BLITAR (Lenteratoday) - Akibat tracing dan testing kurang maksimal, menyebabkan Kota Blitar menjadi satu-satunya daerah zona oranye di Jawa Timur atau termasuk daerah dengan tingkat penularan sedang.
Hal ini disampaikan Walikota Blitar, Santoso ketika ditanya tanggapannya mengenai Kota Blitar menjadi satu-satunya daerah dengan zona oranye, dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur yang sudah zona kuning.
"Kondisi setiap daerah berbeda-beda, sehingga sesuai penetapannya Kota Blitar masih berada di zona oranye. Maka kita akan berusaha untuk bisa memenuhi indikator apa, untuk bisa menurunkan," ujar Santoso, Kamis(16/9/2021).
Lebih lanjut Santoso menjelaskan termasuk indikator untuk menentukan level 3 menuju ke level 2, serta status daerah zona oranye, kuning atau hijau. "Jadi yang penting bagaimana upaya kita mengejar, untuk bisa sama dengan daerah menjadi zona kuning," jelasnya.
Mengenai kendala yang dihadapi Kota Blitar sehingga indikator untuk menjadi zona kuning belum terpenuhi, menurut pengamatan Santoso yaitu belum maksimalnya tracing dan testing. "Maka perlu dimaksimalkan, agar bisa mengejar ketertinggalan dan masuk zona kuning. Kalau tingkat vaksinasi tahap pertama, sudah bagus mencapai 76%," ungkap Santoso.
Sehingga positive rate dari hasil tracing dan testing memang perlu dimaksimalkan, agar indikator untuk bisa masuk zona kuning bisa terpenuhi. Soal indikator yang berbeda untuk menentukan level dan zona daerah sesuai, yang dipakai oleh pemerintah pusat. "Terlepas adanya perbedaan indikator atau tidak, yang penting bagaimana bisa mengejar agar bisa masuk zona kuning," tandasnya.
Sebenarnya dipaparkan Santoso jika melihat jumlah warga yang terindikasi Covid-19 sudah turun, jumlah waega yang meninghal audah turun, BOR sudah turun, isoman sudah turun dan isoter juga menurun. "Jika melihat indikator ini sudah cukup baik, tapi penentuan zona daerah memakai indikator berbeda termasuk tracing dan testing kurang maksimal jadi harus dikejar sesuai yang ditentukan pemerintah pusat," paparnya.
Kendala di masyarakat, diakui Santoso tingkat kesadaran tracing dan testing masih belum seperti yang diharapkan. Sehingga perlu sosialisasi tracing dan testing, padahal manfaatnya bagus. "Kalau terdeteksi agar tidak penularan ke lainnya, apalagi kalau sampai terpapar ada faktor malu, psikologis dan takut," bebernya.
Maka ditambahkan Santoso perlu kesabaran, karena tetap harus dilakukan untuk mencegah penyebaran lebih luas lagi. "Padahal karantina di isoter kesehatan lebih terpantau, vitaminnya juga terjamin dan lainnya. Tapi karena ada faktor rasa takut berlebihan, yang menjadi kendala," pungkasnya.
Sementara itu Ketua Harian Satgas Covid-19 Kota Blitar, Didik Djumianto mengatakan kalau sesuai dengan Instruksi Mendagri dan Menkes, itu (zona daerah) sudah tidak berlaku dengan adanya PPKM level. "Jadi karena sudah diterapkan level PPKM, zona daerah tidak dipakai lagi," kata Didik.
Dalam PPKM level yang dipakai adalah indikator level, berbeda dengan indikator pada zona daerah. Untuk indikator level ada 6 indikator, sedangkan indikator zona daerah ada 14 dan berbeda. "Misalnya ada daerah level 4 tapi zona daerahnya masuk zona kuning," terangnya.
Jadi indikator untuk menentukan level PPKM dan zona daerah sudah berbeda, maka tidak bisa disamakan dan tidak perlu dipermasalahkan. "Karena sekarang zona daerah sudah tidak berlaku, tapi menggunakan level PPKM dan digunakan 6 indikator," pungkas Didik.(ais)