19 April 2025

Get In Touch

PTM Digelar Pekan Depan, Sarpras Harus Memadai

Simulasi pembelajaran tatap muka (ard)
Simulasi pembelajaran tatap muka (ard)

SURABAYA (Lenteratoday) - Pakar Epidemologi Unair Surabaya, Dr Windhu Purnomo, dr., M.S. memaparkan, pihak sekolah harus memeriksa ketersediaan sarana sanitasi dan kebersihan toilet, cuci tangan, sanitizer, desinfektan, dan akses fasilitas kesehatan, guna memastikan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). 

"Selain itu juga kesiapan memakai masker, ketersediaan thermogun atau detektor suhu tubuh lainnya, serta memiliki pemetaan warga satuan pendidikan. Mulai dari komorbiditas, akses transportasi yang aman, hingga riwayat perjalanan," ujarnya, Kamis (2/9/2021).

Lebih lanjut ia menjelaskan, sebetulnya Anak usia sekolah kurang rentan terhadap Covid-19 dibandingkan dengan usia yang lebih tua, karena di masa tumbuh kembang lebih sedikit reseptor di saluran udara bawah mereka. Gejala yang tidak sering dilaporkan yaitu batuk pilek 49%, demam 47%, sisanya lymphopenia dan lain lain.

"Akan tetapi banyak masalah kesehatan anak di Indonesia, imunitas anak menurun, hingga faktor orang tua kurangnya pengetahuan dan kemauan, dan lingkungan sosial yang tidak mendukung kondisi keluarga yang menurun akibat pandemi,"  tuturnya.

Dr Windhu menambahkan, langkah yang dilakukan adalah memberi pengertian kepada anak tentang virus corona melalui cerita, bacaan, media dengan cara yang menyenangkan, mengajarkan dan memantau anak mencuci tangan minimum 20 detik sebelum makan, setelah bermain, setelah ke toilet, memakai dan melepas masker, prinsip physical distancing, etika bersin dan batuk, tidak menyentuh area wajah sebelum cuci tangan.

"Membersihkan alat bermain, dan kebersihan meja kursi dengan desinfektan, memantau tumbuh kembang anak secara mandiri, tetap memberikan imunisasi, menjaga Kesehatan anak usia sekolah di masa pandemi," ucapnya.

"Yang harus diwaspadai anak usia sekolah meskipun kurang rentan dibandingkan yang usianya lebih tua, tapi sangat berisiko menulari orang lain, terutama yang lebih tua dan dewasa. Lebih lebih yang mempunyai komorbid jauh lebih rentan, baik untuk terinfeksi maupun untuk bergejala berat sampai critical saat terinfeksi," sambungnya.

Mengingat tingginya risiko penularan, kata Windhu, harus ada asesmen yang rinci untuk
pembukaan PTM Terbatas di masa pandemi ini. Diperlukan upaya yang lebih, mulai dari kesiapan guru, serta edukasi ke anak-anak.

"Untuk persiapan mengikuti PTM Terbatas, termasuk pengaturan jam belajar diperlukan protokol tambahan. Pemantauan harian kondisi Siswa, guru, tenaga pendidik, dan orangtua," katanya

"Guru, sesama Siswa, dan Orangtua harus sehat biopsikososial dan spiritual Guru, sesama Siswa, dan Orangtua mempunyai pengetahuan yang cukup tentang Covid 19  Guru, sesama Siswa, dan Orangtua punya komitmen menerapkan prinsip pencegahan," lanjutnya.

Pengelola sekolah harus menyiapkan infrastruktur dengan matang demi mendukung protokol kesehatan yang ketat serta sesuai dengan SOP yang ada. Mulai dari mengatur tempat duduk, menyediakan hand sanitizer serta tempat cuci tangan di segala titik, dan memberi tanda kursi atau bagian bangku yang boleh ditempati maupun dilarang.

"Menyediakan tempat cek suhu tubuh. Melakukan penyemprotan disinfektan. Memasang media informasi dan promosi tentang protokol kesehatan dalam media spanduk, diletakkan di tempat-tempat yang mudah dibaca oleh siswa, guru, dan tendik," pungkasnya. (Ard)

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.