
SURABAYA (Lenteratoday) - Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Surabaya, mencatat, realisasi investasi sampai dengan 12 Agustus 2021 mencapai Rp 17 triliun.
Rinciannya, Penanaman Modal Asing (PMA) Rp 1,7 triliun, dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp 15,6 triliun. Total Rincian Realisasi Investasi Semester 1 2021 mencapai Rp 17 triliun.
Kabid Data dan Pengendalian Modal DPMPTSP Kota Surabaya, Junnita Rachmawati, membeberkan, 5 besar sektor PMA meliputi Transportasi, Gudang, dan Telekomunikasi 81,69 persen, Perdagangan dan Reparasi 8,58 persen, Hotel dan Restoran 6,25 persen, Kawasan Perumahan Industri dan Perkantoran 0,82 persen, Industri Kayu 0,72 persen, serta bidang usaha lainnya 1,94 persen.
Sementara, 5 besar sektor PMDN, 45,61 persen Kawasan Perumahan Industri dan Perkantoran, Transportasi Gudang dan Telekomunikasi 16,01 persen, Industri Mesin Elektronik Instrumen Kedokteran Peralatan Listrik Presisi Optik dan Jam 6,70 persen, Industri Kertas dan Percetakan 5,73 persen, Hotel dan Restoran 5,62 persen, serta bidang usaha lainnya 20,32 persen.
"Investasi di Kota Surabaya dan di kota yang lain juga masih berpengaruh dalam pandemi hingga semester dua ini. Dari laporan, kami lihat memang aktivitas usaha masih terus diinformasikan terkait tambahan investasinya," ujarnya, Minggu (15/8/2021).
Beberapa sektor, lanjut Junnita, sebelumnya di Kota Surabaya memang merupakan penopang kebutuhan dan jasa sebagai perekonomian. Menurutnya, dampaknya paling besar ada beberapa sektor lain seperti komunikasi dari sisi real estate, sektor perumahan,dan perkantoran ini.
"Presentase terkait dengan aktivitas investasi dibanding dengan yang kemarin walaupun hampir sama tapi ada kenaikan untuk nilai realisasi investasinya," terangnya.
"Kemarin yang disampaikan ada pergeseran dari PMA wilayah selatan, industri juga masih ada tambahan investasi. Kalau investasi tidak hanya sekedar usaha baru tapi mereka juga mengoptimalkan industri," imbuhnya.
Kalau dari sisi stabil, kata Junnita, adalah sektor yang berkaitan dengan konsumsi, restoran. Sejumlah negara juga menanam modal di Surabaya. Hanya saja mengarah ke makanan minuman dan restoran. Serta sektor digitalisasi juga stabil.
Lebih lanjut ia memaparkan,5 besar negara yang menanam modal di Surabaya yakni Hongkong, Malaysia, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Singapura.
"Kami masih tetap menjaga dunia usaha, bisa melewati pandemi secara bersama sama. Mereka menjaga dari sisi nantinya vaksin ini bisa memenuhi agar tidak ada lagi merasa takut," tuturnya.
"Kalau masyarakat dunia usaha mereka menginginkan ada relaksasi atau insentif. Tetapi upaya insentif atau relaksasi ini masih banyak dari pusat. Kalau retribusi sesuai dengan okupansi," tuntasnya.
Sekretaris DPMPTSP Surabaya, Fauzie Mustaqiem Yos, menambahkan, salah satu hal yang bisa mendorong investasi adalah perizinan. Pihaknya sudah mengenakan LSS sesuai dengan pemerintah pusat.
"Tentunya semua bentuk perizinan dipermudah dan sudah tidak ada biaya kecuali masih ada retribusi kayak IMB dan lain lain sudah tidak ada biaya. Yang kedua kami juga melakukan pameran promosi secara virtual, kerjasama dengan dinas perdagangan. Dari situ diharapkan data investasi meningkat dan mempermudah," katanya.
Selain promosi, Yos mengungkapkan, DPMPTSP sempat diskusi mengenai wacana pembebasan insentif. Program itu masih diskusikan mengenai besaran insentifnya, bentuk keringanan pajak hingga pembebas retribusi untuk perizinan 0. (Ard)