20 April 2025

Get In Touch

Varian Lambada, Mutasi Baru Corona yang Bikin WHO Waspada

Varian Lambada, Mutasi Baru Corona yang Bikin WHO Waspada

JENEWA (Lenteratoday) - Kewaspadaan dunia terhadap varian-varian baru corona harus ditingkatkan. Teranyar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan mutasi baru bernama Lambda. Varian itu masuk dalam daftar Variant of Interest atau VOI.

"Pada 14 Juni 2021, varian yang ditetapkan untuk garis keturunan Pango C.37, clade GR/452Q.V1, NexStrain clade 20D, ditetapkan sebagai VOI global dan diberi label WHO Lambda," tulis buletin WHO, dikutip India Today, Sabtu (26/6/2021).

Varian Lambda menambah panjang daftar varian Covid-19 yang beredar di dunia saat ini. Misalnya saja varian Delta yang menyebabkan 'tsunami' Covid-19 di India dan juga masuk dalam klasifikasi VOI WHO pada Mei lalu.

Klasifikasi itu diberikan karena varian terbukti lebih menular, mematikan, atau lebih resite pada vaksin serta perawatan yang dilakukan saat ini. Varian Delta juga telah ditemukan di 92 negara dunia.

WHO menyebutkan Lambda telah lama dipantau sebagai varian yang perlu mendapat peringatan. Berdasarkan informasi lebih lanjut dan penilaian yang diperbarui, varian ini sekarang telah dianggap sebagai 'memenuhi definisi kerja VOI berdasarkan bukti kemunculan yang berkelanjutan dan dugaan implikasi fenotipik'.

WHO menyebutkan jika Lambda terdeteksi awalnya di Peru pada Agustus 2020. Laporan WHO menyebutkan di negara itu hingga April 2021, 81% kasus merupakan varian Lambda.

Sejak ditemukan di Peru, varian itu dilaporkan telah ditemukan di 29 negara, yakni sebagian besar Amerika Latin termasuk Argentina dan Chili.

Di Chili 32% dalam 60 hari di Chili juga berasal dari varian yang sama. Varian itu beredar bersama pada tingkat yang sama dengan varian Gamma (33%), namun mengalahkan varian Alpha (4%) pada periode yang sama.

Argentina melaporkan prevalensi Lambda sejak minggu ketiga Februari 2021. Sejak 2 April hingga 19 Mei, Lambda menyumbang 37% dari kasus yang ada.

WHO menyebutkan Lambda membawa sejumlah mutasi, yakni dengan dugaan implikasi fenotipik, seperti potensi peningkatan penularan atau kemungkinan peningkatan resistensi terhadap antibodi pentetral.

"Ini ditandai dengan mutasi pada protein lonjakan, termasuk G75V, T761, del 247/253, L452Q, F490S, D614G dan T859N," ungkap WHO.

WHO mengatakan telah ada bukti terbatas mengenai dampak penuh dengan perubahan genom. Lembaga itu mencatat studi lebih lanjut mengenai dampak fenotipik diperlukan, untuk lebih memahami dampak pada tindakan pencegahan dan mengendalikan penyebaran.

Selain itu penelitian juga dibutuhkan untuk memahami dampak pada tindakan pencegahan dan mengendalikan penyebaran.

Kehadiran varian baru juga diikuti dengan pertanyaan apakah bisa dilawan dengan vaksin yang ada. Namun nampaknya belum ada jawaban soal pertanyaan itu.

Sebab WHO mengatakan dibutuhkan studi lebih lanjut untuk memvalidasi efektivitas vaksin yang berkelanjutan.(ist)

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.