
GRESIK (LenteraToday) - Kota Gresik merupakan pintu masuk penyebaran agama islam pertama kali di tanah Jawa. Itu terjadi sejak zaman Kerajaan Majapahit yang diperkirakan sebelum 1.400 Masehi.
Perjalanan sejarah panjang itu pula yang membuat Gresik dikenal dengan kota santri. Bahkan di Gresik ada dua sosok penyebar agama Islam yaitu Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Giri.
Karena itu, tak heran bila Kota Gresik memiliki beberapa produk kerajinan khas yang lekat dengan nuansa Islami, seperti Rebana di Kecamatan Bungah, Songkok Beludru (Kopyah) dari Desa Kroman.
Selain itu, ada juga produk kerajinan sarung tenun dari Desa Pulo Pancikan dan sekitarnya, termasuk sarung tenun dari Kecamatan Cerme, tepatnya dari Desa Wedani, Kambingan dan Jambu.
Sarung tenun ini diperkirakan telah dibuat masyarakat Gresik bersamaan dengan datangnya para pedagang dari Timur Tengah dan China di masa hidupnya Syekh Mulana Malik Ibrahim.
Saat itu Syekh Maulana Malik Ibrahim membeli bahan baku kain yaitu kapas dan benang dari para pedagang China. Sejak saat itu para santri Syehk Maulana Malik Ibrahim mulai belajar membuat kain yang nantinya dijadikan kain penutup aurat sat menjalankan sholat.
Pada zaman itu sarung tenun yang dibuat oleh masyarakat Gresik dan para santri Syehk Maulana Malik Ibrahim hanya berwarna putih tanpa corak.
Kerajinan sarung tenun yang ada di Gresik pada zaman Syehk Maulana Malik Ibrahim itu masih berlanjut terus dan makin memiliki warna dan corak hingga zaman kejayaan Giri Kedaton.
Namun, kerajinan sarung tenun Kota Gresik ini sempat terhenti pada saat bangsa Belanda dan Portugies masuk untuk berdagang di Kota Gresik.
Pada tahun 1930, masyarakat di sekitar makam Syehk Maulana Malik Ibrahim memulai kembali membuat kerajinan sarung tenun ini, meskipun masih digunakan untuk kebutuhan pribadi.
Bqru setelah Indonesia merdeka mulailah berdiri beberapa pabrik atau usaha sarung tenun berskala besar seperti Behaestex yang berdiri tahun 1953 dan masih banyak lagi yang lainnya.
Hingga sekarang banyak para pengerajin Sarung Tenun yang mulai menggeliat dan semakin besar. Dikawasan Kecamatan Cerme, ada beberapa desa yang membuat kerajinan Sarung Tenun ini.
Desa penghasil sarung tenun tersebut meliputi Desa Wedani, Desa Kambingan dan Desa Jambu. Sarung tenun ini dipasarkan hingga ke manca Negara. Khususnya untuk Desa wedani ini memiliki beberapa pengusaha kerajinan Sarung Tenun yang berskala besar.
Keunggulan dari sarung tenun Gresik ini terletak pada kualitas benang dan pewarnaan yang tidak pudar meskipun dipakai puluhan tahun. Dari keunggulan inilah sarung tenun Gresik memiliki harga yang bisa dibilang sangat mahal.
Untuk ukuran kain sarung tenun ATBM bahan sutra bisa mencapai puluhan juta per potong. Tapi, di Gresik ada juga akan sarung tenun dengan kualitas di atas sarung tenun daerah lain seharga Rp30 ribu per potong.(wan)