
LAMONGAN (Lenteratoday) – Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Bambang DH melihat langsung peternak bebek petelur skala mikro di Dusun Payaman, Desa Kuripan, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan. Pemanfaatan lahan terbatas menjadi produktif sebagai sumber pangan secara berkelanjutan, merupakan wujud kemandirian.
“Ini contoh kecil, bagaimana memanfaatkan lahan yang terbatas tetapi bisa produktif. Ini bisa ditiru," ujar Walikota Surabaya Tahun 2002-2010 ini.
Menurutnya pangan akan menjadi masalah besar jika masyarakat tidak ikut terlibat didalamnya. Data menunjukkan kebutuhan pangan kita dari tahun ke tahun terus meningkat selaras dengan peningkatan jumlah penduduk.
Isu ketahanan pangan juga menjadi sangat penting pada saat pandemi Covid-19. Sebab, ketahanan pangan sangat erat kaitannya terhadap kestabilan ekonomi, gejolak sosial dan politik. "Usaha-usaha kecil dari masyarakat ini yang harusnya mendapatkan perhatian dari pemerintah. Sebab mereka mampu memiliki daya tahan di tengah pandemi," ujarnya.
Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, peternak telur di Desa Kuripan membuktikan bila sektor ini juga bisa menggerakkan perekonomian.
Salah satu peternak, Evi Aprilia murfiani, mengatakan setiap hari peternak mengalami kelebihan permintaan dari pedagang. Peternak hanya mampu memenuhi 50% persen dari pesanan. “Ini baru 4 pedagang langganan kami, belum yang lain yang terpaksa kami tolak," ujar Evi.
Berawal dari PHK
Terkait awal mula Evi beternak adalah saat ayahnya, Murwanto terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada bulan Juni 2020. “Dari sini kami berfikir untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak bisa hanya mengandalkan pesangon yang belum ada realisasinya waktu itu. Maka kami putuskan berwirausaha saja,”ceritanya.
Lalu muncul ide membuat peternakan bebek petelur itu dari modal uang pencairan BPJS Ketenagakerjaan Murwanto dan uang hasil arisan Evi. “Dari modal tersebut akhirnya kami mengolah dan meminilisir kerugian agar bisa bertahan dan tidak sampai hutang bank,” jelasnya.
Setelah menghasilkan, Evi pun mulai melakukan pemasaran. “Alhamdulillah saya mengawali pemasaran telur bebek ini dari online. Pemasok bebeknya pun mau membeli hasil telur-telur tersebut jika telur sudah capai minimal 1.000 butir,” jelasnya.
Namun, karena permintaan pasar tinggi, belum sampai terkumpul 1.000 butir, setiap hari sudah ada yang memesan. Walhasil, selain bisa memenuhi gizi keluarga, peternak telur skala mikro ini mendapatkan omzet hingga melebihi pendapatan UMK di Kabupaten Lamongan.
Selain dijual telur saja, Evi juga membuat produk makanan berbahan telur asin dengan merek dagang Telur Asin Murni. “Kita juga mencoba membuat produk dari telur asin seperti pepes telur asin, botok telur asin dan lainnya, permintaan juga tinggi sampai tidak bisa melayani," tambahnya.
Bambang DH memberikan apresiasi atas usaha peternak telur skala mikro ini, “Kandangnya bersih dan relatif tidak mengeluarkan bau, ini bisa ditiru ditempat lain," tutupnya.(ist)