20 April 2025

Get In Touch

Relawan RSLI Gelar Sosialisasi Secara Offline

Para relawan saat melakukan sosialisasi terkait virus covid-19 secara offline, di Rumah Sakit Lapangan KOGABWILHAN II Indrapura, Surabaya, Senin (8/2/2021).
Para relawan saat melakukan sosialisasi terkait virus covid-19 secara offline, di Rumah Sakit Lapangan KOGABWILHAN II Indrapura, Surabaya, Senin (8/2/2021).

SURABAYA (Lenteratoday) - Para relawan pendamping yang tergabung dalam Program Pendampingan Keluarga Pasien Covid-19 (PPKPC), Rumah Sakit Lapangan KOGABWILHAN II Indrapura, Surabaya, menggelar penyuluhan Protokol Kesehatan 5M dan pemahaman Virus Corona, Senin pagi (8/2/2021).

Sasaran sosialisasi kali ini adalah PT. Multiclean Jaya Lestari, Ruko Panji Makmur Blok C.35 Jalan Panjang Jiwo, secara offline. Perusahaan yang dipimpin oleh Antonius Pangestu sebagai direktur, menyediakan tempat dan waktunya di lantai 3 untuk acara tersebut. Lebih dari 35 peserta, yang terdiri dari para manajer dan supervisor menyimak secara seksama terkait materi yang diberikan.

Radian Jadid, Ketua PPKPC, mengatakan, sejak November hingga saat ini, perkembangan jumlah pasien di Indonesia, khususnya di Jawa Timur semakin meningkat. Demikian pula yang terjadi di Rumah Sakit Lapangan. Peningkatannya semakin hari didominasi oleh klaster keluarga dan klaster institusi, termasuk di dalamnya sejumlah perusahaan.

"Puluhan keluarga yang terdiri dari dua hingga enam orang anggota keluarga, serta puluhan lembaga dan perusahaan dengan jumlah yang terpapar hingga mencapai puluhan orang dalam satu institusi menjadikan dinamika tersendiri terhadap kondisi pasien di RSLI," ujar Radian.

Sebagai garda depan non medis dalam upaya menanggulangi pandemi, relawan melakukan terobosan program sosialisasi. Selama ini, sosialisasi terjun langsung ke masyarakat. Kini, mulai menyasar kepada institusi, perusahan, yang selama ini karyawannya keluar masuk menjadi pasien.

"Untuk tahap pertama, rintisan program tersebut dapat diinisiasi dan dilaksanakan di PT Multiclean Jayalestari. Langkah ini tidak terlepas dari peran Bambang Sulistiono Anggota TNI dari yonif 516 / CY, yang sangat peduli terhadap upaya sosialisasi dan pemahaman covid-19," katanya.

Kebetulan, lanjut Radian, Bambang Sulistiono kenal dengan Andreas Budiono, dan mengutarakan adanya acara sosialisasi di perusahaan tersebut dengan narasumber dari Relawan RSLI.

“Upaya sosialisasi dan edukasi secara langsung khususnya di lingkungan perusahaan harus diapresiasi dan didukung sepenuhnya. Serta diimplementasikan di banyak tempat, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari upaya partisipasi aktif warga bangsa mengatasi pandemi covid-19 di Indonesia.” pungkas Jadid.

Dari RSLI hadir dua orang sebagai narasumber, yaitu dr. Jose Asmara, dokter RSLI, Aldy Syah Dafiq Ramadhan serta didampingi oleh Radian Jadid, Galih Barika, dan As'ad Baidowi, relawan RLSI.

Pada kesempatan pertama, dr. Jose menyampaikan tentang protokol kesehatan 5M, pentingnya menjalankan sebagai hal utama dan vital dalam pencegahan covid-19, juga pemahaman dasar tentang virus covid-19. pada dasarnya tidak mematikan (berbahaya) apabila tidak disertai penyakit penyerta.

"Hal inilah yang banyak dialami oleh penderita covid-19 kategori tanpa gejala dan gejala ringan, yang dengan isolasi mandiri disertai peningkatan dan penjagaan stamina, baik rumah sakit ataupun di rumah bisa sembuh dan pulih. Berbeda dengan yang gejala sedang dan berat disertai penyakit penyerta (komorbid) covid-19 bisa menjadi berbahaya," tuturnya.

Selain itu, kata Jose Asmara, Hasil Swab Antigen maupun Swab PCR yang sebenarnya hanya menjadi alat bantu diagnostik untuk dilakukan oleh Dokter. Penentu kondisi sakit atau sembuh pasien adalah Dokter Penanggung Jawab Pasien. Dokter Jose juga menjelaskan tentang proses yang berlangsung dalam pemeriksaan tes swab PCR.

“Perlu dipahami bahwa PCR adalah test diagnosis yang mendeteksi materi genetik virus, baik itu virus aktif, bangkai virus maupun virus rusak. Selama masih ada materi tersebut maka tes PCR akan terbaca positif, dan tes PCR tidak bisa membedakan apakah virus dalam keadaan infeksius atau tidak," jelasnya.

"Setelah virus dirusak oleh sistem imun, terbentuklah antibodi. Virus dan sisanya akan dibersihkan oleh sistem imun. Proses degradasi ini bisa berlangsung hingga 83 hari. Mengenai masa menular atau infeksius, dari berbagai penelitian dijelaskan bahwa pada pasien gejala ringan virus tidak aktif lagi setelah 10 hari," sambungnya.

Masih kata Dokter Jose, Kemampuan infeksius berkurang 88% setelah 10 hari, 95% setelah 15 hari dan tidak aktif setelah 20 hari. Jadi potensi penularan bagi pasien tanpa gejala yang telah menjalani isolasi mandiri selama 10 hari, sudah sangat rendah sekali.

"Meskipun daya tular sudah relatif sangat menurun tetapi kita semua (baik yang sehat, yang sakit, yang pernah sakit) tetap bisa menjadi media penularan untuk lingkungan kita sehingga protokol kesehatan tetap menjadi cara utama/terbaik untuk memutus rantai penularan covid-19.” pungkas dr. Jose. (ard)

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.