
MADIUN (Lenteratoday) - Penerapan one gate system (akses satu pintu) di wilayah Kabupaten Madiun menuai banyak pro dan kontra. Pasalnya penerapan tersebut dinilai memberikan dampak buruk bagi ekonomi masyarakat kecil.
Penjual es krim keliling, Slamet (48) mengatakan bahwa penjualannya menurun drastis semenjak diberlakukan one gate system. Dia menjadi tidak leluasa menjajakan dagangannya.
"Jelas turun drastis mas. Kalau ditutup, trus mau jualan di mana. Kalau di jalan besar juga jelas gak ada yang beli," jelas Slamet, Kamis (04/02/2021).
Biasanya dalam sehari, Slamet mendapatkan paling sedikit Rp. 100 ribu. Namun semenjak penerapan akses satu pintu, pendapatannya menurun 50 persen menjadi Rp. 50 ribu.
"Ya kalau bisa kebijakannya jangan seperti ini. Kan masih ada protokol kesehatan," imbuhnya.
Berbeda dengan Slamet, ungkapan menyetujui dengan penerapan akses satu pintu ada pada Lasmini. Dia yang sehari-hari menjual rujak mengaku tidak keberatan ketika dilakukan one gate system.
"Akses satu pintu ini efektif menghilangkan corona. Jualan saya baik-baik saja," pungkasnya.
Sementara itu, Anggota Komisi D, Djoko Setijono mengatakan bahwa penerapan tersebut tidak efektif untuk menekan angka penyebaran Covid-19. Karena apabila hanya melakukan penutupan akses tetapi tidak diimbangi dengan penerapan protokol kesehatan, hanya akan menyebabkan ekonomi terhambat.
"Penanganan Covid ini. Kalau saya memberi masukan bahwa melibatkan institusi yang terendah ini yang penting. Apa itu, RT. Jadi RT ini kalau ada anggaran sedikit untuk mengawasi masyarakat sekitar," jelas Djoko,
Selain itu perlunya dilakukan sosialisasi kepada masyarakat karena tidak semua masyarakat mau menerima penerapan one gate system.(Ger)