13 April 2025

Get In Touch

Debat Ke-3 Pilwali Kota Blitar, Paslon Henry-Yasin Beber Kegagalan Petahana

Kedua paslon Cawali dan Cawawali pada Debat Publik Ke-3 atau terakhir yang digelar KPU Kota Blitar, Selasa(24/11/2020) malam.
Kedua paslon Cawali dan Cawawali pada Debat Publik Ke-3 atau terakhir yang digelar KPU Kota Blitar, Selasa(24/11/2020) malam.

BLITAR (Lenteratoday) - Pasangan calon No. 1 Hendry Pradipta Anwar - Yasin Hermanto, memanfaatkan Debat Publik Ke-3 atau terakhir sebelum Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Blitar pada 9 Desember 2020, untuk membeberkan kegagalan pembangunan Kota Blitar oleh paslon petahana No. 2, Santoso - Tjutjuk Sunario.

Setidaknya ada 5-6 kegagalan pembangunan fisik selama periode 2018-2020, yang dibeberkan paslon No.1 Henry - Yasin pada debat publik pamungkas tadi malam, Selasa (24/11/2020). Isu yang dibawa pasangan ini sesuai dengan tema debat, yaitu ekonomi dan pembangunan.

Kegagalan pembangunan tersebut diantaranya belum dibangunnya Taman Keragaman Hayati (Kehati) di Kelurahan Tanjungsari dan Taman Jingkrak di Kelurahan Gedog, belum diselesaikan fasilitas pendukung Sirkuit Balap di Kelurahan Sentul, masih adanya jalan rusak dan tanpa Penerangan Jalan Umum (PJU), belum adanya fasilitas rawat inap di Puskesmas Sukorejo serta belum dibangunnya sarana Pujasera untuk melengkapi Sport Center di Kelurahan Bendo.

Semua rencana pembangunan ini digagas pada saat kepemimpinan Walikota Blitar, Samanhudi Anwar tahun 2016 lalu. Tapi setelah diteruskan oleh Santoso, tidak dilanjutkan atau terealisasi. "Kondisi inilah yang mendorong saya untuk maju meneruskan perjuangan beliau (Samanhudi Anwar), karena Pak Santoso tidak mau melanjutkan pembangunan yang sudah direncanakan sejak 2016 lalu," tutur Cawali Henry pada debat semalam.

Tidak hanya kegagalan pembangunan fisik, beberapa program Pemkot Blitar yang bermasalah dan tidak berjalan juga dijlentrehkan. Seperti gagalnya tender bantuan seragam gratis, molor tendernya bantuan Rastrada, bantuan Covid-19 senilai miliaran juga belum dibagikan dan fasilitas pendukung pendidikan gratis (tablet dan sepeda) juga dihentikan. "Terkait program pembangunan, tidak harus semuanya dilaksanakan. Tapi perlu ada evaluasi, bagaimana manfaatnya, serta harus efektif dan efisien," elak Santoso.

Selain itu, paslon No. 2 yang diusung PDIP, PPP, Gerindra,Nasdem dan Demokrat ini juga sama sekali tidak menyinggung soal digitalisasi. Mengikuti perkembangan jaman yang semuanya memanfaatkan internet, serta digandrungi generasi milenial. Berbeda dengan paslon No. 1 yang diusung PKB, Golkar dan PKS justru menjawab setiap pertanyaan sambil menegaskan program mereka, jika terpilih menjadi Walikota dan Wakil Walikota Blitar akan mewujudkan "Blitar Kota Digital". Mulai Wifi gratis diseluruh wilayah Kota Blitar, ekosistem digital, mendorong start up UMKM dan ecommerce dari Kota Blitar, Kota Wisata Digital dan aplikasi UMKM digital.

Secara umum pelaksanaan Debat Publik Ke-3 ini, berjalan menarik dan cukup sengit. Kedua paslon sama-sama ingin menunjukkan keunggulannya, paslon No. 1 fokus pada Program Rp 50 - 100 juta per RT tiap tahun. Namun justru menjadi bumerang, ketika dalam pelaksanaanya nanti justru membebani para ketua RT juga resikonya.

"Kasihan Pak RT dan pengurusnya, harus dibebani tugas tambahan tapi yang diberi honor hanya ketuanya. Kalau saya terpilih, seluruh RT dan pengurusnya akan diberikan honor dan fokus melayani warganya," tandas Henry Cawali dari Paslon No. 1

Dalam debat tadi malam, juga tampak bagaimana sikap calon pemimpin Kota Blitar ketika dikiritk dan menjawabnya. Seperti ketika Paslon No. 1 yang mengenakan baju batik, sambil bercanda mempromosikan batik produksi pengerajin Kota Blitar. "Kalau pakai jas terasa panas, beda kalau pakai batik produksi Kota Blitar yang terasa adem," tutur Henry sambil tersenyum.

Namun gurauan ini justru ditanggapi serius oleh Cawali Santoso, yang mengatakan tidak ada relevansinya antara jas dengan tema debat. "Jadi tidak perlu dikomentari, karena sudah keluar dari tema debat," jawabnya serius.

Secara umum dari 5 pertanyaan tim panelis, diantaranya mengenai koperasi, investasi, PDRB, Kota Tanpa Kumuh dan alih fungsi lahan pertanian biasa dijawab dengan lancar oleh kedua paslon. Paslon No. 1 menjawab dan menanggapi, sambil mempertajam program unggulan mereka seperti pendidikan gratis mulai TK-SMP baik negeri maupun swasta, bantuan untuk murid SMA/SMK, BPJS Kesehatan gratis untuk seluruh warga Kota Blitar, Kampung Wisata Tematik, Rastrada plus lauk dan sayur dan UMKM Mandiri.

Sedangkan paslon No. 2 tetap fokus pada Program Bantuan Rp 50-100 juta tiap RT per tahun, meskipun masih konsep karena belum ada aturannya. "Dengan program ini, akan kami buatkan Perwali agar potensi yang ada di tiap RT bisa dimanfaatkan untuk kemajuan dan peningkatan perekonomian warganya," tandas Santoso.

Disinilai tampak jelas, perbedaan paslon penantang No. 1 yang langsung
menyampaikan program kedepan demi kemajuan Kota Blitar. Sedangkan petahana yakni paslon No. 2 lebih banyak menjawab apa yang sudah dilakukan selama memimpin Kota Blitar. Meskipun diakui Santoso yang sebelumnya adalah Wakil Walikota Blitar mendampingi Samanhudi Anwar, baru resmi dilantik sebagai Walikota Blitar definitif oleh Gubernur Jatim pada Mei 2020. (ais)

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.