20 April 2025

Get In Touch

Cerita Relawan Pengantar Jenazah, Sehari Pernah Tangani Hingga 6 Jenazah

Cerita Relawan Pengantar Jenazah, Sehari Pernah Tangani Hingga 6 Jenazah

JEMBER (Lenteratoday) - Banyak cerita mengharukan yang dialami para relawan pengantar jenazah covid-19 dari rumah sakit hingga ke liang lahat. Hingga kini total jenazah di Jember yang diantarkan para relawan sudah tembus hingga 152 jenazah. Dalam sehari, para relawan pernah menangani hingga 6 jenazah di Jember dengan lokasi yang berbeda-beda.

Virus Covid-19 diketahui pertama kali di Wuhan, kota bagian tengah China sekitar Agustus 2019, dan menjadi wabah yang sangat serius di negara tersebut sekitar bulan Desember ditahun yang sama. Penyebaran virus diketahui berasal dari pasar hewan dimana masyarakat disana menjual hewan hidup dan mati termasuk ikan dan burung. Dan kala itu hewan yang diteliti oleh ahli adalah kelelawar karena hewan tersebut memiliki banyak virus zoonosis termasuk diantaranya ebola, HIV dan rabies. Virus yang masa inkubasinya 2-14 hari terus menyebar hingga menimbulkan korban meninggal dunia ribuan jiwa dan mengharuskan kota di lockdown untuk mencegah penyebaran virus yang lebih luas.

Penyebaran Covid 19 kian meluas ke 188 negara di dunia dengan 35 juta kasus dan lebih satu juta kasus kematian. Amerika Serikat menempati posisi pertama dengan jumlah kasus positif dan kematian tertinggi di dunia disusul Brasil dan India.

Dari 188 negara itu, Indonesia merupakan salah satu negara terjangkit virus covid-19 yang diketahui pada pertengahan bulan februari 2020. Saat itu pemerintah melakukan tindakan termasuk melakukan pencegahan penyebaran covid-19.

Anjuran pemerintah seperti diantaranya, cuci tangan, jaga jarak dan selalu memakai masker terus dilontarkan agar virus tidak menyebar di masyarakat.

Di awal maret 2020, PMI Jember turut serta mensosialisasikan anjuran pemerintah tersebut ke masyarakat dengan melakukan kegiatan bagi bagi masker di jalan.

Ketika menginjak bulan April 2020 tepatnya hari Selasa (14/4), PMI Propinsi Jawa Timur membuka layanan Ambulans Jenazah Covid-19 dengan membuka 5 posko yang tersebar se-Jawa Timur diantaranya di Markas PMI Provinsi Jatim sebagai posko induk, PMI Kabupaten Jember, Bangkalan, Ngawi dan PMI Kota Pasuruan. Selanjutnya masing-masing mengirimkan 3 relawan untuk mengikuti pelatihan pemulasaran dan pengantar Jenasah sesuai protokol kesehatan bertempat di RS. Dr.Soetomo Surabaya.

Berawal Ketua PMI Kabupaten Jember Zaenal.Marzuki mengumumkan bahwa PMI Jember di tunjuk sebagai tim ambulans jenazah Covid-19, tanpa berfikir panjang, Guhfron Eviyan Efendi yang saat itu menjabat Kepala Unit Humas langsung menjawab kesediaaanyan bergabung dengan tim ambulans jenazah Covid-19.

Bersama dua relawan PMI Kabupaten Jember lainnya yaitu Imron Syafi’I dan Andre Ferdiansyah berangkat ke Surabaya mengikuti pelatihan pemulasaran dan pengantar Jenazah. "Saat Ketua PMI Jember mengumumkan melalui pesan Whatsaap, saya langsung bersedia menjadi bagian tim ambulans Jenazah Covid-19,” ungkap Ghufron yang juga alumni IAIN Jember jurusan Syariah 2007 lalu. Akhirnya Ketiganya bergabung dengan tim ambulans jenazah lainnya dan berangkat mengikuti pelatihan pemulasaran dan pengantar Jenasah Covid-19 bertempat di RS. Dr.Soetomo Surabaya.

Dari pelatihan tersebut, PMI Jember akhirnya mensiagakan dua armada ambulance jenazah Covid-19 secara gratis, yang bertujuan untuk mengantar jenasah dari Rumah sakit ke lokasi pemakaman. “Pulang dari pelatihan, akhirnya PMI Jember mensiagakan dua unit Ambulans Jenazah Covid-19 yang siap membawa jenasah menuju pemakaman,” kata Ghufron di ruang Humas PMI Jember.

Tepat hari Selasa 28 April 2020, tim ambulance PMI jember untuk pertama kalinya membawa jenasah untuk dimakamkan sesuai dengan protokol kesehatan covid-19. “Tiba-tiba ada panggilan di handphone saya, dan ternyata nomor tersebut dari salah satu rumah sakit yang ada di jember,” cerita Ghufron sambil mengingat enam bulan lalu.

Sesuai standart kesehatan yang diperolehnya dari pelatihan, satu persatu peralatan dan perlengkapan yang menjadi ketentuan dipakai dan dibawanya. “Suara mesin ambulance mulai berbunyi, sirine dinyalakan dan rekan saya mulai menginjak pedal gas menuju rumah sakit. Ditengah perjalanan jantung mulai berdetak semakin cepat hingga akhirnya saya tiba di rumah sakit yang menjadi tujuan,” kata Ghufron.

Sekitar 30 menit dirumah sakit, tim ambulance yang sudah memakai Alat Pelindung Diri (APD) akhirnya mengeluarkan peti jenasah untuk kemudian dibawa ke ambulance. “Dibenak saya berkata jika dihadapan saya ini adalah jenasah yang harus dihantar dan dimakamkan sesuai protokol kesehatan copvid-19,” kenang Ghufron.

Meski jantung tim ambulance PMI Jember tersebut terus berdetak, namun tak membuat mereka hilang konsentrasi untuk membawa dan melakukan pemakaman jenasah sesuai protokol kesehatan covid-19 yang hingga 8 Oktober ini tercatat sudah membawa 92 jenasah ke berbagai tempat termasuk kabupaten tetangga, Bondowoso yang menjadi wilayah jejaring PMI Jember.
“Tujuan saya gabung menjadi tim ambulans jenazah covid-19, untuk memastikan perlakuan secara martabat terhadap jenazah terkait Covid-19, kebetulan saya ini Muslim, dan sudah menjadi kewajiban saya juga sebagai umat muslim untuk mensholatkan jenasah, jadi saat itu meski banyak warga takut untuk mensholatkan jenasah. Tapi saya berusaha bisa mensholatkannya. Bahkan yang terjadi justru saya jadi tontonan warga dari luar pemakaman yang melihat dari jarak yang cukup jauh. Namun untuk saat ini, saya berusaha mengajak pihak keluarga duka untuk sama sama sholat jenasah sebelum dimakamkan,” tuturnya.

"Pada waktu yang berbeda, sambung dia, pernah dua kali melakukan pengantaran jenazah yang beragama katolik, dia memberitahu keluarga dan romo untuk memberikan pemberkatan terakhir diarea pemakaman dengan jarak tertentu,” sambungnya.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 5 kali tak bisa dilupakan oleh Ghufron, panggilan akrab pria kelahiran 1981 itu tatkala membawa jenasah dan mendapat perlawanan dari masyarakat yang menolak keluarganya dimakamkan dengan protokol kesehatan covid-19. “Pernah mobil ambulance PMI Jember ini dikepung massa, namun karena kita niat Ikhlas untuk membantu masyarakat, saya terus saja masuk ditengah kerumunan massa itu,” cerita pria yang kini berusia 39 tahun.

Oleh massa yang saat itu menunggu kedatangan Ambulance PMI Jember, tiba tiba saja digedor dengan maksud agar jenasah yang ada di dalam ambulance segera dikeluarkan. Massa ingin melakukan proses pemakaman sendiri tanpa menerapkan protokol kesehatan covid-19 yang menjadi ketentuan dari pemerintah. Setelah pintu dibuka, massa merangsek masuk dan mengeluarkan peti jenasah untuk dibawanya ke rumah duka, sebelum akhirnya dimakamkan di tempat pemakaman umum yang ada dilingkungan tersebut.

Serupa juga terjadi di salah satu kecamatan wilayah barat kabupaten jember, warga yang ingin memakamkan jenasah sesuai dengan syariat Islam berusaha merampasnya. “Padahal dari keterangan rumah sakit, jenasah tersebut positif covid-19,” ujar Ghufron saat mengingat peristiwa tersebut.

Sejak menjadi tim ambulance, keluarga Ghufron tidak mengetahui jika bertugas sebagai penghantar jenasah yang harus dimakamkan sesuai prokol kesehatan covid-19. Berbulan bulan keluarga tidak mengetahui tugas apa yang diembannya meski terkadang keluar malam dan pulang pagi hari.
“Awalnya keluarga tidak mengetahui dan saya memang tidak menceritakannya karena khawatir mereka takut dan khawatir mengingat di awal pandemi covid-19 lalu begitu mencekam apalagi dilingkungan yang bisa saja keluarga saya dikucilkan. Jadi baru sebulan lalu, keluarga mengetahui jika saya mengemban tugas kemanusiaan sebagai tim ambulance PMI Jember tatkala kepergok memakai pakaian Hazmat yang menjadi Alat Pelindung Diri,” ujar Ghufron diakhir akhir cerita.

Dimata rekan PMI Jember, sosok Ghufron memang cukup dikenal sebagai pribadi yang memiliki jiwa kemanusiaan tinggi. Tak mengenal kata lelah sedikitpun, 24 jam selama 7 hari berturut turut, tatkala menerima permintaan menghantarkan jenasah dengan sigap Ghufron bersatu timnya langsung mendatangi rumah sakit. “Jiwa kemanusiaan sudah tertanam di pribadi mas Ghufron, bahkan pernah dalam dua hari berturut turut dia membawa jenasah hingga enam kali ke beberapa lokasi tempat pemakaman yang ada di Jember. Dan saat kumpul bersama diruangan, tak pernah sedikitpun mengeluh akan tugas kemanusiaan yang diembannya, justru dia bersyukur dirinya bermanfaat bagi masyarakat ditengah pandemi covid-19 ini,” ungkap Syaiful yang rekan kerja di Unit Humas PMI Jember.
Ghufron berharap pandemi covid-19 segera berakhir dan masyarakat bisa kembali hidup normal tanpa diselimuti rasa takut dan khawatir akan virus. Mentaati anjuran pemerintah khususnya cuci tangan dan memakai masker yang kini sudah menjadi kewajiban akan membawa kembali bumi pertiwi Indonesia ini ke kehidupan normal. (mok)

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.