
Madiun - Pandemi Covid-19 ternyata juga berdampak pada pelayanan kesehatan termasuk Rumah Sakit (RS). Bahkan sampai ada RS yang kosong tak berpasien, karena tidak ada pasien rawat inap.
Pandemi Covid-19 mengakibatkan ketakutan masyarakat untuk datang ke rumah sakit untuk berobat. Diantaranya mereka khawatir jika penyakitnya malah dikaitkan dengan Covid-19. Bahkan ketakutan paling mendalam ketika pasien meninggal kemudian harus dilakukan proses pemakaman secara protokol kesehatan, sehingga keluarga tidak bisa mengantarkan dan melihat jenazah utnuk terakhir kali.
Imej pada masyarakat terhadap rumah sakit inilah yang kemudian berdampak pada tingkat okupansi tempat tidur rawat inap di rumah sakit. Tentu, hal ini juga berdampak pada sirkulasi keuangan rumah sakit. Salah satunya seperti yang dialami Rumah Sakit Griya Husada di Kota Madiun.
Rumah sakit ini cukup merasakan dampak Covid-19, dimana sempat terjadi penurunan angka kunjungan pasien semenjak adanya pandemi Covid-19. Meski demikian, jam pelayanan di rumah sakit tersebut tidak berkurang.
Penanggung jawab pelayanan RS Griya Husada, dr. Titin Muhatiningsih menyampaikan penurunan angka kunjung ada banyak faktor. Salah satunya adalah adanya batasan pada awal-awal pandemi Covid-19. Ia memberikan contoh sebelum New Normal diberlakukan. RS. Griya Husada hanya menerima operasi darurat saja. Penurunan drastis angka kunjungan pasien pernah pada titik tidak ada rawat inap.
"Tepatnya harus buka data ya, saya tanyakan petugas. Selama pandemi pernah ranap [rawat inap] kosong. Di antara bulan April-Mei. Dulu kalau operasi hanya khusus pelayanan operasi yang tidak bisa ditunda. Kalau sekarang bisa menerima operasi apapun," kata Titin pada Lenteratoday, Sabtu (19/09/2020).
Namun, saat ini tingkat kunjungan sudah mulai beranjak normal. Bahkan, RS ini juga telah membula layanan bagi pasien gigi, sementara di beberapa faskes ada yang tidak menerima pasien gigi, dikarenakan kuatir Covid-19. Layanan pasien gigi ini dengan menerapkan protokol kesehatan. Salah satunya dengan screening. Yakni memisahkan antara pasien yang berkunjung dari asal domisili dengan warna zona.
"Untuk layananan gigi tidak ada pembatasan. Termasuk THT-pun juga tetap melayani. Pakai screening, awal-awal kan jelas ya ini zona merah, ini zona kuning, ini hijau. Tapi sekarang se-Jatim zona merah semua. Tidak jadi patokan lagi, termasuk Kota Madiun akhirnya zona merah," terangnya.
Lebih lanjut Titin juga menitipkan permintaan maaf atas kurang nyamannya ruang tunggu RS. Griya Husada yang berada di luar ruangan. Namun ia tidak dapat berbuat banyak, karena sirkulasi udara di luar ruangan lebih baik dan sesuai dengan standart operasional prosedur (SOP) protokol kesehatan.
"Kalau di ruangan ini kan resiko karena sirkulasinya tidak lancar. Selain lahan kami terbatas jadi ada yang berdiri (di luar ruangan) juga. Pada akhirnya pasien mungkin merasa tidak nyaman dan panas. Mohon maaf dengan kondisi seperti ini, karena dilakukan untuk keselamatan bersama," ujarnya.
Untuk mengatasi antrian yang terlalu menumpuk. Dia menyampaikan bahwa pihak RS sudah bekerjasama dengan pihak ketiga yakni Hallo Doc untuk mengambil nomor antrian secara online. Selain menggunakan Hallo Doc, masyarakat juga dapat mengambil antrian lebih awal dengan via telepon ke Customer Service. Hal ini dikarenakan aplikasi nomor antrian dari pihak RS masih belum tersedia.
"Untuk aplikasi intern kami masih belum bisa karena masih dalam proses pembahasan,belum jalan. Semoga segera terlaksana," pungkasnya. (Ger)