 
      SURABAYA (Lentera) -Tiga hari terakhir, linimasa media sosial ramai oleh keluhan para pengguna motor di Jawa Timur. Mereka bercerita tentang motor yang mendadak brebet, tersendat, bahkan mati mesin setelah mengisi Pertalite di sejumlah SPBU.
Fenomena ini terjadi di berbagai daerah mulai dari Tuban, Lamongan, Gresik, hingga Surabaya, dan Sidoarjo.
Bagi para pengemudi ojek online di Surabaya, persoalan ini bukan sekadar gangguan teknis. Namun di balik suara mesin yang tersendat, ada napas penghidupan yang ikut tertahan.
Pas bawa penumpang, motor saya mati di jalan
Hasan, pengemudi ojol berusia 31 tahun itu masih mengingat betul dua hari yang melelahkan menghadapi kendaraan yang seperti kehilangan tenaga.
“Awalnya kan saya isi Pertalite ya kaya biasanya. Tapi Senin dan Selasa, nyendat-nyendat, mbrebet. Saya enggak tahu kalau ada berita itu, terus habis isi lagi tapi kok makin parah, nyendat dan mati juga,” ujar warga Simorejo itu, Rabu (29/10/2025) malam.
Saat itu, ia baru saja menerima penumpang dari Pusat Grosir Surabaya (PGS) menuju Demak. Namun, di tengah perjalanan, motornya tiba-tiba mati di kawasan Dupak.
“Akhirnya saya hidupkan lagi bisa, tapi begitu digas sedikit mati. Penumpang saya carikan ojol lain, tapi di daerah sana susah, jadi saya benerin dulu. Bisa jalan lagi, tapi gasnya enggak bisa kecil, langsung mati,” imbuh dia.
Meski cemas, ia tetap memaksa motor berjalan pelan agar bisa mengantar penumpang sampai tujuan. Setelah itu ia mencoba memperbaiki kendaraannya dengan berbagai cara.
Dari men-tap bahan bakar sendiri di rumah, lalu ke bengkel, hingga mengganti bahan bakar, namun hasilnya tetap belum memuaskan.
“Setelah isi Pertamax memang agak mendingan, cuma tetap enggak normal. Sekarang saya pakai Turbo, disaranin bengkel,” kata Hasan.
Namun pilihan itu membuat pengeluarannya naik. Biasanya, ia mengisi kendaraanya dengan Pertalite sebanyak Rp 30 ribu, bahkan biasanya masih tersisa hingga malam.
“Sekarang isi Pertamax Turbo Rp 30 ribu, sore tinggal dua strip. Tapi ya gimana, kalau enggak jalan ya enggak dapat uang.
Tarikan sekarang harus lebih banyak biar nutup bensin,” sambung dia.
Sehari-hari, ia mulai bekerja sejak pukul 7 pagi hingga 9 malam, sembari menyempatkan menjemput anak di sela-sela waktunya.
“Harapannya ya kalau bisa jangan dicampur-campur lagi, dikembalikan seperti dulu. Soalnya kami kerja di jalan, kalau BBM mahal ya berat,” tutur Hasan.
Baru isi, langsung brebet
Cerita serupa datang dari Muhammad Syahir, pengemudi ojol asal kawasan Tidar, Surabaya. Pada hari Minggu (26/10/2025) lalu ia sempat membawa motornya ke Trawas untuk refeshing bersama teman-temannya tanpa kendala.
Pada hari Senin, sebelum berangkat ia mengisi bahan bakar Pertalite untuk narik. Tetapi tidak berapa lama, dia merasakan gejala brebet, padahal motornya tergolong baru.
Ia sempat bingung, dan tetap memaksakan diri untuk menghabiskan Pertalite yang sudah terlanjur dibeli.
“Baru jalan beberapa meter langsung mendrep-mendrep. Heran saya. Habis ngisi terus jalan baru sebentar udah kayak mau mati. Ya tetap dipakai saja kalau enggak kerja, ya enggak makan,” ujar pria yang biasa disapa Syahir itu, kepada Kompas.
Akhirnya, karena rasa penasaran tersebut ia menguras tanki sendiri, dan mengisinya dengan Pertamax Turbo. Meski ia tahu, Pertamax Turbo tidak ideal untuk motor kecilnya.
“Selasa pagi saya tap bensinnya, ya memang beda. Warnanya kayak puyeh gitu,” kata pria berusia 47 tahun itu.
“Tapi motor saya cc-nya kecil, oktan 98 itu terlalu tinggi. Setelah dibongkar dan ganti sensor, ya lumayan mending."
"Cuma kalau buat santai masih njendul-njendul ya tetap dipakai saja kalau enggak kerja, ya enggak makan,” sambung dia.
Saat ini, kata dia, banyak juga ojol di Surabaya yang beralih ke Pertamax Turbo walaupun lebih mahal.
"Harapannya ya kebijakan jangan aneh-aneh. Itu Pak Bahlil bilang ojol itu pengusaha, ngawur. Kita ini nyari makan, bukan bisnis besar,” kata Syahir.
Bengkel ramai, jadi tempat curhat
Di tengah situasi motor mbrebet itu, bengkel-bengkel kecil di Surabaya mendadak ramai.
Salah satunya milik Suwoto, di kawasan Tegalsari yang beberapa hari ini buka sampai malam.
“Banyak yang mampir, keluhannya sama: motor brebet. Saya sarankan pakai Pertamax Turbo dulu, jangan Pertalite lagi," kata pria berusia 53 tahun itu.
Selain itu ia tidak lagi hanya memperbaiki motor, tapi juga jadi tempat curhat bagi para ojol yang cemas.
“Kasihan, mereka itu tiap hari di jalan, bergantung sama motor. Kalau motornya mogok, berhenti juga rezekinya,” kata dia (*)
Editor: Arifin BH




.jpg)
