01 November 2025

Get In Touch

Pelajaran dari Kim Kardashian, Kenali Gejala Aneurisma Otak Sejak Dini

Kim Kardashian (AP)
Kim Kardashian (AP)

SURABAYA (Lentera) - Baru-baru ini, Kim Kardashian mengumumkan bahwa ia mengidap aneurisma otak, dunia hiburan dikejutkan oleh kenyataan bahwa penyakit ini bisa menyerang siapa saja—bahkan mereka yang tampak sehat dan berenergi. Di balik sorotan kamera, kisah ini membuka jendela penting untuk memahami salah satu gangguan pembuluh darah otak yang paling berbahaya namun sering kali tidak menimbulkan gejala apa pun hingga saat kritis.

Menurut laporan, Kim Kardashian mengakui bahwa stres memang menjadi bagian besar dalam hidupnya belakangan ini. Dalam beberapa adegan, pendiri SKIMS itu terlihat menangis, mulai dari kesulitan dalam ujian advokat sekolah hukumnya, hingga saat membahas perpisahannya dengan Kanye “Ye” West, ayah dari keempat anaknya.

“Saya senang ini sudah berakhir,” kata Kim dengan suara bergetar. “Mantan saya akan tetap ada dalam hidup saya apa pun yang terjadi. Kami punya empat anak bersama.” Ia juga mengaku sempat bertanya-tanya pada dirinya sendiri, “Kenapa sih ini terjadi?”

Apa Itu Aneurisma Otak?

Aneurisma adalah kondisi ketika arteri membengkak seperti balon akibat dinding pembuluh darah yang melemah. Aneurisma dapat terjadi di berbagai bagian tubuh, namun paling sering ditemukan di aorta dan otak.

Jika aneurisma pecah, hal ini bisa menyebabkan stroke, kerusakan otak, koma, atau bahkan kematian. Meski terdengar menakutkan, tidak semua aneurisma berbahaya. “Aneurisma lebih umum daripada yang Anda kira,” kata Nina Moore, dokter ahli bedah saraf dari Cleveland Clinic, dikutip dari NBC News.

Menurutnya, banyak orang bisa hidup seumur hidup tanpa gejala atau komplikasi apa pun. “Sebagian besar aneurisma tidak menunjukkan gejala, kecuali jika menekan saraf atau mengalami perubahan bentuk,” ungkapnya.

Asosiasi Jantung Amerika memperkirakan 3 hingga 5 persen populasi AS menderita aneurisma otak. Sementara itu, dokter Laura Stein dari Icahn School of Medicine at Mount Sinai menjelaskan bahwa kondisi ini lebih sering dialami perempuan, terutama setelah menopause. Faktor risikonya meliputi riwayat keluarga, tekanan darah tinggi, merokok, dan peradangan.

Penyebab 

Tidak ada penyebab tunggal aneurisma otak, tetapi penelitian menunjukkan bahwa kombinasi antara faktor genetik, gaya hidup, dan kondisi medis tertentu berperan besar.

Faktor Genetik 

Kelainan bawaan pada jaringan ikat seperti sindrom Ehlers-Danlos atau Marfan dapat menyebabkan dinding pembuluh darah lebih rapuh. Riwayat keluarga dengan aneurisma juga meningkatkan risiko dua hingga empat kali lipat.

Hipertensi dan Aterosklerosis

Tekanan darah tinggi kronis memperlemah lapisan dalam pembuluh darah (endotel), memicu mikro-robekan yang berkembang menjadi aneurisma. Kolesterol tinggi turut mempercepat proses ini.

Kebiasaan Hidup Tidak Sehat

Merokok menjadi faktor risiko paling kuat yang bisa dikontrol. Nikotin mempersempit pembuluh darah dan merusak elastisitas dinding arteri. Alkohol berlebih dan penggunaan obat terlarang seperti kokain juga memperparah kerusakan vaskular.

Stres Berat dan Hormon

Dalam kasus seperti Kim Kardashian, stres ekstrem disebut menjadi pemicu potensial. Secara fisiologis, stres kronis memicu peningkatan kadar hormon kortisol dan adrenalin, yang meningkatkan tekanan darah dan beban pada sistem pembuluh darah otak. Walaupun hubungan langsungnya masih diperdebatkan, banyak studi menunjukkan bahwa lonjakan tekanan darah akibat stres akut dapat menjadi “pemantik” pada pembuluh yang sudah lemah.

Gejala 

Gejala yang muncul dibedakan berdasarkan tingkat keparahan penyakit yang dialami oleh pengidap. Dua jenis tersebut adalah aneurisma otak tidak pecah dan aneurisma otak pecah. Berikut penjelasannya masing-masing:

Aneurisma Otak Tidak Pecah

Aneurisma otak tidak pecah umumnya tidak menimbulkan gejala pada pengidap. Gejala baru akan muncul ketika ukuran aneurisma semakin membesar dan menekan jaringan saraf dalam otak. Beberapa gejala aneurisma otak dapat muncul secara bertahap seiring dengan membesarnya tonjolan pada pembuluh darah.

Penderita mungkin mengalami masalah penglihatan, seperti kehilangan penglihatan sebagian atau penglihatan ganda, disertai rasa sakit di atas atau di sekitar mata akibat tekanan pada saraf optik. Dalam beberapa kasus, muncul mati rasa atau kelemahan pada satu sisi wajah, serta kesulitan berbicara karena gangguan pada area otak yang mengatur fungsi motorik dan bahasa. Sakit kepala juga sering menjadi keluhan awal yang menetap atau terasa tajam di satu sisi kepala. 

Selain itu, penderita dapat mengalami kehilangan keseimbangan, kesulitan berkonsentrasi, dan gangguan pada ingatan jangka pendek, menandakan adanya tekanan atau kerusakan pada bagian otak yang berperan dalam koordinasi dan fungsi kognitif.

Aneurisma Otak Pecah

Gejala aneurisma otak pecah dimulai dari sakit kepala yang terjadi secara tiba-tiba dan sangat menyiksa. Rasa sakitnya ibarat dipukul benda tumpul dan terasa sangat nyeri. 

Ketika aneurisma otak pecah, gejalanya biasanya muncul secara tiba-tiba dan parah. Penderita dapat mengalami hilang kesadaran atau kejang-kejang akibat aliran darah yang keluar ke jaringan otak. Rasa sakit yang hebat, terutama pada kepala, sering menjadi tanda pertama yang mengkhawatirkan. 

Selain itu, penglihatan kabur atau ganda dapat terjadi karena tekanan pada saraf penglihatan, disertai kebingungan mendadak yang menandakan gangguan fungsi otak. Leher terasa kaku atau nyeri muncul akibat iritasi pada selaput otak, dan sering kali diikuti penurunan sensitivitas terhadap cahaya atau fotofobia. 

Dalam beberapa kasus, pasien juga mengalami kelemahan pada salah satu sisi tubuh atau anggota tubuh tertentu, mencerminkan terjadinya gangguan neurologis akibat perdarahan di area otak yang mengatur gerakan. 

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.