SURABAYA (Lentera) - Para peneliti dari Georgia Institute of Technology berhasil menciptakan mata robotik yang dapat menyesuaikan fokusnya secara otomatis hanya dengan bantuan cahaya, tanpa membutuhkan sumber daya eksternal atau komponen elektronik. Lensa robotik ini memiliki sensitivitas luar biasa, mampu mendeteksi detail halus seperti bulu pada kaki semut hingga lobus pada butiran serbuk sari.
Penemuan ini berpotensi menjadi langkah maju dalam pengembangan soft robotics yang memiliki kemampuan penglihatan canggih tanpa ketergantungan pada baterai maupun sensor listrik.
“Soft robotics dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari teknologi yang dapat dikenakan hingga perangkat otonom yang beroperasi di medan tidak rata atau ruang berbahaya,” kata penulis utama studi, Corey Zheng, mahasiswa doktoral teknik biomedis di Georgia Institute of Technology, dikutip dari laporan Live Science, Kamis (23/10/2025).
Zheng menjelaskan bahwa robot jenis ini memerlukan pendekatan berbeda dalam sistem sensoriknya karena tidak selalu bergantung pada listrik. “Ketika kita membahas robot yang bersifat lebih lembut dan fleksibel, bahkan mungkin tanpa penggunaan listrik, kita harus memikirkan cara agar robot-robot tersebut tetap dapat melakukan proses sensing,” ujarnya.
Lensa robotik ini dibuat menggunakan bahan hidrogel, yaitu material dengan struktur polimer yang mampu menahan dan melepaskan air. Sifat unik hidrogel membuatnya responsif terhadap suhu, di mana ia akan menyusut ketika dipanaskan dan mengembang saat didinginkan. Dengan kemampuan tersebut, hidrogel menjadi komponen penting dalam menciptakan lensa yang dapat beradaptasi secara dinamis terhadap perubahan lingkungan.
Para peneliti membentuk cincin hidrogel di sekitar lensa silikon dan menambahkan partikel grafena oksida berwarna gelap yang berfungsi menyerap cahaya. Ketika cahaya mengenai partikel grafena oksida, suhu hidrogel meningkat, menyebabkan material tersebut menyusut dan menarik lensa agar dapat fokus dengan tepat. Proses ini memungkinkan lensa robotik menyesuaikan fokusnya secara otomatis, menyerupai cara kerja mata manusia.
Dalam penelitian yang dipublikasikan pada 22 Oktober di jurnal Science Robotics, Zheng bersama pembimbingnya, Shu Jia, menemukan bahwa lensa tersebut mampu menggantikan lensa kaca konvensional pada mikroskop cahaya. Lensa ini dapat digunakan untuk mengamati detail mikroskopis, seperti celah berukuran 4 mikrometer di antara cakar kutu, filamen jamur berdiameter 5 mikrometer, hingga bulu halus berukuran 9 mikrometer pada kaki semut.
Zheng mengungkapkan bahwa timnya saat ini sedang mengintegrasikan lensa tersebut ke dalam sistem mikrofluida berbahan dasar hidrogel serupa. Dengan cara ini, cahaya yang digunakan untuk menangkap gambar juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi bagi sistem kamera otonom.
Ia menambahkan bahwa hidrogel bersifat adaptif dan berpotensi meniru kemampuan penglihatan hewan tertentu. Misalnya, mata kucing yang mampu mendeteksi objek kamuflase atau retina berbentuk W milik sotong yang memungkinkan penglihatan warna di luar jangkauan manusia. “Kami benar-benar dapat mengontrol lensa ini dengan cara yang sangat unik.”
Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber




.jpg)
