JAKARTA (Lentera) – Dunia politik Ekuador kembali bergejolak setelah Presiden Daniel Noboa mengungkap adanya upaya pembunuhan terhadap dirinya melalui racun yang disembunyikan dalam cokelat dan selai. Dalam wawancara eksklusif dengan CNN, Noboa menyebut bahwa tiga zat beracun dengan konsentrasi tinggi ditemukan dalam makanan yang diberikan kepadanya saat menghadiri sebuah acara publik.
Mengutip laporan AFP pada Jumat (24/10/2025), Noboa memastikan bahan berbahaya itu tidak mungkin berasal dari produk atau kemasan aslinya, melainkan merupakan tindakan terencana untuk meracuninya. Ia menegaskan bahwa tim keamanan presiden telah mengajukan pengaduan resmi ke kejaksaan terkait percobaan pembunuhan ini.
“Zat beracun itu tidak mungkin muncul secara tidak sengaja. Kami memiliki bukti kuat,” tegas Noboa.
Insiden ini merupakan kali kedua Noboa mengaku menjadi target serangan, menyusul peristiwa sebelumnya ketika konvoi mobil kepresidenan ditembaki dan dilempari batu oleh demonstran dalam aksi protes kenaikan harga bahan bakar awal Oktober lalu.
Menteri Pertahanan Ekuador, Gian Carlo Loffredo, menyebut peristiwa tersebut sebagai “upaya pembunuhan yang jelas”, meski hingga kini belum ditemukan bukti fisik seperti selongsong peluru di lokasi kejadian.
Kondisi Ekuador saat ini tengah memanas oleh gelombang protes besar-besaran yang dilakukan oleh kelompok masyarakat adat Conaie, yang telah memblokade jalan utama di ibu kota Quito dan beberapa provinsi sejak 22 September 2025. Aksi itu dipicu oleh kenaikan tajam harga bahan bakar dan memburuknya keamanan nasional.
Sementara itu, sejumlah pengamat menilai pernyataan Noboa soal upaya pembunuhan bisa jadi manuver politik untuk menggiring opini publik dan melemahkan gerakan protes yang menentangnya. Namun Noboa menolak keras tudingan tersebut.
“Tidak ada yang akan meracuni diri sendiri dengan cokelat, atau melempar bom molotov ke diri sendiri,” sindirnya tajam.
Ekuador kini berada di titik kritis. Negara yang dulu dikenal aman di kawasan Amerika Latin itu kini berubah menjadi pusat transit kokain utama antara Kolombia dan Peru. Kekerasan meningkat drastis, bom mobil, pembunuhan massal, dan kerusuhan penjara menjadi pemandangan sehari-hari.
Editor:Widyawati/berbagai sumber




.jpg)
