31 October 2025

Get In Touch

SDN Glonggong 04 Tanamkan Cinta Lewat Kesenian Dongkrek

Siswa SDN Glonggong 04 Kabupaten Madiun menampilkan seni Dongkrek dalam kegiatan ekstrakurikuler “Sekar Jati”. Tradisi ini menjadi sarana pendidikan karakter dan kebanggaan budaya bagi generasi muda.
Siswa SDN Glonggong 04 Kabupaten Madiun menampilkan seni Dongkrek dalam kegiatan ekstrakurikuler “Sekar Jati”. Tradisi ini menjadi sarana pendidikan karakter dan kebanggaan budaya bagi generasi muda.

MADIUN (Lentera) -Di tengah derasnya arus modernisasi dan gempuran budaya global, SDN Glonggong 04 Kabupaten Madiun memilih jalannya sendiri.

Sekolah dasar negeri ini menjadikan kesenian tradisional Dongkrek sebagai kegiatan ekstrakurikuler unggulan untuk menanamkan cinta budaya sekaligus membentuk karakter siswa sejak dini.

Kepala SDN Glonggong 04, Suhartini, menegaskan bahwa pelestarian Dongkrek bukan sekadar hiburan di sekolah, melainkan upaya menjaga nilai filosofis dan identitas budaya masyarakat Madiun.

“Melestarikan seni Dongkrek berarti mempertahankan pesan bahwa kebaikan selalu mengalahkan kejahatan, sekaligus menjaga warisan leluhur agar tetap hidup di tengah generasi muda,” ujarnya, Rabu (22/10/2025).

Dongkrek merupakan kesenian khas Kabupaten Madiun yang tumbuh dari tradisi rakyat Mejayan sejak abad ke-19. Awalnya, pertunjukan ini digunakan sebagai ritual tolak bala untuk mengusir wabah penyakit dan roh jahat.

Dalam pementasannya, Dongkrek memadukan musik perkusi sederhana, nyanyian, dan tarian. Bunyi bedug kecil dan kentongan yang berbunyi “krek-krek” menjadi asal nama “Dongkrek”.

Para pemain mengenakan topeng berwajah menyeramkan untuk melambangkan roh jahat, sementara tokoh Panji menjadi simbol kebaikan yang menumpas kejahatan.

Nilai moral dan simbolik yang terkandung di dalamnya menjadikan Dongkrek bukan sekadar tontonan, melainkan tuntunan—kisah tentang perjuangan dan kebajikan yang diwariskan lintas generasi.

Ekstrakurikuler Dongkrek di SDN Glonggong 04 diberi nama “Seni Dongkrek Sekar Jati”.

Filosofinya diambil dari bahasa Jawa: sekar berarti bunga dan jati berarti sejati atau asli, yang dimaknai sebagai keindahan sejati yang lahir dari ketulusan hati. Kegiatan ini diikuti siswa kelas III hingga VI setiap minggu, dibimbing guru pendamping dan pelatih berpengalaman.

Materi yang diajarkan meliputi gerak tari Dongkrek, permainan musik tradisional seperti bedug kecil, kendang, dan kentongan, pemahaman makna topeng antara kebaikan dan kejahatan, serta nilai filosofis Dongkrek yang menanamkan semangat gotong royong dan kebersamaan.

Latihan dilakukan secara praktik langsung dan diakhiri dengan pementasan mini di lingkungan sekolah. Salah satu penampilan paling berkesan adalah ketika tim Dongkrek Sekar Jati tampil dalam penyambutan Ka Kwarcab Kabupaten Madiun pada peringatan HUT Pramuka ke-64 di Lapangan Beran, Kecamatan Dolopo.

Menurut Suhartini, kegiatan Dongkrek memberi dampak besar bagi pembentukan karakter siswa. Selain menumbuhkan kecintaan terhadap budaya lokal, Dongkrek juga melatih kreativitas, percaya diri, disiplin, dan kerja sama tim.

“Dongkrek mengajarkan anak-anak tentang gotong royong, kebersamaan, dan keberanian tampil di depan umum,” jelasnya.

Bagi para siswa, kegiatan ini menjadi cara belajar yang menyenangkan. Mereka tidak sekadar berlatih menari atau memainkan alat musik, tetapi juga belajar menghargai tradisi serta memahami nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam setiap gerakan dan irama Dongkrek.

Program ekstrakurikuler Dongkrek di SDN Glonggong 04 menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan dapat menjadi garda depan pelestarian budaya lokal. Dengan dukungan sekolah, guru, dan orang tua, Dongkrek tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang menjadi kebanggaan bersama.

Suhartini berharap langkah kecil ini dapat menginspirasi sekolah lain untuk mengintegrasikan budaya daerah ke dalam pembelajaran.

“Kami ingin anak-anak tidak hanya cerdas secara akademik, tapi juga memiliki kebanggaan sebagai anak Indonesia yang menjunjung tinggi budayanya,” tandasnya.

Dengan moto “Bangga Berbudaya, Bangga Jadi Anak Indonesia”, SDN Glonggong 04 membuktikan bahwa pelestarian budaya bisa dimulai dari ruang kelas—dari tawa dan semangat anak-anak yang menabuh kendang, menari dengan topeng, dan menjaga api tradisi agar tetap menyala di masa depan.

Reporter: Wiwiet Eko Prasetyo|Editor: Arifin BH

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.