22 October 2025

Get In Touch

Afghanistan-Pakistan Sepakati Gencatan Senjata Lagi

Perwakilan Qatar, Afghanistan, Pakistan, dan Turki dalam negosiasi gencatan senjata. (Foto: Qatar MFA)
Perwakilan Qatar, Afghanistan, Pakistan, dan Turki dalam negosiasi gencatan senjata. (Foto: Qatar MFA)

ISTANBUL (Lentera) - Untuk kedua kalinya dalam beberapa hari terakhir, Afghanistan dan Pakistan mencapai kesepakatan gencatan senjata guna mengakhiri konflik militer yang terjadi di antara keduanya. Setelah pertempuran sengit selama beberapa hari yang menewaskan banyak korban dan melukai ratusan orang, kesepakatan tersebut tercapai melalui negosiasi yang dimediasi oleh Qatar.

Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Qatar pada Minggu (19/10/2025) dini hari, perwakilan kedua negara dalam perundingan di ibu kota Doha sepakat melakukan "gencatan senjata segera dan membentuk mekanisme untuk memperkuat perdamaian dan stabilitas yang berkelanjutan."

Setelah pembicaraan di ibu kota Qatar, Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif menyatakan bahwa kedua "negara tetangga akan saling menghormati keutuhan wilayah teritorial masing-masing." Pertemuan lanjutan dijadwalkan pada Sabtu (25/10/2025) di kota Istanbul, Turki, untuk membahas "isu-isu secara lebih merinci," jelas Asif.

Juru bicara pemerintahan Taliban Afghanistan, Sabihullah Mujahid, mengonfirmasi perkembangan ini. Ia menyatakan bahwa para pemimpin di Kabul "tidak akan mendukung kelompok mana pun yang melakukan serangan terhadap pemerintah Pakistan".

Perundingan penting yang digelar pada Sabtu (18/10/2025) di Doha difasilitasi oleh Qatar dan Turki. Kedua negara, Afghanistan dan Pakistan, menyampaikan apresiasi kepada pihak mediator tersebut. Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Qatar, pertemuan lanjutan yang akan berlangsung di Istanbul bertujuan untuk “menjamin kelanjutan gencatan senjata serta mengawasi pelaksanaannya secara efektif dan berkesinambungan.”

Sebelumnya, gencatan senjata pertama diterapkan pada pertengahan pekan lalu untuk meredakan ketegangan. Namun, setelah bentrokan darat yang melibatkan artileri dan senjata berat, kesepakatan tersebut hanya mampu bertahan selama dua hari.

Pada Jumat (17/10), terjadi serangan bom bunuh diri di kawasan perbatasan Waziristan, Pakistan utara, yang menewaskan tujuh anggota pasukan keamanan Pakistan. Insiden ini memicu peningkatan ketegangan baru antara kedua negara. Pemerintah Islamabad menuding kelompok Hafis Gul Bahadur yang berbasis di Afghanistan sebagai dalang di balik serangan tersebut.

Sebagai respons, Angkatan Udara Pakistan melakukan serangan udara di wilayah perbatasan Afghanistan. Menurut pihak Taliban, militer Pakistan mengebom tiga lokasi di provinsi Paktika. Kantor berita DPA melaporkan bahwa sedikitnya 17 warga sipil menjadi korban tewas akibat serangan udara itu.

Menurut aparat keamanan Pakistan, "serangan udara presisi" tersebut ditujukan terhadap kelompok Hafis Gul Bahadur, yang diduga memiliki hubungan dengan Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP). Pemerintah Pakistan sendiri telah lama berhadapan dengan meningkatnya serangan dari kelompok TTP.

Sementara itu, Taliban membantah tuduhan bahwa mereka melindungi kelompok militan yang menyerang Pakistan. Sebaliknya, pemerintah Kabul menuding militer Pakistan menyebarkan informasi palsu dan berupaya mengacaukan stabilitas Afghanistan. Sejak Taliban kembali berkuasa pada Agustus 2021, bentrokan antara kedua negara telah terjadi berulang kali.

Kedua negara tetangga ini berbagi perbatasan sepanjang sekitar 2.400 kilometer, yang ditetapkan pada tahun 1893 antara Inggris India saat itu dan Emirat Afghanistan. Garis perbatasan ini dikenal sebagai "Garis Durand", yang hingga kini statusnya masih menjadi perselisihan kedua negara.

Ketidakpercayaan mendalam antar kedua negara serta sengketa yang belum terselesaikan terkait kelompok militan di perbatasan diperkirakan akan terus membebani hubungan kedua negara yang dulunya bersekutu ini.

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber
 

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.