
JAKARTA (Lentera) - Sebanyak 5,7 juta data konsumen maskapai Australia, Qantas, dilaporkan bocor dan muncul di dark web akibat serangan ransomware oleh kelompok hacker. Pelaku yang sama sebelumnya juga mencuri data dari berbagai perusahaan global, mulai dari McDonalds hingga Toyota.
Menurut News.com Australia, Senin (13/10/2025), kelompok hacker tersebut bernama Scattered Lapsus$ Hunters. Antara April 2024 hingga September 2025, mereka berhasil membobol perusahaan perangkat lunak Salesforce, yang menyimpan data klien dari berbagai perusahaan global. Akibatnya, data dari 39 perusahaan internasional ikut dicuri.
Selain Qantas, perusahaan besar lain yang terdampak antara lain Toyota, Disney, McDonalds, dan HBO Max. Para hacker menggunakan metode ransomware dengan batas waktu pembayaran tebusan hingga 11 Oktober 2025 pukul 23.59 atau 12 Oktober 2025 pukul 10.59 WIB.
Ketika data perusahaan Qantas dibocorkan di dark web, kelompok pelaku memberi pesan, "Jangan jadi headline selanjutnya, bayar tebusannya."
Qantas menyatakan tengah menelusuri dark web untuk memastikan kebenaran data yang diklaim dibocorkan oleh kelompok Scattered Lapsus$ Hunters. Data yang tersebar meliputi nama pelanggan, nomor telepon, alamat, email, tanggal lahir, jenis kelamin, nomor frequent flyer, serta poin dan peringkat keanggotaan.
Sementara itu, Salesforce menegaskan tidak akan membayar tebusan atau bernegosiasi dengan para hacker, dan saat ini sedang menjalani investigasi yang dilakukan oleh pakar eksternal.
"Temuan kami mengindikasikan upaya ini terkait insiden di masa lalu atau yang tidak berdasar. Saat ini tidak ada indikasi bahwa Salesforce kebobolan atau terkait kerentanan dalam teknologi kami," ujar Salesforce.
Sementara itu, pihak Qantas menyiapkan hotline layanan konsumen 24/7 untuk membantu konsumen yang terdampak. "Membantu konsumen adalah prioritas kami menyusul insiden siber awal Juli," kata jubir Qantas.
Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber