Bupati Kuningan Hentikan Sementara Operasional Dapur MBG, Setelah Dugaan Keracunan Puluhan Siswa

KUNINGAN (Lentera) - Bupati Kuningan, Dian Rachmat Yanuar menghentikan sementara operasional dapur penyedia makanan bergizi gratis (MBG) ke SMA Negeri 1 Luragung, menyusul dugaan keracunan yang dialami sejumlah siswa setelah mengonsumsi menu program tersebut.
“Sebagai langkah antisipasi, kami hentikan sementara operasional Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) penyalur MBG ke SMA Negeri 1 Luragung selama sekitar satu minggu,” katanya di Kuningan diberitakan Antara, Sabtu (4/10/2025).
Untuk sementara, katanya, distribusi program MBG di sekolah tersebut nantinya dialihkan ke dapur penyedia lain yang sudah memenuhi standar operasional lebih baik.
Ia mengatakan, langkah tersebut diambil sebagai bentuk antisipasi dan evaluasi, terhadap penyedia menu makanan tersebut setelah puluhan siswa mengalami gejala mual, muntah dan diare, pada Kamis (2/10/2025) malam.
“Penghentian sementara penyalur MBG dilakukan untuk memastikan keselamatan siswa, serta memperbaiki sistem penyediaan makanan di sekolah,” jelasnya.
Dian memastikan, seluruh siswa yang menjadi korban telah mendapatkan penanganan medis, serta pihaknya mengevaluasi kembali dapur penyedia MBG di Kabupaten Kuningan.
Ia menegaskan aspek pengolahan, bahan baku, sanitasi, hingga peralatan dapur harus diawasi ketat untuk memastikan peserta didik memperoleh asupan yang aman dan bergizi.
“Program ini sangat mulia, dan tugas kami memastikan distribusi berjalan aman, sehat, serta tepat sasaran sesuai arahan Presiden dan Gubernur Jawa Barat,” tandasnya.
Pemerintah Kabupaten Kuningan, lanjutnya telah melaporkan perkembangan kasus tersebut ke provinsi serta memperketat pengawasan terhadap seluruh dapur penyedia MBG agar kejadian serupa tidak terulang.
Sementara itu, Ketua Satgas MBG, Wahyu Hidayah mengatakan sebanyak 84 orang siswa sempat mendapatkan perawatan di Puskesmas Luragung.
Menurutnya, terdapat tujuh siswa diinfus serta lima orang lainnya dirawat di Kuningan Medical Center (KMC) dengan gejala serupa, sedangkan 113 siswa lainnya masih dipantau kondisinya.
“Kami sudah meminta pihak sekolah memastikan apakah ketidakhadiran mereka karena sakit biasa atau akibat keracunan. Semua data harus diverifikasi secara hati-hati,” katanya.
Wahyu menambahkan, Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan telah menurunkan tim investigasi epidemiologi, untuk menelusuri penyebab kasus dan mengambil sampel makanan guna diperiksa di laboratorium milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Ia berharap, hasil pemeriksaan laboratorium segera diketahui, agar pemerintah daerah dapat mengambil langkah korektif.
“Program MBG tetap berjalan, tetapi keselamatan peserta didik menjadi prioritas utama,” imbuhnya.
Editor: Arief Sukaputra