30 September 2025

Get In Touch

Peternak Ayam di Kota Malang Kesulitan Biaya Pakan di Tengah Kenaikan Harga Telur

Peternakan Ayam Muhammad Yasin, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang (Santi/Lentera)
Peternakan Ayam Muhammad Yasin, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang (Santi/Lentera)

MALANG (Lentera) -Peternak ayam di Kota Malang menghadapi dilema kesulitan tingginya biaya pakan, yang tidak diimbangi dengan kenaikan harga jual telur.

Kenaikan harga telur ayam belum sepenuhnya menguntungkan peternak karena biaya pakan yang terus meningkat, khususnya jagung, justru menjadi beban utama dalam menjaga keberlangsungan produksi.

Muhammad Yasin, peternak ayam petelur asal Kelurahan Wonokoyo, Kedungkandang. mengungkapkan harga telur saat ini berada di kisaran Rp242.000 hingga Rp245.000 per peti, dengan kapasitas 10 kilogram per peti. Menurutnya, kenaikan harga telur di pasaran hanya sekitar Rp500 per kilogram.

"Kenaikan itu tidak terlalu signifikan. Permintaan masih normal, barang tetap bisa terserap pasar," ujar Yasin, Sabtu (27/9/2025).

Dari kandangnya, Yasin mampu menghasilkan sekitar 550 kilogram telur per hari. Seluruh hasil produksi tersebut, lanjutnya, dapat diserap pasar. Namun, ia menegaskan biaya pakan yang terus naik membuat peternak harus lebih berhati-hati dalam menghitung biaya produksi.

"Jagung sekarang mahal, sampai Rp7.000 per kilogram. Kalau dihitung, harga pokok produksi (HPP) kami sekitar Rp21.000 per kilogram. Jadi kalau harga telur di pasaran Rp27.000 sampai Rp28.000 per kilogram, itu masih wajar. Tapi kalau harga pakan terus naik, apalagi ditambah harga bahan bakar, peternak bisa goyah," jelasnya.

Dilansir dari laman Sistem informasi ketersediaan dan perkembangan harga bahan pokok (Siskaperbapo) Disperindag Jawa Timur, di lima pasar Kota Malang pada Sabtu (27/9/2025) telah terjadi kenaikan harga telur. Baik pada jenis telur ayam ras ataupun telur ayam kampung. 

Untuk 1 kilogram telur ayam ras, dipatok seharga Rp28 ribu, atau mengalami kenaikan dari hari sebelumnya, yakni Rp27 ribu per kilogram. Kenaikan juga terjadi untuk jenis ayam telur kampung, dari semula Rp58.666, menjadi Rp70 ribu per kilogramnya.   

Yasin berharap pemerintah dapat menjaga kestabilan harga pakan, khususnya jagung, yang menjadi komponen terbesar dalam produksi telur ayam. Dinilainya, jika biaya produksi meningkat terus tanpa diimbangi harga jual yang memadai, keberlangsungan usaha peternak bisa terancam.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dipangtan) Kota Malang, Slamet Husnan, membenarkan harga pakan menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kondisi peternak. 

Untuk membantu, pihaknya mengusulkan bantuan jagung Subsidi Pangan Harga Beras (SPHB) khusus bagi peternak ayam petelur sebanyak 20 ton melalui Dinas Ketahanan Pangan Pertanian Provinsi Jawa Timur.

"SPHB lebih murah, termasuk ada subsidi sekitar Rp2.500 per kilogram," kata Slamet.

Slamet menambahkan, produksi ayam petelur di Kota Malang sejauh ini masih stabil. Namun, ia mengingatkan produktivitas bisa menurun jika masa produksi ayam sudah habis dan belum dilakukan penggantian populasi baru.

Selain faktor pakan, Slamet menyebutkan tingginya permintaan telur, terutama pada akhir pekan ketika kunjungan wisatawan meningkat, turut mendorong naiknya harga. "Biasanya di akhir minggu, Jumat sore, Sabtu, dan Minggu, permintaan meningkat, sehingga harga pun ikut naik," ujarnya.

Reporter: Santi Wahyu|Editor: Arifin BH

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.