12 September 2025

Get In Touch

Kota Malang Diserang Campak, 5 Anak Terkonfirmasi Terjangkit

Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, Husnul Muarif. (Santi/Lentera)
Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, Husnul Muarif. (Santi/Lentera)

MALANG (Lentera) - Sebanyak lima anak di Kota Malang terkonfirmasi terserang campak pada awal September 2025. 

Menyikapi kasus tersebut, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang bertindak cepat dengan melakukan imunisasi kejar. Serta mengusulkan pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI) ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

"Memang ada temuan di Kecamatan Kedungkandang, ada di Kelurahan Bumiayu dan Arjowinangun. Jumlahnya ada lima penderita campak, usai 3-5 tahun. Sepanjang 2025 ini, ada 5 itu di Kota Malang," ujar Kepala Dinkes Kota Malang, Husnul Muarif, dikutip pada Rabu (10/9/2025).

Meskipun jumlah kasus relatif kecil, Husnul menyebut, petugas telah melakukan imunisasi kejar kepada anak-anak yang terdeteksi campak, termasuk memeriksa kelengkapan vaksinasi mereka.

"Kami kumpulkan dan kami lakukan imunisasi kejar. Jadi yang kena campak itu kami deteksi, vaksin mana yang masih kosong, itu kami lakukan vaksinasi," katanya.

Selain imunisasi kejar, Dinkes juga telah mengusulkan pelaksanaan ORI ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Program vaksinasi serentak ini direncanakan menyasar anak-anak berusia 1 hingga 2 tahun, khususnya di titik lokasi kasus.

"Tetapi itu masih kami usulkan. Karena kan untuk kasus campak di Kota Malang hanya 5 orang, sedangkan provinsi memprioritaskan kabupaten/kota yang kasus campaknya lebih banyak," ungkap Husnul.

Lebih lanjut, Husnul menuturkan, kasus yang ditemukan di Bumiayu dan Arjowinangun memiliki keterkaitan keluarga. Menurutnya, penularan bukan berasal dari luar daerah, melainkan dipengaruhi daya tahan tubuh anak dan kelengkapan imunisasi yang belum optimal.

Ditambahkannya, mobilitas anak-anak dalam beraktivitas juga memengaruhi risiko penularan, mengingat campak menular melalui saluran pernafasan akibat virus.

Untuk mencegah penularan lebih luas, Husnul menyebut telah mengumpulkan keluarga penderita, tokoh masyarakat, dan tokoh agama di sekitar lokasi kasus. Dalam pertemuan tersebut, Dinkes memberikan edukasi mengenai pentingnya imunisasi lengkap.

"Kami mengedukasi tokoh masyarakat dan keluarganya untuk bisa divaksin sasaran yang masih bolong-bolong. Itu yang kami sebut dengan imunisasi kejar tadi," kata Husnul.

Husnul juga menekankan, imunisasi campak merupakan imunisasi rutin yang seharusnya diberikan pada anak usia 9 bulan. Apabila belum didapatkan pada usia tersebut, vaksin tetap bisa diberikan pada usia berikutnya sesuai kondisi anak.

Sebagai informasi, dikutip dari laman kemkes.go.id, Kementerian Kesehatan RI menegaskan, campak merupakan penyakit paling menular di dunia. Bahkan jauh lebih menular dibanding COVID-19. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, menyebut tingkat penularannya dapat mencapai 18 kali lipat dari satu kasus.

Komite Ahli Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi, Prof. Anggraini Alam, mengingatkan campak dapat menimbulkan komplikasi serius.

Penyakit ini berisiko menyebabkan pneumonia, diare berat, radang otak (ensefalitis), hingga Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE), yakni penyakit saraf fatal yang muncul bertahun-tahun setelah infeksi masa kanak-kanak dan belum ada obatnya.

Reporter: Santi Wahyu/Editor:Widyawati

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.