06 September 2025

Get In Touch

Mahasiswa Baru Untag Surabaya Dibekali Etika AI dan Kreativitas Patriotik

Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas 17 Agustus 1945 (Untag).
Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas 17 Agustus 1945 (Untag).

SURABAYA (Lentera)– Artificial intelligence (AI) bukan sekadar teknologi pintar, tetapi juga ujian integritas. Pesan itu disampaikan Ketua Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi, Fisip Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya A.A.I Prihandari Satvikadewi, S.Sos., M.Med. Kom, dalam Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Rabu (3/9/2025).

Dalam materi bertajuk Etika Penggunaan AI di Perguruan Tinggi, dosen Ilmu Komunikasi yang akrab disapa Vika ini mengatakan bahwa AI hanyalah alat bantu, sementara kecerdasan sejati tetap berada pada manusia.

“Kita sudah tidak mungkin menolak kehadiran AI. Artificial urusannya mesin, yang harus kita punya adalah our original intelligence. AI akan menjadi sahabat jika kita punya kecerdasan itu,” ucapnya.

Materi ini juga menjadi pembekalan awal bagi ribuan mahasiswa baru sebelum mengerjakan tugas Rekor MURI Komik Patriotisme Berbasis AI, yang selaras dengan tema PKKMB 2025 Merah Putih Berkibar, Patriotisme Berkobar. Setiap mahasiswa diwajibkan membuat satu lembar komik A3 bertema patriotisme menggunakan prompt digital.

Vika menekankan, AI tidak bisa menggantikan kemampuan berpikir kritis. “Jangan hilangkan kritisisme itu. Jangan menyerahkan semuanya pada AI. Bisa jadi AI membuat konten yang jauh dari maksud Anda dan jauh dari etika,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya membaca sebagai sumber ide kreatif. Menurutnya, minat baca di Indonesia masih rendah, dengan 91,45% bacaan hanya berupa buku pelajaran sekolah. 

“Kalau mau kreatif membuat komik AI, mulailah dari membaca. Ide lahir dari bacaan, bukan dari mesin,” tambahnya.

Vika juga menjelaskan penerapan AI dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari asisten virtual seperti Siri, Google Assistant, dan Alexa, sistem rekomendasi di marketplace dan perbankan digital, chatbot layanan pelanggan, hingga generative AI seperti ChatGPT dan Gemini perlu dilakukan untuk menambah pengetahuan.

Terakhir Vika menuturkan, pemanfaatan AI masih diperbolehkan untuk tugas kuliah selama sebatas perbaikan, bukan untuk menyalin karya orang lain. 

“Plagiarisme tetap bisa terdeteksi. Tantangan sebenarnya adalah memilih AI yang tepat dan tetap percaya pada kemampuan diri sendiri,” tutupnya.

Reporter: Amanah/Editor:Widyawati

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.