
SURABAYA (Lentera) - Apakah kamu termasuk sering mengonsumsi belut? Hidangan ini memang bergizi dan kaya protein hewani. Namun, menurut akademisi, jika dikonsumsi berlebihan—terutama setiap hari—belut bisa menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi dan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan.
Hal itu disampaikan oleh Dosen Pendidikan Biologi UM Surabaya, Nur Hidayatullah Romadhon. Dalam penjelasannya di laman UM Surabaya, Nur menyebutkan bahwa daging belut memiliki kandungan kolesterol tinggi, sehingga konsumsi yang terlalu sering dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.
“Belut dikenal sebagai sumber protein yang baik dan kaya akan nutrisi, namun konsumsi belut secara berlebihan, terutama setiap hari, dapat menimbulkan beberapa risiko kesehatan, salah satu risiko utama adalah tingginya kandungan kolesterol dalam daging belut,” ujar Nur.
Nur memaparkan, dalam 100 gram daging belut terkandung sekitar 185 mg kolesterol. Kadar yang tinggi ini dapat meningkatkan kolesterol darah dan memicu penyakit kronis, seperti jantung koroner dan stroke, terutama pada individu yang rentan terhadap gangguan kardiovaskular.
“Dari sudut pandang biologis, penumpukan kolesterol di arteri dapat menyumbat aliran darah, sehingga mengganggu fungsi organ-organ vital tubuh,” jelas Nur.
Tak hanya bisa meningkatkan risiko penyakit kronis, Nur juga mengungkap bahwa belut adalah hewan yang rentan tercemar logam berat berbahaya dan dapat berisiko bagi kesehatan tubuh.
Belut biasanya hidup di lingkungan berlumpur yang rawan tercemar logam berat, seperti merkuri dan timbal. Dalam kondisi tersebut, belut dapat menyerap racun dari lingkungannya sehingga dagingnya berpotensi terkontaminasi. Konsumsi belut yang telah terpapar logam berat dalam jangka panjang bisa berisiko menimbulkan kerusakan organ vital.
“Jika seseorang mengonsumsi belut yang terkontaminasi oleh logam berat dalam jangka waktu panjang, ini dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang serius, termasuk kerusakan ginjal, gangguan sistem saraf, dan masalah perkembangan janin pada ibu hamil,” tambahnya.
Selain itu, ia juga menambahkan bahwa mengonsumsi belut secara berlebihan bisa memicu ketidakseimbangan nutrisi. Meski kaya protein, jika belut dimakan setiap hari, maka asupan protein dan lemak bisa berlebih, sementara kebutuhan serat tidak terpenuhi. Ketidakseimbangan nutrisi dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan pencernaan hingga obesitas.
Untuk itu, Nur pun menyarankan untuk menjaga pola makan seimbang, misalnya dengan memperbanyak serat dari buah-buahan dan sayuran. Menurutnya, menjaga keseimbangan pola makan penting agar tubuh terhindar dari berbagai risiko penyakit.
Sesekali menikmati belut mungkin tidak masalah, tetapi perlu diingat bahwa konsumsinya tidak boleh berlebihan agar kesehatan tubuh tetap terjaga. Imbangi dengan makanan bergizi dan berserat tinggi untuk mendukung pola makan seimbang yang lebih menyehatkan.
Selain itu, beberapa keunggulan belut untuk tubuh adalah:
Menambah Energi dan Stamina
Karena mengandung nutrisi yang cukup lengkap, belut baik dikonsumsi sebagai lauk pendamping nasi. Kandungan gizi, terutama protein, yang tinggi bisa menambah energi dan stamina tubuh, sehingga kamu bisa melakukan beragam aktivitas dan tidak cepat lelah.
Memenuhi Kebutuhan Protein Harian
Belut merupakan sumber protein hewani yang baik untuk kesehatan. Apabila dibandingkan dengan ikan, protein yang terkandung di dalam hewan berkulit licin ini tidak jauh berbeda. Dalam setiap 100 gramnya, belut mengandung 18,5 gram protein, sementara ikan mengandung sekitar 19 gram protein.
Mengonsumsi ikan, belut, ayam, atau daging, bisa membantu memenuhi kebutuhan protein harian. Ingat ya, protein termasuk nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah besar agar tubuh sehat dan semua organ tubuh bisa berfungsi dengan baik.
Menguatkan Daya Tahan Tubuh
Kandungan protein, selenium, zinc, vitamin A, vitamin D, dan vitamin E di dalam belut sangat baik untuk meningkatkan imunitas tubuh, lho. Dengan daya tahan tubuh yang kuat, kamu akan terhindar dari infeksi bakteri atau virus sehingga nggak mudah sakit.
Menjaga Kesehatan Mata
Belut termasuk salah satu sumber vitamin A yang paling baik. Dalam tiap 100 gramnya, hewan ini mengandung sekitar 3500 IU vitamin A. Kandungan ini justru lebih tinggi dari buah tomat dan jambu biji yang digadang-gadang sebagai buah kaya vitamin A.
Selain untuk meningkatkan daya tahan tubuh, vitamin A juga dibutuhkan untuk menjaga kesehatan mata. Dengan tercukupinya asupan vitamin A, mata bisa lebih sehat dan terhindar dari berbagai penyakit, seperti rabun senja dan penyakit retina.
Memperkuat Tulang dan Gigi
Kandungan vitamin D, protein, kalsium, dan fosfor di dalam belut bermanfaat untuk memperkuat tulang dan gigi. Memenuhi kebutuhan beragam nutrisi tersebut bisa menurunkan risiko terjadinya osteoporosis dan gigi berlubang.
Selain dengan mengonsumsi makanan yang bergizi, kamu juga perlu rutin olahraga agar tulang dan sendi senantiasa kuat.
Mencegah Anemia
Manfaat belut selanjutnya adalah mencegah anemia. Manfaat ini diperoleh dari kandungan asam folat, zat besi, dan vitamin B12 yang terkandung di dalamnya. Aneka nutrisi tersebut berperan penting untuk menghasilkan sel-sel darah merah.
Jadi, dengan jumlah darah yang cukup, tubuh pun akan terhindar dari anemia atau kurang darah.
Meningkatkan Daya Ingat
Sama seperti ikan, belut juga mengandung omega-3, kolin, serta aneka vitamin dan mineral. Selain baik untuk menjaga kesehatan jantung, berbagai nutrisi tersebut juga bisa memelihara fungsi otak, melancarkan aliran darah di otak, meningkatkan daya ingat, serta mencegah pikun atau demensia.
Cara Konsumsi Belut
Berikut beberapa tips mengonsumsi belut agar manfaatnya bisa dirasakan dengan maksimal dan risikonya bisa ditekan.
Belut sebaiknya disajikan dengan cara dibakar, dikukus, atau direbus agar lebih sehat, serta dipadukan dengan makanan pendamping tinggi serat seperti sayuran atau kacang-kacangan. Konsumsinya pun perlu dibatasi dalam porsi yang wajar, yakni sekitar 40–50 gram untuk sekali saji. Frekuensi konsumsi belut yang dianjurkan adalah 2–3 kali dalam satu hingga dua bulan, sehingga manfaatnya bisa diperoleh tanpa menimbulkan risiko berlebihan.
Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber