YERUSALEM (Lentera) - Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, pada Rabu (20/8/2025) yang menyetujui rencana militer untuk penaklukan Kota Gaza memberi wewenang untuk memanggil sekitar 60.000 tentara cadangan.
Langkah militer Israel mendapat respons keras dari Hamas, sebagaimana yang dilansir dari AFP pada Kamis (21/8/2025).
Hamas menilai keputusan itu menunjukkan “pengabaian terang-terangan” terhadap upaya mediasi untuk menghentikan pertempuran dan kesepakatan pertukaran sandera, yang berlangsung hampir dua tahun.
Hamas juga menuding Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak merespons proposal mediasi dengan serius dan menjadi “penghalang nyata bagi setiap kesepakatan”, tanpa memperhatikan keselamatan sandera Israel.
Proposal gencatan senjata dari mediator yang diterima Hamas sebelumnya mencakup penghentian pertempuran awal selama 60 hari, pembebasan sandera secara bertahap, pembebasan beberapa tahanan Palestina, dan akses bagi bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Perintah Katz untuk mengirim lebih banyak pasukan ke Kota Gaza dikonfirmasi seorang juru bicara militer Israel kepada AFP.
Seorang pejabat militer Israel menyampaikan bahwa fase baru pertempuran akan melibatkan “operasi bertahap dan terarah di dalam dan sekitar Kota Gaza”, termasuk area yang belum dijangkau pasukan.
Sebelumnya, kabinet keamanan Israel yang dipimpin Netanyahu telah menyetujui rencana penaklukan Kota Gaza awal Agustus, yang memicu kekhawatiran bahwa ofensif militer itu akan memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Kantor perdana menteri menyatakan Netanyahu “mengarahkan agar jadwal pengambilalihan kendali atas benteng terakhir dan kekalahan Hamas dipercepat,” tanpa merinci kerangka waktu spesifik.
Di Kota Gaza, situasi dilaporkan semakin memburuk.
Mustafa Qazzaat, kepala komite darurat pemerintahan setempat, menggambarkan kondisi sebagai “bencana”, di mana ribuan warga berusaha melarikan diri dari kawasan timur kota.
Anis Daloul (64) mengatakan, “Militer Israel telah menghancurkan sebagian besar bangunan di Zeitoun dan menggusur ribuan orang.”
Sementara di Tepi Barat, Israel pada Rabu menyetujui proyek permukiman besar di area yang menurut komunitas internasional mengancam keberlangsungan negara Palestina di masa depan.
Otoritas Palestina dengan cepat mengutuk persetujuan itu dengan tegas, mengatakan hal itu semakin memperkuat perpecahan di wilayah tersebut. Lihat Foto Warga Israel sedang memandangi Gaza yang ingin mereka duduki setelah meluluh lantakkan wilayah tersebut.(Instagram @assayagilan)
Kekhawatiran perang permanen di Gaza
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan sikap ofensif tersebut "hanya dapat menyebabkan bencana total bagi kedua bangsa".
Mengutip dari Kompas, Macron memperingatkan bahwa hal itu akan "menyeret kawasan ke dalam perang permanen".
Persetujuan Katz atas rencana penaklukan Kota Gaza muncul beberapa hari setelah Hamas menyatakan telah menerima proposal terbaru dari mediator untuk gencatan senjata guna, termasuk pembebasan 10 sandera dan 18 jenazah dari Gaza.
Sisa sandera akan dibebaskan secara bertahap selama 60 hari, bersamaan dengan negosiasi untuk gencatan senjata permanen.
Sejak serangan Hamas pada Oktober 2023, yang memicu perang hingga hari ini, ada sebanyak 251 orang yang disandera. Militer Israel menyatakan 49 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk 27 orang yang diduga meninggal.
Qatar, salah satu mediator dalam pembicaraan, mengatakan proposal terbaru "hampir identik" dengan versi sebelumnya yang telah disetujui Israel.
Netanyahu belum memberikan komentar publik tentang rencana gencatan senjata, tetapi pekan lalu mengatakan negaranya akan menerima "kesepakatan di mana semua sandera dibebaskan sekaligus dan sesuai dengan syarat kami untuk mengakhiri perang" (*)
Editor: Arifin BH
.jpg)
