
SURABAYA (Lentera) -Gajah berperan penting di dalam ekologi. Ia merupakan penyebar benih terbaik, mendukung terbentuknya ekosistem hutan, mengontrol populasi vegetasi, membantu pekerjaan manusia, hingga menjadi bagian dari budaya manusia.
Dengan tubuhnya yang besar, gajah memiliki daya jelajah luas hingga 170 kilometer per hari. Gajah dewasa bisa mengonsumsi makanan 130-an kilogram setiap harinya. Makanan itu berupa rerumputan, dedaunan, biji-bijian, dan buah-buahan. Ini menandakan ”Sang Datuk Gedang” memiliki kemampuan menyebarkan benih secara alami yang menjadi jalan bagi terbentuknya hutan alami.
Di sepanjang penjelajahannya, gajah hampir setiap jam membuang kotoran. Jika dikumpulkan lalu ditimbang, kotoran setiap ekor gajah berbobot lebih dari 100 kilogram. Inilah penyebaran pupuk alami terbaik dalam habitat sekaligus media tanam penuh nutrisi yang mendukung pertumbuhan biji menjadi pohon.
Kaki gajah yang besar saat menginjak tanah membentuk kubangan air yang nyaman bagi kehidupan para amfibi dan sejumlah jenis spesies kecil lainnya. Itu sebabnya, gajah kerap mendapatkan julukan ”insinyur ekosistem”.
Perlu menjadi perhatian dunia
Sayangnya, ancaman kepunahan terus membayangi kehidupan gajah. Indonesia memiliki dua jenis gajah, yakni gajah sumatera dan gajah kalimantan. Status konservasi keduanya sangat mengkhawatirkan. Gajah sumatera masuk ke dalam status ”Kritis” (critically endangered) dalam daftar merah organisasi konservasi alam dunia (IUCN), sejak 2011. Artinya, selangkah lagi menuju kepunahan di alam. Populasinya saat ini antara 1.083 individu hingga 1.586 individu (data Forum Konservasi Gajah Indonesia/FKGI).
Gajah kalimantan bertatus konservasi ”Terancam” punah (endangered). Hal itu karena populasinya yang terus menurun. Di Indonesia, Kalimantan Utara menjadi lokasi tersisa keberadaan gajah kalimantan dengan populasi 4-20 individu saja. Jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan populasi gajah kalimantan di Sabah, Malaysia, yang berjumlah 1.500 ekor.
Keterancaman yang tinggi itu disebabkan oleh fragmentasi masif habitat gajah, konflik manusia dan gajah, perburuan dengan motif perdagangan gading, alih fungsi hutan, serta ancaman penyakit.
Fakta unik yang belum banyak diketahui
Gajah merupakan satwa yang sangat tangguh. Mereka dapat hidup hingga usia 65 tahun. Gajah betina melahirkan setelah kehamilan yang panjang, yakni 22 bulan. Dengan kondisi habitat yang ideal, populasi gajah bertumbuh hanya sampai 7 persen per tahun. Itu sebabnya perlindungan hutan sebagai habitat gajah menjadi hal yang penting.
Fakta lain yang penting kita ketahui bahwa kotoran gajah memiliki banyak manfaat. Selain menjadi pupuk alami, kotoran gajah ternyata bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas. Kotoran gajah kaya akan serat sehingga mudah diolah menjadi kertas hingga papan komposit, pengganti kertas dan papan pabrikan.
Selain itu, gajah juga memiliki memori yang kuat. Ia mampu mengingat jalur penjelajahannya yang panjang. Meskipun di jalur yang sama telah mengalami perubahan, memori kuat gajah akan membawanya untuk kembali.
Gajah memiliki kecerdasan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Strategi alami untuk memilih makanannya berdasarkan perubahan musim. Hal itu memungkinkan masuknya kandungan protein yang lebih bervariasi menyesuaikan dengan perubahan musim.
Begitu pula kulitnya yang berwarna gelap dan bertekstur keriput ternyata memiliki peran tersendiri. Keriput pada kulitnya bertujuan untuk menjaga tubuh gajah agar tetap adem atau tidak merasakan terlalu panas. Kulit itu juga mampu menangkap kelembaban udara sehingga bisa mendinginkan temperatur tubuh gajah.
Tak hanya keriput, kulit gajah juga tebal. Kondisi itu melindunginya dari suhu lingkungan yang dingin.
Gigi dan gading gajah juga unik. Gigi-giginya mengalami siklus rotasi yang panjang, yakni hingga enam kali selama hidupnya. Hal ini untuk mendukung aktivitas dominan gajah, yaitu makan. Adapun gading pada gajah hanya tumbuh sekali seumur hidupnya.
Siapa saja pesohor yang peduli gajah
Di tengah ancaman kepunahan yang menghantui kehidupan gajah, banyak pihak menaruh kepedulian. Termasuk di antaranya sejumlah pesohor. Mereka ingin satwa liar dilindungi itu tetap aman dalam rumahnya. Beragam aksi pun dibuat untuk mendukung perlindungan gajah.
Mengutip Kompas, mereka antara lain Chicco Jerikho yang terlibat dalam film dokumenter Berbagi Ruang untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga harmoni antara manusia dan gajah. Ada pula Jefri Nichol yang aktif menyuarakan kepeduliannya terhadap gajah sumatera yang terancam punah melalui media sosial dan kampanye penggalangan dana. Ia bekerja sama dengan Kusuka mengadakan lelang yang hasilnya didonasikan untuk program konservasi gajah sumatera.
Artis Melanie Subono pada 2019 membuat petisi ”Stop Elephant Cruelty, Stop Penyiksaan Gajah di Borobudur.” Petisi dibuat sebagai respons atas atraksi tunggang gajah di areal Candi Borobudur. Rupanya petisi itu mendapat 82.000 tanda tangan mendukung.
Penyanyi Tulus tak kalah mencintai gajah hingga ia menciptakan lagu berjudul ”Gajah”. Lagu itu turut mengantarnya meraih Anugerah Musik Indonesia 2015. Klip video lagu itu dibintangi oleh Yongki, seekor gajah jinak di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung. Sayangnya, saat Tulus menerima penghargaan itu, Yongki mati dibunuh pemburu.
Tak hanya pesohor dalam negeri, aktor dunia Leonardo DiCaprio pun pernah mengunjungi Taman Nasional Gunung Leuser di Aceh pada 2016 untuk melihat habitat gajah sumatera. DiCaprio mengunggah foto dirinya bersama gajah sumatera di Instagram lalu menyerukan mendesaknya perlindungan bagi habitat spesies itu (&)
Editor: Arifin BH