14 August 2025

Get In Touch

Menteri Wihaji Ungkap 71 Ribu Perempuan di Indonesia Ingin Childfree

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN RI, Wihaji, Selasa (12/8/2025). (Santi/Lentera)
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN RI, Wihaji, Selasa (12/8/2025). (Santi/Lentera)

MALANG (Lentera) - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, Wihaji mengungkapkan sebanyak 71 ribu perempuan di Indonesia, berkeinginan untuk tidak memiliki anak atau childfree.

Menanggapi fenomena itu, BKKBN menyiapkan program Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya) sebagai upaya mengatasi kekhawatiran yang menjadi alasan di balik pilihan tersebut.

"Data menunjukkan 71 ribu perempuan Indonesia ingin childfree, ingin, ya. Tetapi saya meyakini walaupun ingin, insyaAllah tidak akan dilakukan," ujarnya saat menghadiri kegiatan dialog dan diskusi bersama penyuluh keluarga berencana dan kader Banggakencana di Gedung Mini Block Office Kota Malang, Selasa (12/8/2025).

Wihaji memaparkan, dari hasil diskusi dengan sejumlah perempuan yang memiliki pandangan tersebut, setidaknya ada tiga faktor yang melatarbelakangi pilihan childfree.

Pertama, faktor ekonomi, di mana mereka khawatir tidak mampu membiayai pengasuhan anak, termasuk membayar tenaga bantuan asisten rumah tangga (ART).

Faktor kedua, lanjut Wihaji, adalah terkait dengan karir. Menurutnya, sebagian perempuan merasa harus mengorbankan pekerjaan mereka ketika memiliki anak.

Sementara faktor ketiga, yakni adanya perubahan nilai kebahagiaan dalam masyarakat modern. Yang bergeser dari membangun keluarga menuju bentuk kebahagiaan lain yang dianggap lebih ringan.

"Ada juga yang menyebutkan, ada peradaban baru. Sekarang kebahagiaannya bukan itu (memiliki anak). Mungkin lebih asik dengan boneka dan sebagainya," jelasnya.

Meski demikian, Wihaji menegaskan childfree bukanlah pilihan yang ideal untuk konteks Indonesia. Oleh karena itu, ia menilai pemerintah perlu hadir memberikan solusi konkret agar kekhawatiran para perempuan tersebut dapat terjawab.

Salah satu langkah yang diinisiasi adalah program Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya). Menurutnya, program ini dihadirkan untuk memberikan fasilitas penitipan anak atau Taman Penitipan Anak (TPA) bagi para orang tua yang bekerja, sehingga mereka tidak perlu khawatir terkait pengasuhan buah hati.

"Di situ nanti sekian jam anak diasuh, pola asuhnya mendapatkan sertifikat dari kami, dan memastikan tidak ada masalah ketika dijalankan," terang Wihaji.

Dalam implementasinya, BKKBN akan bekerja sama dengan sejumlah pihak, termasuk yang telah dilakukan dengan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Menurutnya, perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor lingkungan hidup, seperti perkebunan kelapa sawit, akan didorong untuk menyediakan fasilitas Tamasya sebagai salah satu syarat kelayakan proper.

Wihaji juga menyampaikan, program Tamasya juga akan menyasar perusahaan swasta, terutama pabrik-pabrik yang mempekerjakan banyak perempuan. 

Reporter: Santi Wahyu/Editor: Ais

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.