Angka Stunting Kota Malang Naik, Dinkes Libatkan Perguruan Tinggi untuk Membina 57 Kelurahan

MALANG (Lentera) - Angka stunting di Kota Malang naik menjadi 22,4 persen pada 2024 berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Untuk menekan lonjakan ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang melibatkan 27 perguruan tinggi melalui program Kampus Bergerak Peduli Stunting atau Kabar Penting.
Kampus-kampus tersebut akan dibagi untuk membina 57 kelurahan yang ada di Kota Malang. Dengan masing-masing kampus mendapatkan jatah 2 hingga 3 wilayah binaan.
"Kota Malang kalau dievaluasi tahun 2024 kemarin, stunting kita menurut SSGI berada di 22,4 persen. Tahun sebelumnya 17 persen. Dengan peningkatan ini, kami mencari apa yang belum terlibat. OPD sudah, lintas sektor sudah, dan yang belum terpikir adalah perguruan tinggi," ujar Kepala Dinkes Kota Malang, Husnul Muarif, Selasa (12/8/2025).
Dari hasil evaluasi tersebut, Husnul menyebutkan telah merancang pola kerja sama dengan kampus-kampus yang memiliki basis keilmuan atau program studi (prodi) di bidang kesehatan.
Menurutnya, langkah awal dilakukan dengan menggelar pertemuan daring bersama perwakilan perguruan tinggi untuk menjelaskan rencana program dan target yang ingin dicapai.
"Dari situ, muncul lah istilah Kabar Penting atau Kampus Bergerak Peduli Stunting. Jadi dengan ini, perguruan tinggi nanti akan terlibat langsung dalam pembinaan dan pemantauan wilayah binaan terkait penanganan stunting," paparnya.
Saat ini, Husnul menyebutkan ada sebanyak 27 perguruan tinggi di Kota Malang yang memiliki program studi kedokteran, kesehatan masyarakat, keperawatan, kebidanan, dan gizi ikut berpartisipasi.
"Jumlah tenaga yang dikerahkan tergantung prodinya, karena cakupan stunting tiap wilayah berbeda. Ada daerah yang kasusnya sedikit, ada juga yang besar. Kalau berjalan baik, di 2026 kami ingin melibatkan semua perguruan tinggi yang ada di Kota Malang. Totalnya ada 67 kampus," jelas Husnul.
Lebih lanjut, dijelaskannya, perguruan tinggi yang terlibat akan mengerahkan mahasiswa tingkat akhir yang telah memiliki bekal pengetahuan kuat terkait stunting dan pencegahannya.
Mereka akan bekerja sama dengan organisasi profesi di kampus seperti dokter, bidan, dan perawat, untuk memberikan edukasi kesehatan, pembinaan, dan pendampingan bagi balita stunting yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Program Kabar Penting juga akan memetakan wilayah yang menjadi atensi khusus. Berdasarkan data, beberapa kelurahan memiliki prevalensi stunting tinggi seperti Mergosono, sementara wilayah seperti Rampal Celaket tergolong rendah.
"SSGI ini kan berbasis sampling, jadi tidak semua balita dilakukan sensus. Tetapi secara kewilayahan, memang ada daerah-daerah yang jumlah kasusnya lebih tinggi dan ada juga yang rendah," imbuhnya.
Menurut Husnul, evaluasi program akan dilakukan secara berkala setiap dua bulan sekali. Evaluasi meliputi progres yang telah dicapai serta rencana tindak lanjut.
"Harapannya, akhir 2025 kita sudah tidak di angka 22,4 persen. Paling tidak harus mendekati angka nasional, sekitar 14 sampai 17 persen," titup Husnul.
Reporter: Santi Wahyu|Editor: Arifin BH