13 August 2025

Get In Touch

Hasil Verifikasi 2025: Hipertensi Jadi Penyakit Tak Menular Tertinggi di Kota Malang

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, Muhammad Zamroni (tengah). (Santi/Lentera)
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, Muhammad Zamroni (tengah). (Santi/Lentera)

MALANG (Lentera) - Kasus hipertensi tercatat sebagai penyakit tidak menular tertinggi di Kota Malang. Fakta ini terungkap dalam pelaksanaan verifikasi lanjutan Kota/Kabupaten Sehat (KKS) tingkat nasional tahun 2025.

"Tadi verifikasi terkait pemenuhan dokumen memang ada yang belum lengkap. Bahwa di Kota Malang ini kasus (penyakit) tidak menular nomor satu itu hipertensi. Nah tadi Kemenkes melihat apakah laporannya sudah sesuai atau belum," ujar Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, Muhammad Zamroni, Senin (11/8/2025).

Berdasarkan data Dinkes, meskipun tidak menyebutkan angka pasti, menurutnya hipertensi di Kota Malang didominasi oleh kelompok usia dewasa. Namun, tren kasus pada usia muda kini mulai meningkat. Penyebabnya beragam, mulai dari faktor keturunan, pola makan yang tidak sehat, hingga kurang istirahat.

Zamroni juga mengimbau masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat guna mengurangi risiko hipertensi. Ia menyarankan agar masyarakat membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL), serta memperbanyak aktivitas fisik dan istirahat yang cukup.

"Garam sangat meningkatkan risiko hipertensi. Jadi, anak muda sekarang jangan makan terlalu asin dan mengurangi lemak," tuturnya.

Lebih lanjut terkait dengan verifikasi KKS, Zamroni menjelaskan, laporan kasus hipertensi di Kota Malang sudah dilaksanakan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan. Ia memastikan, seluruh warga yang terdeteksi hipertensi juga telah mendapatkan penanganan medis.

"Artinya, masyarakat yang mengalami hipertensi di Kota Malang sudah dilayani sesuai standar, bahkan lebih dari 100 persen. Begitu ditemukan hipertensi, langsung dilakukan penanganan," tegasnya.

Meski demikian, pihaknya mengakui terdapat kendala teknis dalam penyampaian data ke Kementerian Kesehatan. Laporan pelayanan yang sudah dilakukan seringkali terhambat karena gangguan pada aplikasi Aplikasi Satu Sehat Indonesia (ASIK).

Sementara itu, Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, menambahkan kondisi hipertensi ini juga terjadi di kalangan aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemkot Malang. Data dari fasilitas kesehatan menunjukkan tren yang sama, di mana tekanan darah tinggi dapat dipicu oleh faktor keturunan, pola makan, tekanan pekerjaan, maupun masalah pribadi.

"Biasanya dokter akan melihat riwayatnya. Darah tinggi bisa jadi turunan, atau dari makanan, atau dari tekanan, ya. Atau faktor lainnya," kata Wahyu.

Menurutnya, hipertensi menjadi salah satu dari tiga penyakit utama yang ditanggung BPJS Kesehatan di Kota Malang, selain diabetes dan penyakit jantung. Ketiga penyakit tersebut dinilai berhubungan erat dengan gaya hidup.

Wahyu pun mengajak masyarakat untuk menjaga pola makan, mengelola stres, dan membiasakan diri berolahraga. Ia menekankan, suasana hati yang rileks dan pikiran yang tenang menjadi kunci menjaga kesehatan jantung dan tekanan darah.

"Makannya, nggak usah mikir terlalu serius. Terlalu serius itu malah bikin tegang. Kita agak guyon-guyon, itu malah bisa menurunkan tekanan darah," ujarnya sambil tersenyum.

Reporter: Santi Wahyu/Editor: Widyawati

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.