03 August 2025

Get In Touch

Penyakit "Silent Killer" yang Perlu Diwaspadai

Ilustrasi hipertensi (Pixabay.com)
Ilustrasi hipertensi (Pixabay.com)

SURABAYA (Lentera) - Kesadaran akan kondisi kesehatan tubuh umumnya dimulai ketika gejala penyakit muncul. Gejala ini krusial untuk membantu diagnosis, mengidentifikasi penyebab, merancang metode pemulihan, hingga menentukan medikasi yang tepat. Namun, tidak semua penyakit menunjukkan gejala yang nyata, bahkan beberapa berkembang secara senyap tanpa tanda-tanda yang signifikan. Kondisi inilah yang dikenal sebagai "silent killer", penyakit yang dapat merusak tubuh secara progresif tanpa disadari, dan berpotensi fatal jika tidak ditangani secara dini.

Merujuk informasi dari laman Medical News, berikut adalah empat jenis penyakit "silent killer" yang perlu diketahui untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat:

Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Hipertensi merupakan masalah kesehatan umum yang sangat berbahaya karena sering kali tidak menunjukkan gejala. Kondisi ini terjadi ketika tekanan dalam pembuluh darah lebih tinggi dari normal, menyebabkan beban ekstra pada jantung dan arteri. Jika dibiarkan, hipertensi dapat memicu penyakit kardiovaskular seperti stroke, serangan jantung, gagal ginjal, masalah mata, hingga disfungsi ereksi. Fluktuasi tekanan darah sepanjang hari adalah normal, namun faktor-faktor seperti obesitas, usia lanjut, gaya hidup pasif, stres, pola makan tinggi garam, merokok, dan konsumsi alkohol berlebihan dapat menyebabkan tekanan darah tetap tinggi.

Karena sering tanpa tanda, hipertensi dijuluki sebagai "pembunuh diam-diam". Sebagian individu baru menyadari kondisinya setelah mengalami pusing, sakit kepala, nyeri dada, atau bahkan serangan stroke. Pengendalian hipertensi melibatkan gaya hidup sehat: olahraga rutin, konsumsi buah dan sayuran, berhenti merokok, membatasi alkohol, dan menjaga berat badan ideal. Resep obat penurun tekanan darah mungkin diberikan oleh dokter jika diperlukan. Pemeriksaan medis dini sangat dianjurkan bagi individu yang merasa berisiko.

Penyakit Kencing Manis (Diabetes)

Diabetes merupakan salah satu masalah kesehatan global terbesar, terutama mengingat tingginya konsumsi gula harian. Diabetes adalah kondisi serius yang memengaruhi seluruh tubuh akibat tingginya kadar glukosa dalam darah. Normalnya, insulin — hormon dari pankreas — membantu mengubah gula menjadi energi yang didistribusikan ke seluruh tubuh. Namun, pada penderita diabetes, produksi atau penggunaan insulin terganggu, menyebabkan penumpukan gula dalam darah. Tiga jenis utama diabetes meliputi: tipe 1 (onset mendadak), tipe 2 (sering tanpa gejala yang jelas), dan diabetes gestasional (terjadi pada ibu hamil).

Gejala diabetes meliputi rasa haus berlebihan, mudah lelah, penglihatan kabur, kulit gatal, peningkatan berat badan, atau perubahan suasana hati yang drastis. Jika tidak ditangani, diabetes dapat menyebabkan kerusakan ginjal, mata, saraf, jantung, serta masalah sirkulasi dan seksual. Meskipun belum ada obatnya, diabetes dapat dikelola melalui diet sehat, olahraga teratur, pemantauan gula darah, injeksi insulin (jika diperlukan), menjaga berat badan, dan pemeriksaan rutin ke dokter untuk mencegah komplikasi.

Penyakit Hati Berlemak (Steatosis Hati)

Setiap individu memiliki sejumlah lemak di hati. Namun, jika jumlahnya melebihi 10% dari berat hati, kondisi ini disebut sebagai penyakit hati berlemak atau steatosis. Awalnya mungkin tidak berbahaya, tetapi dapat memicu peradangan, pengerasan, hingga sirosis yang merusak hati. Ada dua jenis utama penyakit ini: akibat alkohol (ALD) dan non-alkohol (NAFLD). NAFLD lebih sering terjadi pada individu dengan obesitas, diabetes, kolesterol tinggi, atau gaya hidup tidak sehat.

Penyakit ini sering kali asimtomatik atau hanya menimbulkan gejala ringan seperti kelelahan, mual, nyeri perut, atau bercak gelap pada kulit. Diagnosis umumnya dilakukan melalui tes darah, USG, atau MRI. Penanganannya meliputi penurunan berat badan, pengurangan asupan lemak dan gula, penghentian konsumsi alkohol, serta pemeriksaan hati secara rutin.

Penyakit Arteri Koroner (PAK)

Penyakit arteri koroner (PAK) terjadi ketika pembuluh darah jantung menyempit akibat penumpukan plak lemak (aterosklerosis). Kondisi ini memperlambat aliran darah ke jantung dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, atau nyeri dada (angina). Faktor risiko yang dapat dikendalikan meliputi merokok, kolesterol tinggi, hipertensi, diabetes, dan kurangnya aktivitas fisik. Sementara itu, faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan meliputi usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga.

Karena sering tanpa gejala, PAK juga dikenal sebagai "pembunuh diam-diam". Gejala biasanya baru terasa saat muncul nyeri dada, sesak napas, atau serangan jantung. Pencegahan dan pengobatan meliputi pola makan sehat, olahraga teratur, penghentian merokok, penggunaan obat-obatan, hingga operasi bypass jika diperlukan. Konsultasi medis disarankan bagi individu yang merasa berisiko.

Kanker

Kanker merupakan penyakit mematikan yang telah lama diakui sebagai "silent killer". Penyakit ini bermula ketika satu atau beberapa gen mengalami mutasi, memicu pembentukan sel-sel kanker. Sel-sel kanker ini kemudian membentuk klaster atau tumor yang dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui pembuluh darah.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jenis kanker yang paling umum diderita meliputi kanker payudara, kanker paru-paru, kanker kolon, kanker rektum, dan kanker prostat. Pada tahun-tahun awal seseorang menderita kanker, umumnya tidak ada gejala yang terlihat. Namun, ketika gejala sudah muncul, kondisi kanker cenderung memburuk dengan cepat.

Osteoporosis

Osteoporosis sering dijuluki sebagai "silent killer" karena tidak adanya gejala yang ditimbulkan saat kepadatan tulang menurun. Penderita osteoporosis umumnya baru menyadari kondisi mereka setelah mengalami fraktur atau patah tulang. Patah tulang akibat osteoporosis biasanya terjadi di panggul, pergelangan tangan, dan tulang belakang.

Risiko seseorang mengidap osteoporosis umumnya berkaitan dengan gender dan usia. Seiring bertambahnya usia, risiko seseorang mengidap osteoporosis akan semakin besar. Amerika Serikat memperkirakan akan terjadi 1,5 juta fraktur osteoporosis setiap tahunnya. Wanita berusia lebih dari 50 tahun atau wanita yang telah mengalami pascamenopause merupakan kelompok dengan risiko tertinggi mengidap penyakit ini.

Mengenali berbagai penyakit "silent killer" sejak dini, termasuk memahami risikonya, dapat membantu menjaga kesehatan dengan lebih baik. Pencegahan dapat dimulai dengan menerapkan gaya hidup sehat, melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, dan mewaspadai tanda-tanda yang mungkin timbul. Langkah kecil hari ini dapat mencegah masalah kesehatan besar di masa depan.

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.