28 July 2025

Get In Touch

Riset dan Produktivitas Indonesia Keluar dari Middle Income Trap

Kegiatan Annual Scientific Symposium of Indonesian Collegian in Japan (ASSIGN) ke-8.
Kegiatan Annual Scientific Symposium of Indonesian Collegian in Japan (ASSIGN) ke-8.

TOKYO (Lentera)— Riset dan produktivitas generasi muda dinilai menjadi kunci agar Indonesia bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap.  Isu strategis ini menjadi sorotan utama dalam puncak Annual Scientific Symposium of Indonesian Collegian in Japan (ASSIGN) ke-8 yang digelar di Tokyo, Sabtu-Minggu (26–27 Juli 2025).

ASSIGN merupakan agenda tahunan Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang (PPI Jepang) yang menjadi wadah pertukaran gagasan antar pelajar dan akademisi Indonesia di Negeri Sakura. Tahun ini, simposium mengusung tema “Kontribusi Riset dan Inovasi Pelajar Indonesia di Jepang Menuju Indonesia Emas 2045.”

Dalam sambutannya, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Brian Yulianto menekankan, pelajar Indonesia di Jepang harus membawa semangat negara maju untuk membangun tanah air.

“Semangat yang tinggi, keinginan yang tinggi, tekad yang kuat seperti yang ditunjukkan oleh orang-orang Jepang—itulah yang harus kita bawa pulang,” kata Brian saat memberikan sambutan secara daring melalui Zoom, Minggu (27/7/2025).

Tak hanya itu, ia juga menekankan, pelajar Indonesia tidak boleh hanya menikmati kemajuan Jepang, tetapi harus bisa menerjemahkannya dalam bentuk inovasi dan terobosan nyata untuk Indonesia.

Sementara itu, Dekan ADBI Bambang Brodjonegoro mengingatkan bahwa Indonesia saat ini berada dalam masa bonus demografi yang tidak akan berlangsung selamanya.

“Ketika sebagian negara Asia Timur mengalami populasi menua dan penurunan jumlah penduduk, Indonesia justru sedang menikmati bonus demografi. Tapi itu ada batasnya,” tuturnya.

Menurutnya, produktivitas anak muda harus dioptimalkan sejak sekarang agar dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan membawa Indonesia keluar dari middle income trap.

Isu lain yang turut disorot dalam ASSIGN adalah lemahnya budaya riset di tanah air. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti menilai fasilitas yang baik tidak akan berarti jika tidak diimbangi dengan mentalitas sebagai peneliti.

“Menurut saya, kalau mental menjadi peneliti tidak terbangun, ya selengkap apapun fasilitas, penelitian tetap tidak akan berjalan,” ucapnya. 

Ia menambahkan, Kemendasmen kini berupaya menanamkan kecintaan terhadap sains sejak dini. “Sains bukan sesuatu yang menakutkan, tapi bagian dari kehidupan sehari-hari," tambahnya.

Sementara itu, Ketua PPI Jepang, Prima Ghandi, menjelaskan ASSIGN hadir sebagai ruang kolaborasi dan refleksi gagasan para pelajar Indonesia di Jepang. Forum ini diharapkan dapat mendorong lahirnya kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy) di Indonesia.

“Kebijakan negara banyak yang hanya berdasarkan kompromi politik dan jauh dari kajian akademik, sehingga tidak memiliki dasar yang kuat,” tutupnya. (*)

Reporter: Amanah
Editor : Lutfiyu Handi

 

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.