
KAIRO (Lentera) - Sedikitnya 20 orang tewas dan lebih dari 100 lainnya luka-luka akibat serangan Israel terhadap orang-orang yang menunggu bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza utara, menurut laporan lembaga penyiaran Al Jazeera dikutup Sabtu (26/7/2025).
Orang-orang itu menjadi sasaran serangan Israel di dekat perlintasan Zikim, antara Jalur Gaza dan Israel, kata Al Jazeera pada Jumat (25/7/2025).
Komite Palang Merah Internasional (ICRC) pada Jumat mengatakan bahwa penderitaan yang ditimpakan Israel kepada warga Gaza sehingga mereka kekurangan makanan serta kebutuhan pokok lainnya yang diperlukan untuk bertahan hidup sangat "mengerikan."
Warga sipil terus menerus menjadi target serangan dan terbunuh baik dalam permusuhan maupun saat berusaha mendapatkan bantuan kemanusiaan, kata ICRC.
Anak-anak juga meninggal dunia akibat malnutrisi, dan ribuan keluarga terpaksa terus-menerus mengungsi, tegas pernyataan ICRC.
Pada Januari, Israel melarang aktivitas Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), menuding beberapa stafnya membantu serangan Hamas terhadap Israel pada Oktober 2023, peristiwa yang memicu eskalasi konflik saat ini dan mendorong Israel untuk memblokade penuh daerah kantong Palestina tersebut.
Baru-baru ini, Israel mulai mengelola pasokan kemanusiaan ke Jalur Gaza melalui Yayasan Kemanusiaan Gaza yang didukung AS, yang titik distribusi bantuannya terkonsentrasi di selatan wilayah kantong tersebut.
Pada 20 Mei, Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini menuduh Israel menggunakan bantuan kemanusiaan tersebut untuk menggusur paksa warga Palestina.
Terpisah, Kepala Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina, Philippe Lazzarini, mengingatkan tentang memburuknya situasi kemanusiaan di Jalur Gaza seraya menyerukan langkah-langkah mendesak untuk mencegah kematian lebih lanjut akibat kelaparan.
Dalam sebuah unggahan di platform media sosial X, Lazzarini, menyatakan keprihatinannya terhadap mekanisme distribusi bantuan yang dipimpin oleh Gaza Humanitarian Foundation, sebuah organisasi swasta yang didukung oleh Amerika Serikat dan Israel.
"Sistem distribusi yang cacat ini tidak dirancang untuk menangani krisis kemanusiaan. Sistem ini melayani tujuan militer dan politik. Ini kejam karena lebih banyak mengambil nyawa daripada menyelamatkannya," katanya.
Kapal Bantuan Handala Dicegat Drone
Koalisi Armada Kebebasan (Freedom Flotilla Coalition) pada Jumat (25/7/2025) malam mengatakan sejumlah pesawat tak berawak terlihat terbang di atas kapal bantuan Handala yang menuju Gaza.
Hal itu meningkatkan kekhawatiran tentang kemungkinan intersepsi dari Israel atau NATO.
"Dalam 45 menit terakhir, 16 drone terlihat terbang di atas Handala, beberapa berpasangan, beberapa langsung di atas kapal," kata koalisi tersebut dalam sebuah pernyataan di Telegram.
Anggota Majelis Nasional Prancis Gabrielle Cathala, yang merupakan salah satu dari 21 aktivis internasional di kapal tersebut, mengeluarkan pesan suara berjudul "Hari ke-6," yang memperingatkan potensi serangan dalam beberapa jam mendatang atau keesokan paginya.
"Kami bersatu, bersolidaritas penuh, dan siap. Drone sudah mulai bermunculan. Jika Wi-Fi diputus, hal-hal aneh bisa saja terjadi. Jangan khawatirkan kami. Pikirkan rakyat Palestina. Mereka sedang menderita. Genosida yang mereka alami jauh lebih buruk daripada risiko apa pun yang kami hadapi di sini," ujarnya.
Pada awal pekan ini, koalisi tersebut melaporkan hilangnya komunikasi selama dua jam dengan kapal Handala, di mana beberapa pesawat tak berawak terlihat mengitari kapal itu.
Meskipun kontak kemudian dipulihkan, kelompok itu mengatakan aktivitas pesawat tak berawak itu meningkatkan kekhawatiran atas kemungkinan intervensi.
Pernyataan sebelumnya mencatat bahwa "Semua kontak dengan kru kami di Handala hilang, dan beberapa drone terlihat di dekatnya. Ini bisa berarti mereka telah dicegat atau diserang."
Handala berangkat dari pelabuhan Italia Syracuse pada 13 Juli dan kemudian menyelesaikan persiapan akhir di Gallipoli antara 15 dan 20 Juli.
Kapal yang membawa susu formula bayi, makanan, dan obat-obatan itu melanjutkan perjalanannya pada 20 Juli dengan 21 warga sipil di dalamnya, semuanya tidak bersenjata dan melakukan aksi tersebut sesuai hukum maritim dan humaniter internasional.
Kapal itu saat ini sedang dalam perjalanan menuju Jalur Gaza sebagai bagian dari misi masyarakat sipil internasional untuk mematahkan blokade Israel dan mengirimkan bantuan guna menyelamatkan nyawa warga Gaza.
Editor: Widyawati/berbagai sumber