13 July 2025

Get In Touch

AI Microsoft Bisa Saingi Dokter Manusia 

Ilustrasi kantor Microsoft di Vancouver, Kanada. (Shutterstock)
Ilustrasi kantor Microsoft di Vancouver, Kanada. (Shutterstock)

SURABAYA (Lentera) - Penelitian terbaru dari Microsoft menunjukkan bahwa kecerdasan buatan (AI) kini memiliki kemampuan melakukan diagnosis medis secara berurutan (sequential diagnostics) dengan tingkat akurasi dan efisiensi yang sebanding, bahkan melebihi kinerja dokter manusia.

Studi yang diumumkan pada Senin (30/6) lalu menyoroti dua hal, pertama memperkenalkan tolok ukur baru untuk menguji performa alat diagnosis AI dibanding para ahli medis, serta hadirnya model-agnostic orchestrator untuk mengukur kemampuan AI ketika dibandingkan dengan tolok ukur tersebut.

Mustafa Suleyman, CEO Microsoft AI, menyebut pencapaian ini sebagai langkah besar menuju apa yang ia sebut sebagai superintelijensi medis.

“Cara mudah memahami superintelijensi medis adalah, model ini berkali-kali lebih baik dari manusia terbaik di dunia, memiliki keluasan wawasan dari sebagian besar dokter ahli di seluruh dunia, dan kedalaman pengetahuan layaknya pakar terbaik,” ujar Suleyman, mengutip Newsweek.

Untuk menguji AI dalam dunia medis, Microsoft mengembangkan SDBench, simulasi berbasis 304 kasus kompleks dari NEJM yang sulit didiagnosis bahkan oleh para ahli. Peserta diminta mengajukan pertanyaan atau pemeriksaan untuk mencapai diagnosis, lalu hasilnya dibandingkan dengan standar NEJM.

Hasilnya, MAI Diagnostic Orchestrator (MAI-DxO) milik Microsoft mencapai akurasi 85,5%, jauh lebih tinggi dari dokter umum yang hanya 20%. Selain itu, MAI-DxO mampu menekan biaya diagnosis hingga 20% dengan memilih pemeriksaan yang lebih relevan dan efisien.

MAI-DxO bersifat model-agnostic, sehingga dapat bekerja dengan berbagai AI seperti OpenAI, Gemini, Claude, Grok, DeepMind, hingga Llama. Meski begitu, studi ini memiliki keterbatasan karena panel dokter yang terlibat tidak diizinkan menggunakan mesin pencari atau sumber eksternal saat menjalani uji SDBench.

Padahal, riset menunjukkan banyak dokter kini sudah memanfaatkan teknologi digital dalam praktiknya. Meski belum dirilis luas, MAI-DxO menunjukkan performa awal yang menjanjikan. Dikembangkan sejak akhir 2024 oleh tim Microsoft AI Health, alat ini bertujuan meningkatkan akurasi diagnosis dan menekan biaya klinis.

“Ada dua hal yang sangat kami banggakan: menciptakan tolok ukur baru untuk menguji performa AI, dan membuktikan bahwa sistem orchestrator kami tampil luar biasa melampaui tolok ukur tersebut,” ujar King sebagaimana dikutip Newsweek. “Ini mungkin adalah proyek paling menegangkan dan menggairahkan yang pernah saya kerjakan.”

Setiap hari, lebih dari 50 juta pencarian terkait kesehatan dilakukan melalui produk Microsoft yang menggunakan AI, seperti Copilot, Bing, Edge, dan MSN. Masyarakat kini semakin mengandalkan AI untuk memahami keluhan fisik atau gejala medis, dari sekadar sakit kepala hingga kondisi serius lainnya.

“Kami punya AI bernama Copilot, dan orang-orang datang untuk bicara soal kecemasan mereka, sakit kepala anak mereka, hingga penyakit yang mereka takutkan,” kata Suleyman. “Ini adalah percakapan yang berlangsung terus-menerus. Copilot bisa bekerja lebih baik jika punya pemahaman diagnostik yang kuat.”

Penelitian Microsoft berpotensi besar membantu dunia medis, seperti mempercepat dan menekan biaya diagnosis dengan hasil yang lebih akurat. Di AS, sekitar 7,4 juta orang salah diagnosis tiap tahun di ruang gawat darurat, dan 1 dari 350 kasus berujung pada kematian atau kecacatan, menurut studi 2023.

Microsoft kini bekerja sama dengan beberapa institusi kesehatan untuk menguji lebih lanjut sistem MAI-DxO, guna mengurangi kesalahan diagnosis dan pemborosan biaya akibat tes yang tidak perlu.

“Ini adalah sinyal awal yang sangat menjanjikan,” ujar King, “Tapi kami melihat ini sebagai perjalanan panjang bertahun-tahun yang butuh kolaborasi intensif dari seluruh sistem layanan kesehatan agar bisa berjalan dengan benar.

AI tak hanya mampu menggantikan proses diagnosis manusia, tapi bisa menjadi alat bantu penting yang menyelamatkan nyawa, menekan biaya, dan mempercepat pelayanan medis. Dunia medis sedang berubah, dan AI ada di garis depan perubahan itu. 

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.