03 July 2025

Get In Touch

Naengmyeon, Mi Dingin Penangkal Panas Ala Korea

Naengmyeon (cheon.co.id)
Naengmyeon (cheon.co.id)

SURABAYA (Lentera) - Musim panas di Seoul identik dengan menyantap naengmyeon, mi dingin khas Korea yang menjadi hidangan favorit untuk melawan panas. Bagi banyak orang Korea, menikmati semangkuk naengmyeon saat cuaca terik sudah seperti ritual tahunan yang tak boleh dilewatkan.

Hidangan ini disajikan dalam kuah dingin yang menyegarkan, dilengkapi dengan irisan daging, acar lobak, dan potongan buah pir yang renyah. Tak heran jika antrean panjang sering terlihat di depan restoran-restoran naengmyeon selama musim panas, demi mendapatkan semangkuk kesegaran ini.

Asal-usul hidangan naengmyeon diyakini berasal dari masa Dinasti Goryeo, yang berlangsung dari abad ke-10 hingga ke-14. Namun, catatan tertulis dari era tersebut masih sangat terbatas, sehingga informasi tentang naengmyeon pada masa itu belum begitu lengkap.

Referensi yang lebih jelas mengenai naengmyeon mulai muncul pada masa Dinasti Joseon, terutama dalam berbagai esai dan karya tulis. Salah satu sumber penting adalah "Dasan Simunjip", kumpulan tulisan dari cendekiawan terkemuka Jeong Yak-yong atau yang dikenal sebagai Dasan (1762–1836). Dalam salah satu tulisannya, ia menyebutkan naengmyeon sebagai bagian dari kebiasaan makan masyarakat pada masa itu.

Menurut laporan dari Korea Times, berdasarkan tulisan Dasan, naengmyeon pada awalnya merupakan hidangan musim dingin yang umum disantap oleh masyarakat di wilayah utara Korea, khususnya di daerah yang kini menjadi bagian dari Korea Utara.

Popularitas naengmyeon kemudian menyebar lebih luas ke wilayah Korea Selatan. Proses penyebaran ini dipengaruhi oleh pendudukan Jepang antara tahun 1910 hingga 1945, dan semakin meluas setelah Perang Korea yang berlangsung dari 1950 hingga 1953. Selama masa-masa sulit tersebut, banyak warga Korea Utara yang mengungsi ke selatan, membawa serta tradisi kuliner termasuk naengmyeon.

Kini, naengmyeon tidak hanya dikenal sebagai makanan tradisional dari utara, tetapi telah menjadi simbol persatuan budaya Korea dan hidangan musim panas yang dicintai di seluruh negeri.

Hidangan ini awalnya tidak dimakan pada bulan-bulan yang hangat sampai ada teknologi pembuatan es di awal abad ke-20. Selain itu, naengmyeon dinikmati dalam kaldu kimchi berbahan dasar air. 

Namun semakin meningkatnya permintaan saat musim panas, restoran kesulitan menyediakan sup berbahan dasar kimchi yang difermentasi dan akhirnya mengganti dengan bumbu buatan dari perusahaan Jepang.

Jenis naengmyeon

Ada dua jenis naengmyeon yang paling umum, yaitu naengmyeon Pyongyang dan naengmyeon Hamhung. Kedua jenis ini memiliki tekstur dan pengalaman rasa yang berbeda sesuai asalnya. 

Naengmyeon Pyongyang 

Naengmyeon Pyongyang adalah hidangan mi khas Korea Utara yang terbuat dari mi soba. Tekstur mi ini lembut namun memiliki sedikit kekenyalan yang khas, memberikan sensasi unik saat disantap.

Mi ini biasanya disajikan dalam kaldu sapi dingin yang memiliki rasa ringan, bahkan cenderung hambar bagi sebagian orang yang terbiasa dengan cita rasa kuat. Justru dari kesederhanaan itulah letak keistimewaan naengmyeon Pyongyang—kesegaran dan kejernihan rasanya menjadi penyejuk, terutama saat musim panas.

Popularitas hidangan ini meningkat secara internasional setelah muncul dalam pertemuan puncak antar-Korea pada tahun 2018. Saat itu, naengmyeon Pyongyang disajikan sebagai bagian dari jamuan simbolis antara para pemimpin Korea Utara dan Selatan.

Melalui momen tersebut, naengmyeon tidak hanya menjadi makanan, tetapi juga simbol diplomasi dan perdamaian, memperkenalkan kepada dunia sebuah cita rasa tradisional yang sederhana namun penuh makna.

Naengmyeon Hamhung

Sedangkan naengmyeon Hamhung menggunakan mi yang lebih tipis dan kenyal, yang terbuat dari tepung kentang sebagai bahan utama. Hidangan ini biasanya disajikan dengan pelengkap yang mirip dengan naengmyeon Pyongyang, seperti irisan daging, telur rebus, dan sayuran segar.

Yang membedakan adalah tekstur mi-nya yang jauh lebih kenyal, karena menggunakan campuran gandum, tepung kentang, dan tepung ubi jalar. Perpaduan bahan ini menciptakan mi yang lebih elastis dan padat, memberikan sensasi mengunyah yang berbeda dari versi Pyongyang yang lebih lembut.

Dikutip dari Korea Herald, versi pedas naengmyeong Hamhung dibuat untuk menahan dingin. Hidangan ini kemudian dibawa ke Busan oleh pengungsi dari Hamhung yang terletak di pesisir timur Korea Utara. Kini berkembang menjadi milmyeon yang disajikan dalam kuah berbahan dasar daging babi dengan berbagai hidangan pelengkap.

Hoe-naengmyeon

Variasi lain yang populer dari naengmyeon adalah hoe-naengmyeon, yaitu versi tanpa kuah yang disajikan dengan cara berbeda dari varian lainnya.

Dalam hoe-naengmyeon, mi dingin disajikan dengan saus gochujang pedas yang kental. Mi biasanya dicampur rata dengan saus tersebut sehingga menghasilkan rasa pedas dan manis yang menyatu.

Yang membuat hoe-naengmyeon unik adalah tambahan ikan mentah yang diasinkan sebagai topping. Awalnya, di Korea Utara, ikan yang digunakan adalah ikan sole, sejenis ikan pipih yang cukup umum di wilayah tersebut.

Namun, seiring waktu dan perbedaan ketersediaan bahan di Korea Selatan, hoe-naengmyeon kini lebih sering disajikan dengan ikan pari yang lebih mudah ditemukan di pasaran.

Selain itu, terdapat versi yang lebih sederhana dari hoe-naengmyeon, yaitu bibim naengmyeon. Versi ini tidak menggunakan ikan mentah, tetapi tetap mengandalkan saus pedas sebagai bumbu utama, membuatnya lebih ringan dan lebih mudah diakses oleh berbagai kalangan. 

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.