
KARAWANG (Lentera) - Presiden RI, Prabowo Subianto, meresmikan peletakan batu pertama atau groundbreaking proyek ekosistem baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) terbesar di Asia, di Karawang, Jawa Barat, Minggu (29/6/2025). Investasi dari proyek ini mencapai sekitar 6 miliar dolar AS atau sekitar Rp100 triliun.
Proyek industri baterai EV terbesar se Asia ini berada di atas lahan seluas 43 hektare dan dioperasikan oleh perusahaan patungan PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB)—hasil kolaborasi IBC dengan CBL, anak usaha raksasa baterai dunia Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL).
Pabrik ini ditargetkan memiliki kapasitas awal 6,9 GWh pada fase pertama dan meningkat hingga 15 GWh pada fase kedua. Operasi komersial dijadwalkan dimulai akhir 2026.
Di Halmahera Timur, PT Aneka Tambang (Antam) dan Hong Kong CBL Limited (HK CBL) telah membentuk PT Feni Haltim (PT FHT) untuk mengembangkan kawasan industri energi baru yang terdiri atas proyek pertambangan nikel, smelter pirometalurgi dengan kapasitas 88.000 ton refined nickel alloy per tahun (2027).
Selain itu, juga memproduksi smelter hidrometalurgi menghasilkan 55.000 ton Mixed Hydroxide Precipitate per tahun (2028), pabrik bahan katoda Nickel Cobalt Manganese (NCM) sebesar 30.000 ton per tahun (2028), serta fasilitas daur ulang baterai menghasilkan logam sulfat dan lithium karbonat sebanyak 20.000 ton per tahun (2031).
Presiden RI, Prabowo Subianto, menyatakan bahwa groundbreaking ini memiliki nilai sejarah dan strategis. Karena itulah dia menyempatkan diri untuk menghadirinya.
Sejatinya, cita-cita hilirisasi sudah sangat lama yakni dari Presiden RI pertama Soekarno hingga Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) yang memulai secara nyata program tersebut.
"Proyek (hilirisasi) ini mulai 4 tahun lalu, dengan demikian kita lihat peran Presiden ke-7 Jokowi dan ini saya selalu ungkap ini. Saya meminta untuk selalu menghormati pendahulu dan mereka yang berjasa," terang Prabowo dilansir CNBC Indonesai.
Prabowo juga menandaskan bahwa groundbreking ini bukti keseriusan pemerintah melalui kerjasama dengan Tiongkok. "Kita bisa kerja sama dengan program yang menurut saya ini bisa dikatakan kolosal bisa dikatakan terobosan luar biasa," jelas Prabowo.
Lebih lanjut, proyek ini merupakan enam usaha patungan (Joint Venture/JV). JV satu hingga terdiri dari tiga mengerjakan ekosistem baterai di sisi hulu. Sedangkan, JV empat hingga enam merupakan ekosistem baterai di sisi hilir.
JV satu terdiri dari Proyek pertambangan nikel PT Sumberdaya Arindo (SDA) kapasitas produksi nikel saprolite 7,8 juta wet metric ton (wmt) dan limonite 6 juta wmt, total 13,8 juta wmt dengan porsi kepemilikan saham PT Antam sebesar 51% dan CBL sebesar 49%. Proyek ini sudah mulai berproduksi sejak tahun 2023 lalu.
Kemudian pada JV dua merupakan proyek fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter nikel) jenis Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) oleh PT Feni Haltim (FHT) kapasitas 88 ribu ton refined nickel alloy per tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 60% dan PT Antam sebesar 40%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2027 mendatang.
Untuk JV tiga merupakan proyek fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter nikel) jenis High Pressure Acid Leaching (HPAL) PT Nickel Cobalt Halmahera (HPAL JVCO) kapasitas 55 ribu ton MHP per tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT Antam sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2028 mendatang.
Sedangkan pada sektor hilir, ada JV empat yang mengerjakan proyek material baterai yang akan memproduksi bahan katoda, kobalt sulfat, dan prekursor terner kapasitas 30 ribu ton Li-hydroxide/ Proyek ini berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara. Porsi kepemilikan saham yaitu CBL 70% dan PT IBC sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2028 mendatang.
Kemudian JV lima merupakan proyek sel baterai PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB) berlokasi di Artha Industrial Hill (AIH) & Karawang New Industry City (KNIC). Proyek ini terbagi menjadi fase 1 dengan kapasitas 6,9 GWh/tahun dan fase 2 kapasitas 8,1 GWh/tahun, total kapasitas 15 GWh/tahun. Adapun, porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT IBC sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan mulai berproduksi pada tahun 2026 mendatang untuk fase 1, dan pada tahun 2028 mendatang untuk fase 2.
Dan yang JV enam merupaka proyek daur ulang baterai berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara kapasitas 20 ribu ton logam/tahun. Untuk porsi kepemilikan saham CBL 60% dan PT IBC sebesar 40%. Proyek ini ditargetkan tahun 2031 mendatang.
Khusus JV 5, fase 1 proyek sel baterai jenis Li-ion tersebut ditargetkan mulai beroperasi total pada akhir 2026 mendatang. Sedangkan, pada fase kedua proyek JV 5 yang nantinya akan beroperasi dengan kapasitas hingga 15 GWh/tahun ditargetkan beroperasi pada tahun 2028 mendatang.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia menyampaikan nilai investasi pabrik terintegrasi baterai kendaraan listrik (electric vehicle) sekitar 6 miliar dolar AS atau sekitar Rp100 triliun.
“Secara keseluruhan, investasi pabrik ini kurang lebih sekitar 5,9–6 miliar dolar. Ini kurang lebih sekitar Rp100 triliun,” ucap Bahlil dalam Groundbreaking Proyek Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi Konsorsium ANTAM-IBC-CBL di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH), di Karawang, Jawa Barat, Minggu.
Apabila dirinci berdasarkan wilayahnya, investasi di Karawang, Jawa Barat sebesar 1,2 miliar dolar AS, dan senilai 4,7 miliar dolar AS diinvestasikan di Maluku Utara.
“Proyek ini menyerap 8 ribu tenaga kerja secara langsung,” kata dia.
Secara tidak langsung, lanjut Bahlil, proyek tersebut menciptakan lapangan pekerjaan kepada 35 ribu orang. Kemudian, efek berganda yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi dari kehadiran proyek tersebut diperkirakan mencapai 40 miliar dolar AS per tahun.
“Dan ini setiap tahun, ketika harganya naik, itu (efek berganda) naik lagi,” ucapnya. (*)
Editor : Lutfiyu Handi