26 June 2025

Get In Touch

Pemkot Surabaya Terapkan Sweeping Jam Malam Anak Dimulai Pekan Depan

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.

SURABAYA (Lentera) — Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mulai menerapkan tindakan lapangan berupa sweeping kebijakan jam malam anak di bawah usia 18 tahun pada pekan depan. Kebijakan jam malam ini berlaku pukul 22.00 hingga 04.00 WIB.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, mengatakan keberhasilan kebijakan ini bergantung pada kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan terutama para orang tua. “Tanpa peran orang tua, upaya pemerintah tidak ada artinya. Kita sering melihat anak-anak di luar rumah hingga jam 10 atau 11 malam tanpa pengawasan. Ini yang harus kita perbaiki bersama,” kata Eri, Kamis (26/6/2025).

Sebagai bagian dari pendekatan kolaboratif, Pemkot akan menggandeng Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), komunitas, dan perwakilan warga untuk membentuk satuan tugas (satgas) di tingkat RT dan RW. 

"Satgas ini akan bertugas memantau dan memberikan edukasi secara langsung kepada anak-anak dan keluarganya di lingkungan masing-masing," tuturnya.

Eri menjelaskan, sweeping akan difokuskan pada ruang-ruang publik seperti taman, jembatan, serta tempat nongkrong. Anak-anak yang terjaring dan tidak didampingi orang tua akan diantar pulang. 

Selanjutnya, identitas orang tua akan dicatat sebagai bentuk pembinaan awal. "Kalau anak-anak nongkrong di kafe lewat dari jam 10 malam tanpa pendampingan, masa orang tuanya tidak mencari? Kecuali memang mereka sedang belajar atau mengikuti les, itu bisa dikecualikan,” jelasnya.

Pemkot Surabaya juga akan melibatkan psikolog dari berbagai perguruan tinggi untuk membina anak-anak yang terjaring sweeping. Mereka akan mengikuti program pembinaan selama tujuh hari di Rumah Perubahan, termasuk sesi pendampingan psikologis bersama keluarga.

Selain itu, bagi anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu atau mengalami kendala pendidikan formal, Pemkot menyediakan alternatif melalui program Rumah Ilmu Arek Surabaya (RIAS). 

Program ini menjadi upaya untuk memastikan tidak ada anak yang kehilangan akses terhadap pendidikan.

“Saya ingin membentuk budaya baru di Surabaya dengan semangat arek-nya. Masalah sosial tidak bisa diselesaikan dengan kekerasan, tapi dengan menyentuh akarnya,” tutup Eri. (*)

Reporter: Amanah
Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.