26 June 2025

Get In Touch

Waspada Virus Hanta yang Disebarkan Tikus

Ilustrasi (freepik)
Ilustrasi (freepik)

JAKARTA (Lentera) - Kementerian Kesehatan melaporkan delapan kasus infeksi virus Hanta di Indonesia pada Kamis (19/6/2025). Jenis virus yang terdeteksi merupakan Hanta tipe Haemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS) dan tersebar di empat provinsi. Seluruh pasien yang terinfeksi dilaporkan telah pulih.

Aji Muhawarman, Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan, menyebutkan bahwa kasus virus Hanta ditemukan di empat provinsi, yaitu Yogyakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara.

Satu kasus yang ditemukan di Kabupaten Bandung Barat pada 20 Mei 2025 di RSUP dr. Hasan Sadikin, Bandung, pasien sudah sembuh dan kembali beraktivitas. 

"Telah dilakukan penyelidikan epidemiologi dan pengendalian vektor oleh Kemenkes, Labkesmas Jakarta, Dinkes Provinsi Jabar, Dinkes KBB, Puskesmas Ngamprah, Perangkat Desa Bojongkoneng," kata Aji, dikutip dari Antara pada Selasa (24/6/2025).

Apa Itu Virus Hanta?

Virus Hanta sendiri merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan dari hewan khususnya rodensia seperti tikus kepada manusia. Penularan utamanya terjadi melalui kontak langsung dengan urin, kotoran, air liur, atau tempat bersarang rodensia. Sejauh ini, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa virus ini bisa menular dari manusia ke manusia.

Gejala infeksi virus Hanta terbagi 2 tergantung manifestasi klinisnya. Di Indonesia, gejala yang ditemukan adalah tipe HFRS yang meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot, lemas, dan dalam beberapa kasus bisa disertai ikterik atau tubuh menguning. Bentuk lain dari virus Hanta yakni Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS) sendiri belum ditemukan di Indonesia.

Efek virus ini cukup serius. Secara global, tingkat kematian HFRS bervariasi antara 5 hingga 15 persen tergantung jenis strain virusnya.  Meski begitu, penyakit ini bisa dicegah melalui langkah-langkah sederhana seperti menjaga kebersihan rumah, tidak menyentuh tikus hidup maupun mati, mengelola sampah dengan benar, serta menggunakan alat pelindung diri bagi pekerja yang berisiko tinggi seperti petani, buruh bangunan, tenaga laboratorium, dan dokter hewan.

Hingga kini, belum ada pengobatan khusus untuk virus Hanta. Pengobatan yang dilakukan bersifat suportif dengan meredakan gejala yang muncul dan menjaga kondisi tubuh pasien selama masa pemulihan.

Penyebab Virus Hanta

Virus Hanta merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan dari hewan pengerat ke manusia. Penyebabnya adalah virus dari genus Orthohantavirus yang ditularkan oleh tikus. Virus ini belum ditemukan menular antarmanusia, sehingga sumber utama penularannya adalah kontak langsung dengan tikus seperti urine, air liur, dan feses.

Penularan ke manusia terjadi saat menyentuh sarang atau kotoran tikus tanpa pelindung, menghirup debu yang terkontaminasi partikel virus dari feses atau urine tikus. Kontak virus juga melalui luka terbuka atau membran mukosa seperti mata, hidung, mulut.

Gejala Virus Hanta

Dikutip dari Healthline, gejala awal virus Hanta mirip dengan gejala-gejala virus pada umumnya, flu ringan sampai berat. Namun, selama masa flu berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu inilah virus tersebut berkembang dan menjalar ke paru-paru, mengakibatkan tumpukan cairan.

Virus Hanta memiliki dua sindrom utama, yakni Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS) dan Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS). Sindrom HPS menjadi salah satu penyakit umum di daerah Amerika dan dibawakan oleh jenis tikus yang beragam dari daerah-daerah itu.

Gejala yang biasanya ditunjukkan berupa demam, nyeri otot, kelelahan, batuk berat, dan terakhir sesak napas. Gejala ini berkembang antara empat hingga sepuluh hari. Gejala lainnya sakit kepala, sakit perut sampai diare, muntah, dan mual-mual.

Risiko Virus Hanta

Meski awalnya gejalanya bisa tampak seperti flu biasa, infeksi ini berpotensi berkembang dengan sangat cepat menjadi kondisi medis yang serius. Virus ini menyerang organ vital, terutama paru-paru dan ginjal. Risiko lainnya adalah terlambatnya diagnosis. Gejalanya menyerupai influenza atau infeksi saluran pernapasan biasa, banyak pasien baru menyadari kondisinya sudah parah setelah beberapa hari. 

Pencegahan Infeksi 

Belum ada vaksin untuk mencegah infeksi hantavirus. Oleh karena itu, cara terbaik untuk mencegah infeksi ini adalah dengan menghindari faktor-faktor yang membuat Anda lebih berisiko terinfeksi hantavirus. 

Sementara untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan oleh tikus, penting untuk menerapkan kebiasaan hidup bersih dan sehat. Biasakan mencuci tangan secara rutin dengan air dan sabun, terutama sebelum mengolah makanan. 

Jaga kebersihan bahan makanan serta peralatan yang digunakan untuk memasak agar tidak terkontaminasi. Upaya pengendalian tikus juga perlu dilakukan, seperti membasmi peredarannya di sekitar rumah dan tempat kerja, menutup akses masuk ke dalam rumah, serta memasang perangkap tikus bila diperlukan. 

Selain itu, lakukan pembersihan rumah dan area kerja secara berkala dengan disinfektan, termasuk tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang tikus seperti tong sampah, gudang, dan ruangan yang jarang digunakan atau berantakan. 

Hindari kontak langsung dengan tikus maupun cairan tubuhnya, seperti air liur, urine, dan feses. Bagi mereka yang pekerjaannya berisiko tinggi bersentuhan dengan tikus, penting untuk menggunakan alat pelindung diri (APD) dan mengikuti standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku demi menjaga keselamatan dan kesehatan. 

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.