
SURABAYA (Lentera) – Anggota DPRD Jawa Timur dari Dapil Lamongan-Gresik, Husnul Aqib mendesak Pemerintah Provinsi Jawa Timur segera mengambil langkah konkret, dalam membantu warga yang terdampak banjir akibat luapan Kali Lamong. Fokus bantuan menurutnya, harus menyasar kebutuhan mendasar masyarakat serta pemulihan sektor pertanian.
"Nasib warga terdampak sudah saatnya diperhatikan pemerintah. Misalnya diberikan subsidi atau bantuan untuk petani, yang lahan persawahannya kena banjir," ungkap Husnul Aqib, Kamis (12/6/2025).
Politisi PAN yang juga menjabat Ketua Fraksi PAN DPRD Jatim itu menjelaskan, banjir yang menerjang wilayah Gresik bagian selatan seperti Benjeng dan Balongpanggang disebabkan luapan Kali Lamong yang perlahan berubah menjadi genangan besar. Ribuan meter jalan, ratusan rumah, hingga puluhan hektare lahan pertanian ikut terendam.
"Air datang perlahan, tapi dampaknya sangat luas. Banyak fasilitas umum seperti pasar dan kantor pemerintahan juga ikut terdampak," tambahnya.
Ia menyoroti bahwa dampak banjir tidak bisa dianggap ringan, terutama bagi petani. Ladang sawah yang mulai tenggelam mengancam hasil panen dan ekonomi warga. Aqib juga menyebut bahwa faktor perubahan iklim menjadi penyebab memburuknya kondisi tersebut.
“Musim hujan yang seharusnya berhenti di April atau Mei ternyata bergeser. Ini faktor yang juga harus diantisipasi ke depan,” ujarnya.
Berdasarkan data yang dihimpun, saat ini Desa Karangasemanding menjadi wilayah terdampak terparah. Sebanyak 160 rumah dan sekitar 40 hektare sawah terendam banjir, sementara jalan lingkungan di desa itu tergenang sepanjang 3.000 meter. Di Desa Bulurejo, ketinggian air di jalan raya mencapai 20–40 centimeter, bahkan rumah-rumah warga tergenang hingga 60 centimeter.
Kendati banjir sempat berangsur surut lebih cepat dari sebelumnya, Husnul Aqib menyebut bahwa penanganan jangka panjang harus segera diwujudkan. Salah satunya dengan memperbaiki aliran anak sungai agar lebih lancar.
“Beberapa upaya yang dilakukan salah satunya adalah bagaimana membuat saluran-saluran anak sungai itu menjadi lebih lancar. Yang biasanya banjir bisa 4 sampai 5 hari, ini kurang dari sehari bisa surut,” ujarnya.
Husnul Aqib juga mendorong Pemprov Jatim untuk mempercepat kerja sama dengan Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura (BPWS) dalam pembangunan parapet dan kolam retensi sebagai solusi permanen.
“Perlu segera dibangun kolam retensi di beberapa titik untuk mengurangi debit air yang masuk ke kawasan. Ini langkah penting agar banjir tahunan ini tidak terus menerus merugikan masyarakat,” pungkasnya.
Reporter: Pradhita/Editor: Ais