10 June 2025

Get In Touch

Teknologi AI Bongkar Rahasia Guratan Gelap Mars

Ilustrasi
Ilustrasi

JAKARTA (Lentera) - Teknologi kecerdasan buatan (AI) sekali lagi membuktikan kehebatannya dalam memecahkan teka-teki di luar angkasa. Saat ini, AI telah membantu para ilmuwan mengungkap fakta baru terkait guratan gelap misterius yang terlihat mengalir di permukaan Planet Mars.

Guratan-guratan ini telah lama menjadi tanda tanya besar bagi para peneliti sejak pertama kali terdeteksi melalui citra satelit.  

Awalnya, selama puluhan tahun peneliti mengira guratan gelap misterius yang mengalir di permukaan Mars diduga terbentuk akibat aliran air kuno. Namun, AI mengungkap guratan tersebut kemungkinan besar terbentuk akibat pergerakan debu dan angin, bukan air. 

Penemuan ini dipublikasikan pada 19 Mei di jurnal Nature Communications dan berpotensi mengubah arah eksplorasi Mars, terutama dalam pencarian jejak kehidupan purba di planet merah tersebut. 

Guratan yang pertama kali diamati oleh misi Viking NASA pada 1976 ini tampak seperti garis-garis gelap yang membentang di lereng tebing dan dinding kawah Mars. Selama ini, ilmuwan menduga guratan tersebut terbentuk akibat aliran air yang mengikis permukaan Mars yang kini kering. 

Namun, tim peneliti yang dipimpin oleh Adomas Valantinas, ilmuwan planet di Brown University, menggunakan algoritma AI yang dilatih khusus untuk menganalisis pola guratan tersebut.  

AI tersebut kemudian memindai sebanyak 86.000 citra satelit yang dikumpulkan dari permukaan Mars. Dengan kecepatan dan ketepatan tinggi, teknologi ini mampu menganalisis data visual secara mendalam, mencari pola-pola spesifik yang sulit dikenali oleh pengamatan manusia biasa.

Hasilnya, AI berhasil memetakan lebih dari 500.000 fitur guratan yang tersebar di seluruh permukaan Mars. Pemetaan ini memberikan gambaran lebih jelas mengenai distribusi dan karakteristik guratan tersebut, yang menjadi kunci penting untuk memahami proses geologis yang terjadi di planet merah itu.

“Keunggulan pendekatan big data seperti ini adalah kita bisa menyingkirkan beberapa hipotesis hanya dari pengamatan orbit, sebelum mengirim wahana ke lokasi,” ujar Valantinas dilansir dari Livescience, Kamis (5/6/2025).  

Dengan memanfaatkan peta global guratan, para ilmuwan membandingkannya dengan data suhu, kecepatan angin, tingkat kelembapan, aktivitas longsor batuan, dan faktor lainnya.  

Hasilnya, guratan lebih sering muncul di area dengan kecepatan angin dan endapan debu yang tinggi, mengindikasikan bahwa guratan terbentuk dari lapisan debu halus yang menggelincir di lereng curam. 

“Setelah kami memiliki peta global ini, kami bisa mencari korelasi dengan berbagai faktor lingkungan untuk memahami kondisi terbentuknya fitur ini,” jelas salah satu peneliti, Bickel. 

Selama ini, guratan yang dikenal sebagai recurring slope lineae (RSL) selalu menarik minat ilmuwan karena muncul secara musiman saat suhu Mars menghangat. Jika guratan ini terbentuk oleh air, maka area tersebut akan menjadi target utama pencarian kehidupan di Mars. 

Namun, temuan baru ini menyarankan agar eksplorasi lebih selektif dalam memilih lokasi pencarian air dan kehidupan di Mars, sehingga dapat membedakan antara petunjuk yang benar dan "red herring" alias petunjuk palsu. 

Penelitian ini menjadi langkah penting dalam memahami Mars secara lebih akurat, sekaligus menegaskan peran AI dalam mengungkap misteri planet tetangga kita.

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber
 

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.