25 May 2025

Get In Touch

Bukti Ada Air di Sistem Bintang Selain Matahari

Gambar konsep artistik dari cakram yang tersusun atas batuan dan debu di sekitar bintang mirip Matahari, HD 181327. (Sumber: NASA, ESA, CSA, Ralf Crawford (STScI))
Gambar konsep artistik dari cakram yang tersusun atas batuan dan debu di sekitar bintang mirip Matahari, HD 181327. (Sumber: NASA, ESA, CSA, Ralf Crawford (STScI))

JAKARTA (Lentera) - Teleskop Luar Angkasa James Webb milik NASA berhasil mengidentifikasi keberadaan es air kristalin di dalam cakram debu yang mengelilingi bintang muda bernama HD 181327, yang terletak sekitar 155 tahun cahaya dari Bumi. Penemuan ini menjadi bukti kuat pertama bahwa air dalam bentuk beku juga terdapat di sistem bintang di luar tata surya kita.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature pada Rabu, 14 Mei 2025, para ilmuwan mengungkapkan bahwa es air yang terdeteksi oleh Teleskop James Webb menyatu dengan partikel-partikel debu halus, membentuk gumpalan menyerupai bola salju kecil. Inilah yang dikenal sebagai es air kristalin.

“Webb secara jelas mendeteksi bukan hanya es air, tapi juga es air kristalin, yang juga ditemukan di lokasi seperti cincin Saturnus dan benda-benda es di Sabuk Kuiper dalam tata surya kita,” kata Chen Xie, penulis utama studi dan asisten peneliti di Johns Hopkins University, Baltimore, dikutip dari keterangan resmi NASA, Kamis (22/5/2025).

Chen Xie menuturkan, keberadaannya di HD 181327 menegaskan bahwa proses serupa dapat terjadi di sistem bintang muda lainnya. Bintang tersebut berusia sekitar 23 juta tahun, jauh lebih muda dibanding Matahari yang berusia 4,6 miliar tahun.

Adapun cakram debu HD 181327 memiliki kesamaan dengan Sabuk Kuiper milik tata surya. Teleskop Webb mengungkap adanya celah besar bebas debu di antara bintang dan cakram tersebut.

Di bagian luar cakram, kandungan es air mencapai lebih dari 20 persen. Namun, kandungan tersebut menurun semakin dekat ke bintang. Di wilayah terdalam cakram, hampir tidak ditemukan es air, kemungkinan besar karena pengaruh sinar ultraviolet dari bintang yang menguapkan partikel es.

Christine Chen, astronom di Space Telescope Science Institute, juga anggota tim peneliti, mengungkapkan bahwa penemuan ini telah dinantikan selama bertahun-tahun. 

“Saat saya masih mahasiswa pascasarjana 25 tahun lalu, dosen pembimbing saya mengatakan seharusnya ada es di cakram debris, tapi sebelum Webb, kami tidak memiliki instrumen yang cukup sensitif untuk melakukan pengamatan ini,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa data dari Teleskop James Webb menunjukkan kemiripan dengan pengamatan terhadap objek-objek Sabuk Kuiper. Tim juga mencatat bahwa tabrakan antara benda-benda es di cakram debris menghasilkan partikel es berukuran kecil yang bisa dideteksi Teleskop James Webb.

“HD 181327 adalah sistem yang sangat aktif,” ujar Chen. “Ada tabrakan rutin yang terus terjadi di cakram debrisnya. Saat benda-benda es bertabrakan, mereka melepaskan partikel kecil es air berdebu yang sangat cocok untuk dideteksi Webb.”

Es air kristalin diyakini berperan penting dalam pembentukan planet raksasa dan dapat berkontribusi dalam 'pengiriman air' ke planet berbatu melalui komet atau asteroid. 

“Kehadiran es air membantu proses pembentukan planet dalam waktu ratusan juta tahun di sistem seperti ini,” kata Xie

Penemuan ini dilakukan menggunakan instrumen NIRSpec (Near-Infrared Spectrograph) milik Webb yang sangat sensitif terhadap partikel debu halus dan hanya dapat digunakan dari luar angkasa. 

Proyek Teleskop Luar Angkasa James Webb itu sendiri merupakan kolaborasi antara NASA, ESA (European Space Agency), dan CSA (Canadian Space Agency). 

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.