17 June 2025

Get In Touch

Jangan Abaikan! Gejala HIV pada Wanita Sering Disangka Masalah Sepele

Ilustrasi (Foto: HonestDocs)
Ilustrasi (Foto: HonestDocs)

SURABAYA (Lentera) – Human Immunodeficiency Virus atau HIV masih menjadi tantangan besar dalam dunia kesehatan, terutama bagi kaum perempuan. Meskipun HIV sering dibahas secara umum, kenyataannya, gejala yang dialami wanita bisa sangat berbeda dibanding pria, bahkan kerap kali lebih sulit dikenali karena menyerupai gangguan kesehatan lain yang umum dialami perempuan.

Sebagai virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, HIV pada dasarnya melemahkan pertahanan alami tubuh terhadap penyakit. Namun, dampaknya pada wanita juga dapat terlihat secara spesifik pada sistem reproduksi dan hormonal. Oleh karena itu, mengenali gejala HIV pada wanita sedini mungkin sangat penting untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Perubahan Siklus Menstruasi
Salah satu gejala awal yang sering dialami oleh wanita dengan HIV adalah perubahan pada siklus menstruasi. Beberapa perempuan melaporkan mengalami haid yang lebih pendek, lebih panjang, atau bahkan tidak mengalami menstruasi sama sekali (amenore), meskipun belum memasuki masa menopause. Siklus yang tidak teratur ini bisa menjadi tanda adanya ketidakseimbangan hormon akibat melemahnya sistem imun atau efek dari stres tubuh yang sedang melawan infeksi.

Menopause Dini
Tak hanya perubahan siklus, HIV juga dapat memicu menopause dini, yakni berhentinya fungsi menstruasi sebelum usia 40 tahun. Kondisi ini dipicu oleh kerusakan fungsi ovarium yang lebih cepat dari normalnya, ditambah efek samping dari terapi pengobatan HIV yang dijalani dalam jangka panjang. Wanita dengan menopause dini berisiko lebih tinggi terhadap penyakit jantung, gangguan tidur, dan gangguan suasana hati.

Osteoporosis
Menopause dini pun membuka jalan pada kondisi lain seperti osteoporosis. Kekurangan hormon estrogen akibat menopause menyebabkan tulang menjadi lebih rapuh dan mudah patah. HIV itu sendiri juga memengaruhi metabolisme tulang dan bisa mempercepat pengeroposan tulang, apalagi jika penderita tidak mendapatkan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup.

Infeksi Jamur Vagina
Infeksi jamur vagina yang berulang menjadi salah satu ciri khas yang cukup sering muncul pada wanita dengan HIV. Biasanya ditandai dengan keputihan berwarna putih pekat, rasa gatal, serta iritasi pada area intim. Infeksi ini bisa terjadi karena sistem imun yang lemah tidak mampu menahan pertumbuhan jamur Candida di area vagina.

Vaginosis Bakterialis
Selain infeksi jamur, vaginosis bakterialis juga umum terjadi. Kondisi ini ditandai dengan keluarnya cairan vagina berbau amis dan berwarna keabu-abuan. Vaginosis sering kali berulang dan sulit diatasi karena keseimbangan flora bakteri sehat di vagina terganggu akibat sistem kekebalan tubuh yang lemah. Jika tidak segera ditangani, vaginosis bakterialis bisa meningkatkan risiko infeksi menular seksual lainnya.

Gejala Seperti Flu
Pada tahap awal infeksi HIV, tubuh wanita sering menunjukkan gejala yang mirip flu. Gejala ini meliputi demam ringan, sakit kepala, tubuh lemas, dan nyeri sendi. Karena gejalanya sangat umum, banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka sedang dalam fase akut infeksi HIV.

Gejala PMS yang Parah
Sebagian perempuan dengan HIV juga mengalami gejala pramenstruasi (PMS) yang lebih parah dari biasanya. Ini termasuk perubahan suasana hati yang ekstrem, perut kembung, sakit kepala hebat, dan nyeri payudara. Gangguan ini dapat berlangsung lebih lama dan mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan berdampak pada kualitas tidur dan mental penderita.

Nyeri Panggul Kronis
Nyeri panggul kronis merupakan gejala lain yang patut diwaspadai. Rasa sakit yang terus-menerus di bagian bawah perut bisa menjadi indikasi infeksi serius pada organ reproduksi seperti rahim, tuba falopi, atau ovarium. Kondisi ini biasanya berkaitan dengan penyakit radang panggul (PID) yang lebih sering dan lebih berat pada wanita dengan HIV.

Gangguan Kesuburan
Gejala yang paling memengaruhi kehidupan jangka panjang wanita adalah gangguan kesuburan. Wanita dengan HIV berisiko lebih tinggi mengalami kesulitan untuk hamil karena infeksi kronis bisa merusak jaringan reproduksi. Selain itu, infeksi menular seksual yang menyertai HIV juga dapat memperparah masalah kesuburan.

Gejala HIV tidak hanya melemahkan daya tahan tubuh, tetapi juga berdampak serius pada kesehatan reproduksi wanita. Sayangnya, banyak perempuan tidak menyadarinya karena stigma dan minimnya informasi. Padahal, dengan deteksi dini dan terapi ARV, penderita bisa hidup sehat dan mencegah penularan. Oleh karena itu, penting bagi wanita untuk peka terhadap perubahan tubuh dan rutin melakukan tes HIV jika berisiko. Edukasi dan kesadaran menjadi kunci utama. Dengarkan tubuh Anda karena sering kali, ia memberi peringatan lebih awal dari yang disangka.

Penulis: Dinda-Mg1/Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.