25 April 2025

Get In Touch

Penelitian Ungkap Probiotik Redam Emosi Buruk

Ilustrasi (hellosehat.com)
Ilustrasi (hellosehat.com)

JAKARTA (Lentera) - Penelitian terbaru mengungkap bahwa probiotik, yang umum digunakan untuk menjaga kesehatan pencernaan, juga dapat menurunkan emosi negatif dalam kurun waktu dua minggu saja.

Dikutip dari Medical Daily pada Selasa (22/4/2025), studi terbaru yang dimuat dalam npj Mental Health Research meneliti dampak suplemen probiotik multispesies terhadap suasana hati harian 88 relawan sehat dengan rata-rata usia 22 tahun. Sebelumnya, manfaat probiotik bagi kesehatan mental memang telah diketahui.

Selama uji coba, peserta diberi satu sachet campuran probiotik atau plasebo setiap hari selama empat minggu. Campuran probiotik tersebut mengandung campuran beragam dari sembilan jenis bakteri, termasuk Bifidobacterium bifidum, B. lactis, dan berbagai spesies Lactobacillus dan Lactococcus, yang diketahui mendukung kesehatan usus dan emosional.

Sachet plasebo dicocokkan dengan hati-hati dalam hal warna, rasa, dan bau untuk memastikan peserta tidak dapat membedakannya.

Peserta menyelesaikan kuesioner yang terkenal tentang pengaturan emosi sebelum dan sesudah intervensi. Selain itu, peserta menerima pengingat elektronik harian untuk melaporkan suasana hati dan karakteristik tinja mereka menggunakan tautan daring.

Peneliti mencatat bahwa peserta yang mengonsumsi probiotik mengalami penurunan suasana hati negatif mulai sekitar dua minggu, sedangkan mereka yang mengonsumsi plasebo tidak menunjukkan perbaikan seperti itu.

Temuan ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya, yang hanya mengamati efek menguntungkan pada individu dengan masalah suasana hati yang ada.

Berdasarkan hasil saat ini, peneliti berpendapat bahwa probiotik dapat memiliki efek nyata pada suasana hati pada individu yang sehat, meskipun efek ini mungkin lebih mudah dideteksi pada mereka yang sudah mengalami tantangan suasana hati.

Mereka juga mencatat bahwa manfaat ini mungkin tidak mudah ditangkap menggunakan kuesioner suasana hati yang umum digunakan dalam banyak penelitian.

"Ini adalah penelitian pertama yang menerapkan pemantauan suasana hati harian untuk menilai efek probiotik, dan faktanya, pada akhir penelitian selama sebulan, suasana hati negatif mereka tampaknya masih membaik," kata Katerina Johnson, penulis pertama penelitian tersebut kepada Healthline.

Namun, penelitian ini tidak menyarankan agar individu dengan gangguan psikologis menghentikan pengobatan atau terapi dan hanya bergantung pada suplemen.

Probiotik: Mikroorganisme Kecil dengan Dampak Besar

Probiotik adalah mikroorganisme hidup, sebagian besar berupa bakteri baik, yang bila dikonsumsi dalam jumlah cukup dapat memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh, terutama pada sistem pencernaan.

Istilah probiotik berasal dari bahasa Yunani yang berarti “untuk hidup”, dan biasanya ditemukan dalam makanan fermentasi seperti yoghurt, kimchi, kefir, atau dalam bentuk suplemen.

Namun, manfaat probiotik ternyata tak berhenti di perut saja. Dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan mulai menelusuri hubungan antara usus dan otak, yang dikenal sebagai poros otak-usus.

Jalur komunikasi dua arah ini memungkinkan mempengaruhi fungsi otak dan sebaliknya, yang menjelaskan mengapa kondisi pencernaan sering kali terkait dengan suasana hati dan kesehatan usus mental.

Bakteri baik seperti Lactobacillus dan Bifidobacterium diketahui mampu menghasilkan neurotransmitter seperti serotonin dan gamma-aminobutyric acid (GABA), senyawa kimia otak yang berperan penting dalam mengatur suasana hati, tidur, dan rasa cemas.

Diperkirakan sekitar 90% serotonin dalam tubuh diproduksi di usus, bukan di otak—sebuah fakta yang semakin memperkuat teori bahwa menjaga kesehatan usus berarti juga merawat kesehatan mental.

Selain itu, probiotik juga dapat membantu menurunkan kadar peradangan sistemik yang berhubungan dengan gangguan suasana hati. Kekacauan mikrobiota atau kondisi disbiosis dapat memicu peradangan kronis tingkat rendah, yang berkontribusi terhadap munculnya depresi dan kecemasan usus.

Dengan menyeimbangkan kembali populasi bakteri di usus, probiotik berpotensi meminimalkan respon peradangan yang mempengaruhi otak.

Langkah Kecil, Dampak Besar

Penelitian terbaru ini menjadi bagian dari gelombang studi yang kian menyoroti pentingnya pendekatan holistik dalam menjaga kesehatan mental.

Meskipun masih diperlukan lebih banyak penelitian berskala besar dan dalam jangka waktu lebih lama untuk mengkonfirmasi efektivitas jangka panjang probiotik, hasil awal ini sudah cukup memberi harapan bagi banyak orang yang mencari cara alami untuk meningkatkan kualitas hidup mereka secara emosional.

Bagi masyarakat umum yang tidak memiliki gangguan psikologis serius, konsumsi probiotik dapat menjadi strategi sederhana namun bermanfaat untuk mendukung kesehatan mental sehari-hari.

Terlebih lagi di era modern seperti sekarang, ketika tekanan pekerjaan, gaya hidup yang serba cepat, dan konsumsi makanan olahan membuat keseimbangan usus rentan terganggu, peran probiotik menjadi semakin relevan.

Singkatnya, menjaga suasana hati mungkin bisa dimulai dari menjaga pencernaan. Dan siapa pun, secangkir yoghurt atau suplemen probiotik kecil yang tampak sepele bisa menjadi kunci untuk pikiran yang lebih tenang dan emosi yang lebih stabil.

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.