
SURABAYA (Lenteratoday) - Dokter spesialis obstetri dan ginekologi, Amira Abdat merupakan sosok dokter yang penuh dedikasi dalam mengabdikan diri untuk masyarakat. Ia menjalankan pengabdian itu di ujung Timur Indonesia, yaitu Papua.
Amira telah memulai pengabdiannya sebagai dokter umum di salah satu puskesmas di pelosok Fakfak pada 2013 hingga 2015 lalu. Pada 2015, ia mendapatkan beasiswa dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes-RI) untuk melanjutkan pendidikan spesialis di Fakultas Kedokteran (FK) Unair dan tuntas pada 2020.
Selepas itu, ia kembali lagi mengabdi di Fakfak, dan menjadi satu- asatunya dokter spesialis obgyn di sana.
Dalam kesehariannya di Fakfak, Amira menjalani peran sebagai dokter kandungan di salah satu rumah sakit umum daerah Fakfak. Ia memiliki kewajiban untuk memeriksa pasien hamil hingga melakukan tindakan operasi. Selain itu, Amira juga berperan sebagai ketua tim program Gerakan Jemput Bola.
Gerakan Jemput Bola merupakan kegiatan sukarela yang melibatkan para perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Setiap akhir pekan, Amira dan timnya mendatangi rumah para warga di kampung-kampung terpencil di Fakfak yang sulit untuk mendapatkan akses fasilitas kesehatan.
“Tujuannya adalah agar tidak ada lagi pasien yang datang dalam kondisi darurat, yang tentunya situasi tersebut dapat meningkatkan angka kematian ibu dan bayi,” ujarnya, Minggu (17/11/2024).
Bekerja di lingkungan dengan keterbatasan sarana dan prasarana tentu membuat Amira sering menghadapi momen kelelahan. Namun, hal itu tidak meredupkan semangatnya. Berbekal nasihat dari para gurunya, Amira mampu terus berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat sekitar.
“Yang paling penting adalah jadi dokter yang baik, maka sukses dan rejeki akan mengikuti sendiri. Jadi kalau kita punya etika moral, pasti kita akan selalu berprinsip bahwa semua yang kita lakukan ini adalah untuk orang lain," tuturnya.
"Jadi, jangan pernah mengeluh atau merasa kurang. Kita harus bersyukur justru dengan apa yang sudah Tuhan berikan kepada kita untuk bisa bermanfaat bagi sesama,” sambungnya.
Amira juga menyampaikan pesan kepada para dokter dan tenaga medis muda yang tertarik mengabdikan diri di wilayah terpencil.
“Jadi, ini panggilan jiwa bukan sekadar perniagaan. Materi memang penting, karena hidup membutuhkan itu. Namun, materi tidak selalu berupa finansial. Kesehatan, kebahagiaan, banyaknya teman, relasi, serta kemudahan akses adalah bentuk rezeki yang patut disyukuri,” tegasnya.
Ia menambahkan, modal utama untuk mempersiapkan diri saat ingin mengabdi adalah mental dan niat kuat mengabdikan diri untuk bangsa dan negara.
“Karena sebetulnya pengabdian itu adalah milik kita bersama serta sebuah wujud cinta tanah air. Di dalam pengabdian itu ada rasa tanggung jawab, komitmen, ikatan batin, dan ikatan cinta untuk sesama. Jadi, rasa untuk mengabdi itu seharusnya dimiliki oleh setiap orang yang sudah menempuh pendidikan perkuliahan,” pungkasnya.
Berkat dedikasinya di dunia kesehatan itu, Amira dianugerahi penghargaan langsung oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, dalam ajang Liputan6 Awards, Oktober lalu. Ia mendapatkan penghargaan tersebut sebagai bentuk apresiasi atas pengabdiannya pada masyarakat ujung Timur Indonesia, Papua.
Mengedukasi lewat media sosial
Berangkat dari pengalaman dan tantangan yang dihadapinya selama bertugas, dr.Amira Abdat pun memutuskan untuk membagikan pengalamannya di TikTok sejak 2023.Akun tiktoknya @dokteramiraobgyn kini sudah memiliki 1,7 juta pengikut.
Setelah video pertamanya banyak ditonton oleh para audiens TikTok, ia memperoleh beragam masukan dan konten-konten selanjutnya pun menjadi semakin ramai penonton.
Informasi yang disampaikan oleh dr. Amira pun diterima dengan sangat baik khususnya oleh komunitas perempuan TikTok.
“Saya melihat TikTok adalah platform digital yang punya kesempatan besar untuk memberikan manfaat kepada orang lain. Sebenarnya kalau mau dikatakan seorang tenaga medis itu berhasil bukan dari seberapa lamanya ia bekerja, tetapi bagaimana edukasi yang diberikan sampai dan diterapkan di masyarakat,” ucapnya.
Ia juga menjelaskan internet yang ada di daerah kerjanya sangat terbatas dan ketika gadget terhubung dengan internet, akses informasi pertama yang bisa diakses ialah platform TikTok.
Dalam tugasnya sehari-hari dr.Amira bersama timnya melayani pasien tidak hanya di puskesmas, tapi juga rumah pasien yang aksesnya terbatas.
Salah satu videonya yang viral dan banyak ditonton ialah mengenai seorang pasien usia 17 tahun hamil dengan penyakit kondiloma akuminata yang ternyata sudah pacaran sejak SD.
"Astagfirullahaladzim, jadi anak sekarang ini, pacaran sudah 8 tahun ngga nikah-nikah tau-tau sudah hamil 5 bulan. Ini fenomena yang terjadi, makanya penting banget pendidikan seks dari orangtua sejak dini," kata dr Amira di akun TikToknya.
Video tersebut pun sudah ditonton sebanyak 55,6 juta, disukai 2,4 juta, 23,1 ribu komentar, dan dibagikan 66,1 ribu kali.
Selama bertugas, dr.Amira difasilitasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Fakfak dengan perahu beserta bensin untuk keliling.
Dia juga membawa peralatan 'perang' yakni USG portable. Alat USG itu dinyalakan dengan bantuan bensin yang dibawa.
Memperingati Hari Kartini, dr. Amira menekankan pentingnya kesetaraan gender dalam akses pendidikan dan layanan kesehatan.
Melanjutkan perjuangan Kartini, dr. Amira terus berupaya untuk memastikan adanya kesetaraan antara edukasi yang diterima oleh perempuan dan laki-laki.
Solidaritas perempuan juga harus disorot agar para perempuan saling mendukung dan menguatkan, bukan saling memberi penilaian negatif.
Co-Editor: Nei-Dya