19 April 2025

Get In Touch

Ramai Soal Gempa Megathrust, Ini Kata Pakar Geologi ITS 

Dr Ir Amien Widodo MSi, peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS.
Dr Ir Amien Widodo MSi, peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS.

SURABAYA (Lenteratoday) - Baru-baru ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan kekhawatirannya akan potensi terjadinya gempa besar Megathrust di Indonesia. 
Adanya kabar tersebut, membuat masyarakat khawatir dan cemas akan datangnya megathrust. 

Menanggapi hal itu, pakar geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Dr Ir Amien Widodo MSi menjelaskan bahwa Megathrust merupakan gempa yang dipicu oleh tumbukan lempeng dengan kedalaman antara 0-70 kilometer (km). “Terjadinya gempa Megathrust karena adanya hambatan antar bidang lempeng, sedangkan lempeng terus bergerak,” kata Amien, Senin (19/8/2024).

Amien menjelaskan, letak Indonesia diapit oleh tiga lempeng (Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Samudra Hindia). Lempeng-lempeng itu akan terus bergerak dan menghunjam ke permukaan bumi sejak jutaan tahun lalu. Pergerakan lempeng yang terus menerus akan mengakibatkan akumulasi energi yang dapat memicu terjadinya gempa. 

Pergerakan lempeng tektonik akan terus berlangsung dengan kecepatan tertentu antara dua hingga sepuluh sentimeter per tahun. Hal itu dapat mengakibatkan tumbukan Lempeng Samudera Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia. “Tumbukan kedua lempeng itu berpotensi menghasilkan gempa Megathrust,” jelas Dosen Departemen Teknik Geofisika ini.

Peneliti Senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim ITS ini mengungkapkan bahwa terjadinya gempa Megathrust dapat memengaruhi beberapa wilayah di Indonesia. Di antaranya pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, pantai selatan Bali dan Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku, Maluku Utara, pantai utara dan timur Sulawesi dan pantai utara Papua. 

"Lempeng tektonik terus bergerak sehingga gempa megathrust akan terus berulang di daerah tersebut,” bebernya.

Meski demikian, Amien menekankan bahwa aktivitas gempa yang bersumber di zona Megathrust tidak selalu berkekuatan besar. Data hasil monitoring BMKG menunjukkan, justru gempa kecil lebih banyak terjadi di zona Megathrust. 

“Terjadinya gempa ini juga tidak dapat diprediksi kapan waktunya, sehingga masyarakat tidak perlu panik,” ucapnya.

Guna mengantisipasi hal itu, Amien menuturkan pentingnya upaya mitigasi Megathrust dengan mematuhi standar bangunan ketika mendirikan rumah. Hal itu sebagai bentuk pencegahan dini terhadap gempa terutama bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. “Untuk mencegah potensi terjadinya Megathrust besar yang memicu tsunami di pesisir pantai,” tukasnya. (*)

Reporter: Amanah | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.