
SURABAYA (Lenteratoday) - Sejumlah kiai dan ulama Nahdlatul Ulama (NU) menggelar Musyawarah Besar (Mubes) Alim Ulama di Bangkalan, Jawa Timur pada Minggu (18/8/2024) kemarin. Salah satu hasil pertemuan itu adalah bersepakat membentuk Presidium Penyelamat Organisasi NU sekaligus persiapan Muktamar Luar Biasa (MLB) NU.
Para kiai yang hadir dalam mubes tersebut diantaranya mantan Ketua PWNU Jawa Timur KH. Marzuki Mustamar, KH. Abdussalam Shohib atau Gus Salam hingga KH. Imam Jazuli.
Pertemuan tersebut untuk menyikapi persoalan terkait Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) beberapa waktu terakhir. Pertemuan tersebut menghasilkan keputusan bernama "Amanah Bangkalan". Ada beberapa poin dalam amanah tersebut, diantaranya adalah menilai PBNU hasil Muktamar Lampung telah melakukan pelanggaran berat terhadap Qonun Asasi, AD-ART, Perkum dan etika dan moral dalam berorganisasi.
"PBNU hasil Muktamar Lampung telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan praktek politisasi institusi NU dan menjadikan NU sebagai alat politik merebut kekuasaan yang menabrak aturan organisasi dan Khittah 1926," bunyi poin kedua keputusan tersebut dalam keterangan resminya.
Kemudian poin ketiga dan keempat para alim ulama bersepakat membentuk Presidium Penyelamat Organisasi NU sekaligus persiapan Muktamar Luar Biasa (MLB) NU. Beberapa nama masih dalam presidum tersebut antara lain: KH. Abdussalam Shohib, KH. Imam Jazuli, KH. Imam Baehaqi, KH. Muhaimin, KH. Rosikh Roghibi, KH. Sholahuddin Azmi, KH. Fahmi, KH. Wahono, KH. Dimyati, KH.Nasirul Mahasin, KH. Haidar Muhaimin, dan KH. Aguk Irawan.
Poin itu juga memaparkan tugas utama Presidium, yaitu melakukan koordinasi, konsolidasi dan mensosialisasikan Amanah Bangkalan kepada Alim Ulama Pengasuh Pesantren se-Indonesia, PWNU & PCNU se-Indonesia, PCINU se-Dunia serta Banom dan Lembaga NU.
Kemudian poin keenam, Mubes bersepakat diselenggarakannya forum lanjutan di antara seluruh elemen-elemen NU untuk mencari solusi cepat dan tepat berbagai permasalahan yang ada di tubuh NU, mencari langkah-langkah antisipatif terhadap kecenderungan-kecenderungan perkembangan di masa depan serta rekonsiliasi di antara sesama saudara (ukhuwah nahdliyyah).
Presidium Nahdlatul Ulama diminta untuk mengambil inisiatif bagi terwujudnya forum tersebut. "Presidium berhak melakukan langkah-langkah strategis untuk upaya Penyelamatan NU," tegas para kiai pada poin ketujuh.
Sebagai penutup, para alim ulama menyepakati Sekretariat Presidium ditetapkan di ndalem Kasepuhan PP Denanyar Jombang, Jawa Timur.
Sebelumnya, PBNU telah menggelar pertemuan dengan para kiai di Pesantren Tebuireng, Jombang beberapa waktu lalu, usai PBNU membentuk tim khusus mengkaji hubungan antara NU dan PKB.
Forum itu juga menghasilkan 'Mandat Tebuireng' untuk disampaikan kepada Rais Aam PBNU untuk membenahi PKB. Ada dua kesepakatan dalam 'Mandat Tebuireng' ini. Pertama, para kiai sepakat bahwa Antara PBNU dan PKB memiliki hubungan ideologis, historis-politis, organisatoris dan kultural.
Sedangkan kesepakatan kedua adalah para kiai meminta PBNU segera mengambil langkah strategis dalam rangka perbaikan PKB. (*)
Sumber : CNNIndonesia | Editor : Lutfiyu Handi