
MALANG (Lenteratoday) - Kabupaten Malang terus menarik perhatian investor internasional. Kamis lalu, Bupati Malang, Sanusi, menerima kunjungan dari perwakilan Kedutaan Besar (Kedubes) Denmark dan sejumlah perusahaan asal Jerman yang berminat untuk berinvestasi dalam bidang pengolahan limbah sawit.
Bupati Malang, Sanusi, menyambut baik rencana investasi tersebut yang diusulkan oleh Greensage Innovations Pte Ltd, dengan nilai investasi sekitar Rp 1,2 triliun yang terbagi dalam dua tahap.
"Kami tentunya menyambut baik keinginan dari perusahaan Jerman ini, yang menawarkan kerja sama dalam pengelolaan limbah sawit. Karena ini menunjukan bahwa Kabupaten Malang menjadi daerah yang mendapat perhatian dari investor internasional," ujar Sanusi, Rabu (31/7/2024).
Sanusi menambahkan, potensi Kabupaten Malang yang besar perlu dimaksimalkan untuk berbagai sektor. Menurutnya, Pemkab Malang, siap memfasilitasi proses kerja sama dan akan mengkoordinir pihak terkait untuk menindaklanjutinya.
Lebih lanjut, Sanusi menjelaskan, investasi ini meliputi pengolahan limbah kelapa sawit menjadi bioetanol, yang akan dilakukan di Kabupaten Malang. Menurut Sanusi, investor menilai fasilitas dan infrastruktur di Kabupaten Malang sudah memadai untuk mendukung investasi tersebut.
"Mereka menilai kami siap, karena dari sisi fasilitas maupun insfrastruktur di Kabupaten Malang sudah dikatakan baik dan kami memang bersedia," katanya.
Sanusi juga berharap kegiatan ini akan menarik lebih banyak investor untuk datang ke Kabupaten Malang, sehingga dapat mengubah daerah ini menjadi kawasan industri. "Minggu kemarin kan kami juga menerima kunjungan touring dari pengusaha penggemar Rubicorn, nah di situ mereka juga menyatakan niatnya untuk menjajaki investasi yang ada di Kabupaten Malang," tukasnya.
Diketahui sebelumnya, Advisor Water & Enviroment Trade & Comercial, Dody Iswandi Maulidiawan mengatakan, program ini akan menjadi teknologi pertama di dunia dalam pengolahan limbah sawit menjadi bioetanol.
“Nantinya, hasil dari teknologi tersebut dapat menjadi produk bioetanol yang bisa digunakan untuk supply kebutuhan nasional dan bahkan bisa menjadi bioavtur untuk mendukung program bioavtur nasional. Sedangkan untuk protein atau ampasnya nanti bisa digunakan sebagai pakan sapi ataupun hewan-hewan ternak,” jelas Dody.
Dody juga menjelaskan, investasi ini akan terbagi menjadi dua tahap, dengan tahap pertama sebesar Rp 200 miliar untuk pembangunan pilot plant, dan tahap kedua bisa mencapai lima kali lipat dari fase pertama. “Nilai investasinya terbagi menjadi dua tahap. Tahap pertama kurang lebih Rp 200 miliar untuk pilot plant, kemudian untuk fase kedua bisa sekitar lima kali lipat dari fase pertama,” ungkap Dody. (*)
Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi