
KEDIRI (Lenteratoday)-Berdasar Sistem Informasi Tuberkolosis (SITB) online yang diakses pada tanggal 8 Juni 2024 tahun 2023 persentase angka notifikasi kasus TBC Kota Kediri sebanyak 1.897 kasus atau 161% dari target sebesar 1.219 kasus terbesar di Jawa Timur.
Demikian juga untuk kasus Tubercolosis (TBC) Anak, di Kota Kediri ditemukan sebanyak 354 kasus atau 358% dari target 99 kasus anak. Guna menekan kasus TBC Pemkot Kediri melakukan beberapa langkah strategis untuk mencapai penemuan kasus TBC sebanyak-banyaknya.
Pasalnya, apabila seorang penderita TBC tidak diobati, maka dalam setahun dia bisa menularkan TBC pada 10-15 orang di sekitarnya.
TBC masih menjadi masalah kesehatan, baik di dunia maupun di Indonesia. Sebagai penyakit menular TBC menjadi pembunuh yang paling mematikan di dunia. Berdasarkan Global TB Report tahun 2023 Indonesia menempati urutan kedua dengan jumlah beban kasus TBC terbanyak di dunia setelah India, diikuti oleh Cina.
Dengan jumlah kasus TBC diperkirakan sebanyak 1.060.000 kasus dan 134.000 kematian akibat TBC per tahun di Indonesia. Dimana terdapat 17 orang meninggal setiap jam.
Dalam rangka program Eliminasi TBC tahun 2030, Pemkot Kediri melakukan beberapa langkah strategis mencapai penemuan kasus TBC sebanyak-banyaknya. Tentunya, agar dapat diobati secara tuntas sampai sembuh untuk menghindari penularan pada lingkungan di sekitar penderita.
Penanganan TBC ini memerlukan sinergitas berbagai pihak. Baik pemerintah, masyarakat, akademisi, dan media yang berkomitmen bersama untuk melawan TBC.
“Kami di jajaran Pemkot Kediri serius menangani kasus TBC ini. Saya ingin TBC ini benar-benar tuntas. Dibutuhkan kolaborasi dari semua pihak untuk mencapai Kota Kediri bebas dari TBC,” ujar Zanariah, Minggu (9/6/2024).
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kediri Muhammad Fajri Mubasysyir menambahkan beberapa program kegiatan telah dilakukan.
Program yang dilakukan, antara lain; meningkatkan penemuan kasus TBC sebanyak-banyaknya baik secara pasif maupun aktif serta melakukan pengobatan dengan berjejaring atau bekerjasama dengan fasilitas kesehatan di Kota Kediri. Baik Puskesmas, rumah sakit, klinik pemerintah maupun swasta juga tempat praktik mandiri dokter.
“Kegiatan penemuan kasus TBC di antaranya dengan melakukan investigasi kontak pada 15-20 orang di lingkungan penderita TBC. Dengan melibatkan petugas kesehatan, kader kesehatan dan TNI/Polri,” imbuhnya.
Untuk meningkatkan kapasitas serta kemampuan petugas kesehatan dan kader dalam upaya pencegahan dan pengendalian TBC, Dinkes juga mengadakan Workshop Tata Laksana Penanganan TBC. Hal ini terbukti bisa meningkatkan capaian program TBC di Kota Kediri.
“Diharapkan dengan ditemukan kasus sebanyak-banyaknya dan diobati sehingga pasien akan sembuh sehat lagi dan tidak menularkan ke orang lain, keluarga atau kontak erat juga diberikan obat pencegahan agar tidak sampai tertular TBC,” pungkas Muhammad Fajri.
Reporter: Gatot Sunarko/Co-Editor: Nei-Dya