
NGAWI (Lenteratoday) - Hama tikus sawah di Ngawi dinilai sangat meresahkan para petani. Sehingga pada petani bersama berbagai pihak seperti Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) dan Polres Ngawi melakukan berbagai upaya untuk menanggulanginya.
Hal ini seperti petani yang ada di Desa Babadan, Kecamatan Pangkur, Kabupaten Ngawi yang melakukan kegiatan "gropyokan" tikus bersama dengan petugas Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) setempat. Kemudian juga Polsek Pangkur, Polres Ngawi melakukan pengendalian hama tikus dengan cara yang lebih aman dalam upaya menciptakan situasi Kamtibmas yang kondusif di wilayah hukumnya.
Pengendalian yang dilakukan tidak menggunakan jebakan tikus beraliran listrik, namun dilakukan gropyok tikus yang artinya penangkapan tikus secara serentak dengan alat tradisional ataupun model pengasapan dengan menggunakan bubuk belerang dan gas elpigi serta alat emposan yang diarahkan pada lubang-lubang yang diperkirakan menjadi sarang atau tempat persembunyian tikus.
Hal ini dilakukan demi mengusir hama tikus dan meningkatkan keamanan dan ketahanan pangan di wilayah Kabupaten Ngawi, sebagai salah satu daerah yang menjadi lumbung pangan Indonesia
Kapolres Ngawi AKBP Argowiyono, melalui Kasi Humas Iptu Dian menyatakan bahwa Bhabinkamtibmas sebagai Polisi Wirotani lebih dioptimalkan agar ketahanan dan keamanan pangan tetap terjaga.
“Polisi Wirotani yang diemban oleh para Bhabinkamtibmas bersama Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian juga para petani lebih dioptimalkan kembali, agar swasembada, kemandirian dan ketahanan serta keamanan pangan lebih meningkat,” ucap Dian ketika dikonfirmasi media, pada Kamis (6/6/2024)
Selain menyarankan memakai pupuk organik, gropyokan hama tikus merupakan kegiatan Polisi Wirotani yang dilakukan bersama para petani agar dapat meningkatkan swasembada pangan, kemandirian pangan, ketahanan pangan dan keamanan pangan
Kapolsek Pangkur Iptu Sulis Baskoro, djumpai di lokasi persawahan menyatakan bahwa, “Kami bersama para petani gotong royong melakukan gropyok tikus, agar aman bagi tanaman juga para petaninya.”
Imbauan juga diberikan, bahwa jebakan tikus yang dipasang memakai aliran listrik di sawah dapat membahayakan orang, sehingga gropyokan atau menangkap bersama-sama pada sarangnya adalah cara efektif untuk menangkap tikus.
“Ya, benar saat ini para petani sudah mulai tanam padi kembali, dan anggota Polsek mengingatkan lagi agar tidak ada petani yang pasang jebakan tikus pakai aliran listrik, sebab itu berbahaya bagi dirinya sendiri dan orang lain, Gropyok tikus pada sarangnya di sawah cukup efektif, terbukti ratusan tikus yang berhasil ditangkap,” tutur Sulis
Menurut Kapolsek Pangkur, sosialisasi kepada petani tentang pemberantasan hama tikus di sawah secara aman akan terus dilakukan, hal tersebut bertujuan agar petani tidak menggunakan jebakan tikus beraliran listrik karena sangat berbahaya dan dapat mengancam keselamatan jiwa manusia.
“Kita akan selalu mengontrol di sawah apakah ada jaringan listrik untuk jebakan tikus atau tidak,” lanjutnya
Sulis juga meminta kepada petani agar dalam menanggulangi hama tikus dengan menggunakan cara yang lebih aman seperti dengan cara gropyok, pengasapan, pasang racun atau cara lain sebagaimana petunjuk Dinas Pertanian Kab. Ngawi
“Semoga dengan imbauan ini, para petani dapat memahami bahayanya, jika dilakukan pemasanagn jebakan tikus beraliran listrik, kemudian beralih menggunakan cara lain yang lebih aman dan tidak membahayakan jiwa para petani dan orang lain,” harapnya.
Gropyokan sangat efektif dalam memberantas hama tikus, terbukti tidak sampai satu jam, ratusan tikus di salah satu area persawahan berhasil ditangkap dan dimusnahkan.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngawi, Jawa Timur, memperluas lahan pertanian ramah lingkungan berkelanjutan (PRLB) di wilayahnya sebagai upaya mendukung ketahanan pangan nasional.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Ngawi, Supardi, mengatakan pertanian ramah lingkungan berkelanjutan merupakan sistem pertanian yang mengelola seluruh sumber daya pertanian dan input usaha tani secara bijak, berbasis inovasi teknologi untuk mencapai peningkatan produktivitas berkelanjutan, menguntungkan secara ekonomi dan berisiko rendah atau tidak merusak fungsi lingkungan.
"Untuk progres program pertanian ramah lingkungan berkelanjutan di Kabupaten Ngawi pada tahun 2023 telah mencapai seluas 8.941 hektare," ujar Supardi di Ngawi, Kamis.
Kemudian, pada Mei tahun 2024 ada penambahan lahan seluas 3.892 hektare, dan total luas lahan PRLB di Ngawi saat ini mencapai 12.833 hektare atau 25,11 persen dari total luas baku sawah di Kabupaten Ngawi.
"Luasan tersebut akan terus bertambah seiring dengan pengembangan inovasi program pertanian ramah lingkungan berkelanjutan yang dilakukan," katanya. (*)
Sumber : Antara/polri | Editor : Lutfiyu Handi