
PEKANBARU (Lenteratoday) – Seorang pria berusia 26 tahun ditemukan tewas pada hari Kamis sore (9/5/2024) di sebuah perkebunan di provinsi Riau, dengan luka-luka diduga akibat serangan harimau. Harimau yang diduga menyerang pria tersebut masih dalam pengejaran oleh pihak berwenang, demikian diungkapkan oleh petugas lokal pada hari Sabtu (11/5/2024).
Dikutip dari AFP, Senin (13/5/2024), kejadian tersebut merupakan kasus terbaru dari konflik antara manusia dan spesies yang terancam punah ini.
Hanya beberapa ratus harimau Sumatera yang tersisa di habitat alaminya di pulau bagian barat Sumatera. Ironisnya mereka sering kali menjadi sasaran pemburu untuk diperdagangkan bagian-bagian tubuhnya.
Sementara itu, tingkat deforestasi yang tinggi telah secara signifikan menyusutkan habitat mereka. Langkah-langkah penegakan hukum dan konservasi menjadi semakin penting untuk melindungi kedua belah pihak, manusia dan harimau Sumatera, dalam konflik ini.
"Tim kami sudah berangkat (untuk mencari harimau) pagi ini. Berdasarkan laporan, daerah tersebut berada di dalam habitat harimau," kata kepala badan konservasi setempat, Genman Suhefti Hasibuan, kepada AFP pada hari Sabtu (11/5/2024).
Kepala polisi setempat, Budi Setiawan, mengatakan pada hari Jumat malam bahwa mereka menerima laporan dari dua pekerja yang mendengar teman mereka berteriak ketika mereka sedang melakukan penyemprotan gulma di perkebunan akasia.
Para pekerja berusaha mencari rekan mereka tetapi menemukan jejak kaki harimau di tanah. Mereka segera melaporkan insiden itu kepada manajemen perkebunan, yang kemudian memobilisasi lebih banyak orang untuk mencari korban.
Jasad korban akhirnya ditemukan dengan tangan kanannya terputus dan luka gigitan di lehernya, ungkap Setiawan.
Ini bukan insiden pertama yang melibatkan serangan harimau Sumatera. Pada bulan Februari lalu, setidaknya empat petani di provinsi paling barat Indonesia, Aceh, diserang oleh harimau Sumatera dalam dua insiden terpisah.
Harimau Sumatera, yang jumlahnya kurang dari 400 ekor menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), dianggap sebagai spesies yang terancam punah. (*)
Sumber: AFP
Penerjemah: Aria (mk) | Editor : Lutfiyu Handi