
SURABAYA (Lenteratoday) - Komisi B DPRD Kota Surabaya menanggapi rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya yang akan memberikan pendampingan kepada pedagang pasar, untuk ikut berdagang secara online. Rencana pendampingan tersebut dilakukan usai dibukanya kembali aplikasi TikTok Shop yang sempat ditutup sejak dua bulan yang lalu.
Ketua Komisi B DPRD Kota Surabaya Luthfiyah mengungkapkan itu upaya yang baik untuk menggerakkan perekonomian dengan digitalisasi. Sehingga pedagang bisa mengikuti perkembangan zaman, mengingat masyarakat kini banyak beralih ke belanja online daripada ke pasar.
"Artinya pemkot mengajari pedagang berjualan secara online atau memasarkan daganganya dengan berbagai macam strategi. Ya baguslah," ungkap Luthfiyah saat dihubungi Lenteratoday pada Kamis (14/12/2023).
Ungkapan rasa setuju juga dilayangkan oleh Alfian Limardi, Anggota Komisi B DPRD Kota Surabaya. Dengan gagasan Pemkot untuk melakukan pelatihan seperti live shopping, akan memberikan dampak bagus untuk pedagang. Karena dunia digital saat ini sudah mencakup ke semua aspek kehidupan. Bahkan berdagang dengan live di TikTok bisa meraup jutaan hingga miliaran per hari.
"Nah ini kan berarti kita lihat itu perputaran uangnya kan sangat besar. Jadi kalau kita hanya mengandalkan penjualan dengan metode konvensional, mengandalkan tamu yang datang, ya kita bilang sudah gaya lama yang sudah kurang efektif," ungkap Alfian saat ditemui di ruang Komisi B.
Dengan memberikan pelatihan kepada pedagang, ia menganggap itu upaya yang bagus. Contohnya saja di pasar Turi Baru. Pedagang di dalamnya kebanyakan adalah pedagang yang dahulu sudah pernah berdagang di sana. Maka dari situ bisa dibayangkan berapa usia pedagangnya.
Maka ia pikir ini adalah cara tepat untuk memberikan pendampingan kepada penjual yang memang belum melek teknologi. Malah seharusnya tidak hanya dilakukan di Pasar Turi atau Pusat Grosir Surabaya saja, tapi juga pasar-pasar yang lain.
"Seperti Pasar Bong, Kapas Krampung, itu kan juga ada pedagang textilnya," ungkapnya.
Ia juga mendorong kepada Pemkot agar tidak hanya sekali dua kali saja dalam memberikan pelatihan. Melainkan pendampingan mulai satu hingga tiga bulan. Sehingga bisa terlihat hasilnya, dan hasil pendapatannya bisa dibandingkan antara cara lama dan cara baru. Dengan adanya pendampingan ini, ia berharap para pedagang juga bisa merekrut anak-anak muda di Surabaya.
"Karang taruna yang mungkin daripada tiap hari cuma main Mobile Legend aja, sekarang yuk jualan juga," ungkapnya.
Merespon viralnya pedagang yang tak setuju TikTok Shop dibuka kembali, ia menganggap itu pemikiran yang masih konvensional. Ia memahami bahwa zaman dahulu memang belum ada TikTok Shop ataupun aplikasi belanja online lainnya. Namun sekarang semakin majunya zaman, mau tak mau jika ingin bertahan, harus mengikuti kemajuan.
"Makanya kenapa kalau pakai Chrome tiba-tiba internet kita nggak ada, munculnya dinosaurus? Mau balik jadi kayak zaman dinosaurus? Maksudnya akan punah gitu loh," ungkapnya.
Reporter: Jannatul Firdaus|Editor: Arifin BH