20 April 2025

Get In Touch

Dua Lokasi di Kota Malang Digadang- gadang Jadi Penopang Produksi Cabai

Kepala Dispangtan Kota Malang, Slamet Husnan dan Asisten II Kota Malang, Diah Ayu, saat menyalurkan bibit cabai kepada salah satu perwakilan kelompok tani di Kota Malang. (Santi/Lenteratoday)
Kepala Dispangtan Kota Malang, Slamet Husnan dan Asisten II Kota Malang, Diah Ayu, saat menyalurkan bibit cabai kepada salah satu perwakilan kelompok tani di Kota Malang. (Santi/Lenteratoday)

MALANG (Lenteratoday) - Di tengah kenaikan harga cabai, Kecamatan Lowokwaru dan Kedungkandang digadang-gadang bisa menjadi pemasok kebutuhan komoditas pedas tersebut. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan), Slamet Husnan berharap, produksi dari 2 lokasi itu mampu menekan angka inflasi di Kota Malang.

"Di Lowokwaru kelurahan Merjosari, itu ada lahan tadah hujannya kurang lebih 36 hektare, terdiri dari lahan untuk tanaman cabai rawit kurang lebih 20 hektare. Kemudian tanaman cabai besar dengan luas lahan 16,5 hektare. Itu sudah mulai tanam kurang lebih pada bulan Oktober-November kemarin dan insyaallah di Desember awal ini sudah mulai ada yang bisa dipanen meskipun tidak terlalu banyak," ujar Slamet, ditemui di Kantor Dispangtan Kota Malang, Rabu (6/12/2023).

Sementara di Kecamatan Kedungkandang. Menurut Slamet, terdapat sekitar 40 hektare lahan tadah hujan yang diharapkan mampu menghasilkan cabai besar dan cabai kecil. Dalam masa panen yang diperkirakan pada Desember 2023 hingga Januari 2024 mendatang.

Tak hanya itu, demi menekan angka inflasi serta mencukupi kebutuhan cabai di masa depan. Slamet juga menuturkan bahwa pihaknya telah menyalurkan 5 ribu bibit cabai beserta peralatan penunjang. Kepada 26 kelompok urban farming, kelompok wanita tani, dan kelompok tani

"Kemungkinan pada panen di wilayah Merjosari nanti, itu kurang lebih yang bisa dipanen sekitar 3 hektare dengan produksi sekitar 270 Kg. Kalau sementara ini, kita sudah panen sebanyak 50 Kg cabai rawit. Harapan kami, dari cabai yang dipanen nanti, sebagian bisa dikonsumsi, sebagian dijual, sebagian juga untuk pembenihan selanjutnya," jelas Slamet.

Lebih lanjut, menyikapi kenaikan harga cabai. Slamet menyebut bahwa faktor cuaca, permintaan tinggi, dan tidak seragamnya waktu tanam, menjadi pemicu utama kenaikan harga cabai di pasaran. "Sedangkan di Kota Malang itu yang menjadi penopang kebutuhan cabai ya di 2 kecamatan itu. Selebihnya (di 3 kecamatan lain) hanya lahan kecil-kecil, seperti yang di Kecamatan Sukun itu. Jadi mau tidak mau harus melakukan kerjasama antar daerah, misalnya dengan kabupaten Malang dan kota Batu," sambungnya.

Diakhir, Slamet menyatakan bahwa Dispangtan telah menjalin kerjasama dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Perumda Tugu Aneka Usaha (Tunas) Kota Malang. Untuk menjaga distribusi hasil panen dan mengatur stabilitas harga di pasar lokal. Slamet berharap harga cabai akan turun pada Januari 2024 mendatang dan saat ini tengah merencanakan Gerakan Pangan Murah (GPM) pada bulan Desember untuk menjaga ketersediaan stok cabai.

"Mungkin karena menyambut nataru ini juga, harga cabai diperkirakan turun di Januari nanti. Karena kan kebutuhan di nataru ini juga meningkat. Nanti Gerakan Pangan Murah (GPM) akan kita rencanakan di Desember ini. Tapi tanggal pastinya kita belum tahu. Nanti komoditi cabai akan kita perbanyak stoknya," tukas Slamet.

Reporter: Santi Wahyu/ Editor: widyawati

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.